Bandarlampung (ANTARA) - Institut Teknologi Sumatera (Itera), melalui Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM), menyelenggarakan Seminar dan Lokakarya Kesehatan Mental dengan tema “Meningkatkan Kesehatan Mental di Kampus Itera: Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup dan Mencegah Kekerasan Berbasis Gender.”
Seminar itu dilaksanakan beberapa waktu lalu, di Aula GKU 1 Itera, di Lampung Selatan, dan menghadirkan sesi khusus terapi diri melalui metode self-hypnosis.
Acara itu dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Komisioner Komnas Perempuan RI sekaligus pemateri Dr. dr. Retty Ratnawati, Senat Itera Dr. Sunarsih, Sekretaris Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pembelajaran (LPMPP) Itera Handoyo, Ph.D., Kepala PPSDM Itera Dr. Ciptati, Kepala Pusat PPKI Tantri Liris Nareswari, serta Satgas PPKS Itera Sabar, S.Pd., M.Si., bersama dengan sivitas akademika Itera.
Dalam sambutannya, Handoyo, Ph.D., menyampaikan apresiasi atas kehadiran Komisioner Komnas Perempuan RI Dr. Retty Ratnawati, di lingkungan Kampus Itera. Ia juga menyoroti pentingnya menjaga kesehatan mental di kalangan mahasiswa, khususnya dalam menghadapi tantangan generasi Z.
“Kesehatan mental menjadi tantangan baru yang perlu kita perhatikan di lingkungan kampus,” ujar Handoyo.
Seminar ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang kesehatan mental, sekaligus meminimalisir gangguan mental yang banyak dialami mahasiswa.
“Harapannya, setelah mengetahui lebih lanjut tentang kesehatan mental, kita bisa saling membantu teman-teman yang menghadapi masalah terkait,” katanya pula.
Dr. Retty Ratnawati, sebagai pemateri utama, menjelaskan tentang peran Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, yang dibentuk untuk menangani kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia.
Dalam sesi seminar yang dipandu oleh Ketua Satgas PPKS Itera Dr. Winati Nurhayu, Dr. Retty juga memberikan kiat sederhana kepada mahasiswa untuk mengatasi stres, seperti makan makanan enak, tidur cukup, dan berolahraga.
Selain itu, Dr. Retty memaparkan data mengenai kekerasan berbasis gender di Indonesia, yang mengalami peningkatan selama 21 tahun terakhir. Menurutnya, pada tahun 2021 tercatat 338.496 kasus kekerasan, dengan rata-rata satu kasus terjadi setiap satu jam.
“Kita perlu menjaga kesehatan mental dan fisik, serta mengadopsi cara pandang yang berperspektif gender agar terhindar dari diskriminasi dan kekerasan,” ujarnya lagi.
Acara ini juga menghadirkan sesi terapi mental yang dipandu oleh dosen Itera yang juga tim Satgas PPKS Itera Sabar, dengan metode relaksasi dan self-hypnosis. Sesi ini bertujuan untuk membantu peserta memahami cara mengelola stres secara mandiri.
Syakirah, salah satu mahasiswa Rekayasa Kosmetik yang mengikuti seminar, mengungkapkan kesannya.
“Materinya sangat insightful, apalagi langsung dari ahlinya. Saya belajar banyak tentang cara mengontrol emosi, dan praktiknya sangat menarik. Semoga kita bisa menerapkan ilmu ini ke depannya,” ujar Syakirah.
Baca juga: Pj Gubernur Lampung luncurkan population clock di Itera dukung penurunan stunting
Baca juga: Dosen Itera terapkan IoT tingkatkan produktivitas tambak udang di Pringsewu