Mahasiswa Lampung produksi face shield dengan kocek pribadi
Kalau sekarang sih nggak ada kendala, cuma sekarang suka susah mencari bahan di Bandarlampung
Bandar Lampung (ANTARA) - Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Komunitas Insan Cekatan (KIC) Lampung tergerak untuk terlibat langsung mencegah penyebaran COVID-19 yang semakin mewabah di Lampung, dengan memproduksi face shield, awalnya menggunakan dana dari kocek pribadi.
Bobi (22), mahasiswa Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Lampung yang juga Ketua KIC Lampung mengatakan, dirinya awalnya berdagang masker, dan ia pun berpikir bagaimana dapat terlibat untuk penanganan COVID-19.
"Saya awalnya dagang masker, lama kelamaan saya berpikir bagaimana caranya saya harus terlibat dalam penanganan COVID-19," ujarnya, di Bandarlampung, Rabu.
Bobi bersama teman-temannya kemudian mencoba membuat perlengkapan alat pelindung diri (APD), berupa baju APD hingga face shield, dirinya mengaku akhirnya lebih menggeluti pembuatan face shield. Dia mengaku mendapatkan referensi pembuatan face shield dari salah satu temannya yang tergabung sebagai relawan PMI Pusat di Jakarta.
"Referensi itulah menjadi percontohan untuk memproduksi face shield. Kebetulan kami juga dalam satu Komunitas Insan Cekatan. Selain anggota komunitas, ada empat orang karyawan yang sengaja kami pekerjakan untuk bikin face shield," katanya pula.
Bobi mengaku kawan-kawannya di KIC bisa memproduksi face shield sejak medio Maret lalu sebanyak 300 face shield per hari.
"Itu tergantung dari pesanan, tapi kita maksimal per hari hanya kerjakan 300 sampai 500 face shield," katanya lagi.
Bobi mengakui, modal awal pembuatan face shield tersebut berasal dari kantong pribadi. Namun, lambat laun komunitas yang ia bentuk bersama kawan-kawannya ini mulai mendapatkan dana dari para donatur.
"Alhamdullilah produk face shield buatan Komunitas Insan Cekatan ini tidak hanya dijual, namun juga untuk didonasikan kembali kepada petugas medis yang membutuhkan," ujarnya lagi.
Baca juga: UBL bagikan "face shield" karya mahasiswa untuk tenaga medis
Ia menyebut, satu buah face shield biasanya dijual satuan dengan harga Rp10 ribu-Rp 20 ribu. Tidak hanya bagi pengguna usia dewasa, Bobi dan kawan-kawan juga membuat ukuran untuk anak-anak dan juga dari beberapa sekolah.
"Kita buat untuk semua ukuran, dewasa dan anak-anak, kita juga bisa bikin sesuai pesanan dari pemesan," katanya pula.
Fadel, salah satu anggota komunitas ini mengatakan, dia membuat face shield bersama dengan delapan orang rekannya.
"Dalam proses pembuatan face shield, setiap anggota komunitas punya tugas masing masing, ada yang motong bahan, nempelin bahan, dan finishing," katanya lagi.
Kendalanya, ujar Fadel, saat ini tidak ada, namun terkadang dirinya bersama rekan-rekannya sulit untuk mendapatkan bahan baku pembuatan face shield.
"Kalau sekarang sih nggak ada kendala, cuma sekarang suka susah mencari bahan yang kita peroleh di Bandarlampung," ujarnya.
Salah seorang pembeli, Bela (20) karyawan resto cepat saji di Bandarlampung mengaku membeli 10 unit faces shield untuk para karyawan tempat ia bekerja.
"Manajer kami yang pesan, jadi kita wajib pake face shield, karena aktivitas kami dalam bekerja yakni melayani pembeli, dan berhadapan langsung dengan konsumen," katanya pula.
Bobi (22), mahasiswa Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Lampung yang juga Ketua KIC Lampung mengatakan, dirinya awalnya berdagang masker, dan ia pun berpikir bagaimana dapat terlibat untuk penanganan COVID-19.
"Saya awalnya dagang masker, lama kelamaan saya berpikir bagaimana caranya saya harus terlibat dalam penanganan COVID-19," ujarnya, di Bandarlampung, Rabu.
Bobi bersama teman-temannya kemudian mencoba membuat perlengkapan alat pelindung diri (APD), berupa baju APD hingga face shield, dirinya mengaku akhirnya lebih menggeluti pembuatan face shield. Dia mengaku mendapatkan referensi pembuatan face shield dari salah satu temannya yang tergabung sebagai relawan PMI Pusat di Jakarta.
"Referensi itulah menjadi percontohan untuk memproduksi face shield. Kebetulan kami juga dalam satu Komunitas Insan Cekatan. Selain anggota komunitas, ada empat orang karyawan yang sengaja kami pekerjakan untuk bikin face shield," katanya pula.
Bobi mengaku kawan-kawannya di KIC bisa memproduksi face shield sejak medio Maret lalu sebanyak 300 face shield per hari.
"Itu tergantung dari pesanan, tapi kita maksimal per hari hanya kerjakan 300 sampai 500 face shield," katanya lagi.
Bobi mengakui, modal awal pembuatan face shield tersebut berasal dari kantong pribadi. Namun, lambat laun komunitas yang ia bentuk bersama kawan-kawannya ini mulai mendapatkan dana dari para donatur.
"Alhamdullilah produk face shield buatan Komunitas Insan Cekatan ini tidak hanya dijual, namun juga untuk didonasikan kembali kepada petugas medis yang membutuhkan," ujarnya lagi.
Baca juga: UBL bagikan "face shield" karya mahasiswa untuk tenaga medis
Ia menyebut, satu buah face shield biasanya dijual satuan dengan harga Rp10 ribu-Rp 20 ribu. Tidak hanya bagi pengguna usia dewasa, Bobi dan kawan-kawan juga membuat ukuran untuk anak-anak dan juga dari beberapa sekolah.
"Kita buat untuk semua ukuran, dewasa dan anak-anak, kita juga bisa bikin sesuai pesanan dari pemesan," katanya pula.
Fadel, salah satu anggota komunitas ini mengatakan, dia membuat face shield bersama dengan delapan orang rekannya.
"Dalam proses pembuatan face shield, setiap anggota komunitas punya tugas masing masing, ada yang motong bahan, nempelin bahan, dan finishing," katanya lagi.
Kendalanya, ujar Fadel, saat ini tidak ada, namun terkadang dirinya bersama rekan-rekannya sulit untuk mendapatkan bahan baku pembuatan face shield.
"Kalau sekarang sih nggak ada kendala, cuma sekarang suka susah mencari bahan yang kita peroleh di Bandarlampung," ujarnya.
Salah seorang pembeli, Bela (20) karyawan resto cepat saji di Bandarlampung mengaku membeli 10 unit faces shield untuk para karyawan tempat ia bekerja.
"Manajer kami yang pesan, jadi kita wajib pake face shield, karena aktivitas kami dalam bekerja yakni melayani pembeli, dan berhadapan langsung dengan konsumen," katanya pula.