"Renjani" kini telah pergi

id ria irawan,biola tak berdawai

"Renjani" kini telah pergi

Makam almarhumah aktris senior Ria Irawan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Senin (6/1/2020). ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira/pri.

Jakarta (ANTARA) - Senin siang, hujan rintik-rintik mengguyur TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

Rombongan iring-iringan keluarga dan sahabat Chandra Ariati Dewi Irawan atau yang tenar dikenal sebagai Ria Irawan mengantarkan kepergian sang "Renjani" ke tempat peristirahatan terakhir dia.

"Alhamdulillah kita bisa berkumpul di sini untuk mengantar almarhumah. Semoga dosa-dosanya diampuni. Saya sempat menjadi imam dan salat berjamaah bersama Beliau. Mohon dimaafkan dosa-dosa adik saya selama ini," kata kakak lelaki Ria Irawan, Bambang Widya Permadi Irawan saat pemakaman.

Ria Irawan yang lahir di Jakarta pada 24 July 1969 meninggal dunia pada usianya yang ke-50 tahun pada Senin pagi, setelah bertahun-tahun berjuang melawan kanker kelenjar getah bening.

Ria Irawan adalah anak bungsu dari aktor senior Bambang Irawan dan aktris senior Ade Irawan.

Karier Ria Irawan di dunia perfilman dimulai saat dia baru berusia empat tahun. Dia debut sebagai figuran lewat film "Sopir Taxi" (1973) besutan sang ayah, Bambang Irawan sebagai sutradara.

Tak sekedar nebeng tenar di atas nama besar kedua orang tuanya, Ria Irawan membuktikan kiprahnya sebagai seorang aktris lewat sejumlah film yang dia perankan sejak kurun waktu tahun 1975-an sampai 2019.

Namanya paling dikenang berkat perannya sebagai Renjani, seorang wanita korban pemerkosaan yang di film "Biola Tak Berdawai" pada tahun 2003.

Lewat film besutan sutradara Sekar Ayu Asmara itu, Ria mendapat gelar Aktris Terbaik dalam ajang Festival Film Asia Pasific di Iran pada tahun yang sama.

Beradu akting dengan Nicholas Saputra, Ria Irawan sangat piawai memerankan Renjani sang mantan penari yang terpaksa menguburkan mimpi menjadi balerina dan pindah ke Yogyakarta merawat anak-anak tunadaksa.

Tak hanya akting
Ria Irawan saat menghadiri acara press screening film 'Madame X' di Jakarta, Senin (4/10/2010). (ANTARA/Teresia May/Koz/mes/10.)


Tak hanya jago akting, Ria Irawan juga berkiprah di dunia musik dengan menelurkan album kompilasi lewat kelompok musik Japras, yang terdiri dari, antara lain Ully Artha, Debby Cintia Dewi, Wieke Widowati, Rini S. Bono, Nurul Arifin, Ita Mustafa, Ani Kusuma, Eva Arnaz, dan Rima Melati.

Selain itu, Ria juga merekam dua album dangdut bersama Rano Karno yakni "Hiasan Mimpi" dan "Sorga Dunia", serta album pop "Setangkai Anggrek Bulan" dan "Di Antara Hatiku Hatimu".

Ria juga pernah membentuk trio bersama Nurul Arifin dan Ita Mustafa.

Tak cukup menjadi penyanyi, Ria juga menjadi produser untuk albumnya yang berjudul "Untuk Kamu" bekerja sama dengan Deddy Dhukun.

Selain menyanyi, Ria juga menjajal profesi fotografi dan penyutradaraan videoklip.

Ria pernah menggarap klip Anggun serta penyanyi lainnya. Kemampuan fotografi Ria meningkat setelah diarahkan oleh fotografer Ken Sanjaya dan Drigo L. Tobing.

Ria juga pernah bekerja sama dengan Jay Subijakto yang saat itu menjadi kekasihnya, serta Rizal Mantovani.

Ria Irawan di mata kerabat
 
Suami Ria Irawan, Mayk Wongkar mengenang mendiang istrinya sebagai sosok yang sempurna.

"Dia wanita yang sempurna banget. Kalau dibilang nggak ikhlas, ya secara dunia gue nggak ikhlas. Tapi gimana lagi gue dari kecil diajarin agama Tuhan yang punya kuasa," kata Mayk sembari menahan air matanya usai memakamkan sang istri.

Mayk sangat mengagumi istrinya, dia menganggap Ria sebagai seorang teman di berbagai situasi dan kondisi.

"Kalo gue sih bukan cuma sebagai istri, juga kayak partner, teman dan segala macam jadi banyak ngajarin gue lah. Dia juga orangnya beda dengan perempuan lain. Dia sejak kecil kerja, keluarga dia itu pemain film," kenangnya.

Semakin emosional, Mayk melanjutkan, "Mungkin kalau gue mati hidup, mati hidup lagi, juga nggak bakal nemu kayak dia."

Mantan rekan duet Ria, Rano Karno, mengenang Ria Irawan sebagai seorang pejuang tangguh dan ceria.

"Saya sudah tahu Ria dari kecil. Ria orangnya ceria, survive, dan tough. Perempuan cantik tapi juga kuat, buktinya dia bisa bertahan dan menyemangati lainnya. Karakter dia tipe fighter hingga akhir," kata Rano saat ditemui di rumah duka di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Sementara bagi sineas muda seperti Winky Wiryawan, Ria Irawan adalah sosok yang ceplas-ceplos dan senang berbagi ilmu dengan para junior di industri film.

"Karena Beliau blak-blakan sekali, jadi kita bisa menerima apresiasi, memberi nasihat dan masukan. Pemain baru sering tanya ke Mbak Ria buat itu, ia dilihat banyak orang seperti itu," kata Winky.

Berjuang melawan kanker
 

Ria Irawan pertama kali mengetahui dirinya memiliki mioma di rahim tahun 2009. Kala itu dia enggan melakukan operasi pengangkatan rahim.

Ria lantas didiagnosis kanker endometrium atau kanker dinding rahim.

Ria pun menjalani operasi pengangkatan rahim pada 30 September 2014, namun kanker di tubuh Ria ternyata sudah menyebar ke kelenjar getah bening pada bagian panggul.

Pada 2014, kanker kelenjar getah bening yang diidap Ria Irawan dinyatakan sembuh berkat ketekunannya menjalani kemoterapi.

Ria pun kembali bermain film termasuk "Bulan di Atas Kuburan" (2015).

Tahun 2017, sel kanker di tubuhnya kembali aktif dan menjalar ke diafragma.

Di sela-sela sakitnya, Ria sempat membintangi film "Kuambil Lagi Hatiku" dan "Wedding Agreement" (2019).

Pada pertengahan 2019, kanker sudah menjalar ke organ paru-paru hingga otak Ria Irawan. Ria kembali dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.

Menyerah
 

Suami Ria Irawan mengungkapkan bahwa Ria sempat menyerah dalam menjalani pengobatan karena dia merasa fisiknya sudah tak sekuat dulu.

"Dia bilang sama gue ini saja, 'capek'. Ya sakitnya bikin capek karena yang diserang dua, otak sama paru-paru. Jadi saat itu juga treatment-nya enggak bisa dibarengin karena fisiknya juga sudah enggak kuat," kata Mayk.

Mayk mengatakan, belakangan perawatan yang Ria jalani harus dilakukan terpisah lantaran faktor fisik dan usia, yang memang tidak memungkinkan untuk melakukannya secara bersamaan.

Hal ini lalu membuat Ria harus menjalani kemoterapi secara oral saja. Berbeda dengan perawatan di 4-5 tahun yang lalu di mana Ria bisa melakukan kemoterapi dan radiasi.

Akhirnya Ria memilih menjalani pengobatan untuk menjinakkan sel kanker di otaknya. Namun, di tengah pengobatan, sel kanker di paru-paru justru kian memburuk.

"Pilihannya adalah dia mau menyelesaikan (pengobatan kanker) kepala dulu biar dia bisa normal, bisa berkomunikasi, berjalan dan segala macam. Ternyata (sel kanker) paru-paru dia agresif banget. Usai (perawatan kanker) otak mau (lanjut ke) treatment paru-paru, sudah kecolongan, paru-parunya banjir," ," kata Mayk.

Kondisi Ria yang kian memburuk itu membuat dokter berencana melakukan tindakan pada Senin (6/1), namun, nyawanya tak sempat tertolong.

"Dokter bilang kalau hari Senin ini, mau kayak dimasukin alat kamera kecil gitu buat nyari sumber kankernya itu dimasukin ke paru, pokoknya harus nyari sumbernya itu.

Soalnya kan sedot terus (cairan di paru-paru), tapi tumbuh lagi, dan enggak baik buat paru dia, eh nggak lama ya gitu lah (meninggal)," ucapnya sembari menahan tangis.