Pentingnya regenerasi petani

id Jan sopaheluwakan,petani padi,ketahanan pangan,regenerasi petani,konversi lahan

Pentingnya regenerasi petani

Petani sedang menggarap sawah dengan menggunakan Alsintan bantuan dari Kementerian Pertanian. (Dokumentasi Kementerian Pertanian)

Jakarta (ANTARA) - Pakar kebumian Universitas Indonesia Prof Jan Sopaheluwakan mengingatkan pentingnya regenerasi petani, sekaligus perbaikan strategi ketahanan pangan ke depan.

"Petani-petani kita sudah mulai menua, khususnya di Pulau Jawa," kata Koordinator Center for Environmental Disaster, Institute for Sustainable Earth and Resource (ISER) UI itu, di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, regenerasi petani sangat mendesak, diikuti dengan perubahan sistem pertanian dengan cara modern seiring dengan perubahan zaman, termasuk dampak pemanasan global.

Ia mengakui Pulau Jawa dan Sulawesi Selatan selama ini menjadi pemasok beras terbesar, sementara kondisi Pulau Jawa akan semakin kering seiring dampak perubahan iklim.

Dampak perubahan iklim dipengaruhi pula dengan pertumbuhan infrastuktur dan industri yang tak terkendali sejalan kepentingan industri otomotif, real estat, konstruksi, dan semen.

"Harus dipertimbangkan bagaimana dampak perubahan iklim, terutama terhadap Jawa sebagai cadangan pangan, sementara para petaninya mulai menua," katanya.

Di sisi lain, kata dia, anak-anak muda di desa lebih memilih bekerja di kota sehingga berdampak terancamnya cadangan pangan nasional yang selama ini mengandalkan beras.

Tanaman padi, jelas mantan peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu, memiliki karakteristik membutuhkan banyak konsumsi air.

"Beras (padi) itu boros air dan daerah yang bisa mencukupinya cuma Sulsel dan Jawa, terutama Jawa Timur. Jawa Barat sudah mulai berkurang, Jawa Tengah enggak begitu banyak," katanya.

Oleh karena itu, ia juga mengingatkan pentingnya mengkaji kembali strategi pangan Indonesia yang selama ini hanya mengandalkan komoditas beras.

"Apa harus makan beras dari Sabang sampai Merauke? Kan enggak mesti begitu. Komoditas lain, seperti jagung, sagu, dan lainnya harus didorong supaya jangan semuanya bergantung pada beras," katanya.

Kemudian, kata dia, lahan-lahan subur dan produktif di Jawa yang selama ini dilewati jalur tol bisa dikonversi dengan lahan-lahan pengganti cadangan pangan di luar Jawa.

"Banyak lahan-lahan nganggur di luar Jawa yang perlu dikonversi sebagai cadangan pangan, tetapi dengan komoditas yang tidak terlalu bergantung dengan air," katanya.