Bandarlampung (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung memperketat pengawasan lalu lintas ternak guna mencegah adanya penyebaran penyakit antraks di daerah itu.
"Kami terus mewaspadai adanya antraks serta penyakit lainnya di sini. Terkhusus untuk antraks ini merupakan penyakit zoonosis artinya dari binatang bisa menular ke manusia jadi sangat berbahaya," ujar Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Lampung Kusnardi di Bandarlampung, Jumat.
Ia mengatakan melihat dari kasus yang terjadi di Gunung Kidul, Yogyakarta, maka pemerintah daerah mulai melakukan langkah antisipasi. Salah satunya dengan memperketat pengawasan lalu lintas ternak yang akan masuk ke daerahnya.
"Sementara ditingkatkan pengawasan lalu lintas ternak di perbatasan meski belum ada kasus di sini. Lalu akan menyiagakan tim dengan bekerja sama pihak terkait untuk memonitor pergerakan ternak baik keluar atau masuk Lampung," katanya.
Menurut dia, langkah antisipasi tersebut dilakukan sebab Lampung menjadi daerah lumbung ternak yang berpotensi terpapar antraks.
"Di sini karena banyak ternak jadi potensi persebaran juga ada. Jadi nanti dibuat aturan kendaraan-kendaraan bekas pengangkutan ternak dari daerah terjangkit akan ada perlakuan khusus," ucapnya.
Dia menjelaskan penyakit antraks tersebut berbeda dari penyakit lain karena memiliki potensi penyebaran spora antraks dari hewan ternak ke manusia.
"Karena ini zoonosis dan tingkat mortalitas tinggi jadi perlu hati-hati. Kalau untuk tata laksana hewan yang terpapar harus segera dimusnahkan dengan dikubur atau dibakar kalau tidak akan cepat menular ke manusia," tambahnya.
Dia mengatakan Lampung juga pernah mengalami kasus antraks pada ternak, namun dapat dikendalikan dengan dilakukan pemusnahan pada ternak terjangkit.
"Lampung pernah beberapa kali terjadi (kasus antraks) tapi bisa cepat dimusnahkan dan sekarang berdasarkan pendataan masih bisa dikendalikan meski belum bisa dikatakan bebas sepenuhnya," ujar dia.
Diketahui antraks merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Bacillus Anthracis yang menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba dan lainnya, serta bisa menular kepada manusia.
Ada empat jenis antraks pada manusia, yang paling umum di Indonesia adalah antraks kulit (cutaneous) dengan risiko kematian berkisar 25 persen karena pengaruh sayatan atau luka lecet hingga bakteri masuk ke dalam jaringan kulit.
Berikutnya adalah antraks paru-paru dengan potensi kematian mencapai 80 persen akibat spora antraks yang terhirup ke pernapasan dan mencapai dinding alveoli.
Antraks juga mampu menyerang saluran pencernaan dengan potensi kematian 25 hingga 75 persen.
Bakteri masuk ke tubuh penderita usai mengonsumsi daging dari hewan yang tertular dan tidak dimasak dengan sempurna. Dan antraks injeksi sebagai jenis baru yang menyerupai antraks kulit.
"Kami terus mewaspadai adanya antraks serta penyakit lainnya di sini. Terkhusus untuk antraks ini merupakan penyakit zoonosis artinya dari binatang bisa menular ke manusia jadi sangat berbahaya," ujar Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Lampung Kusnardi di Bandarlampung, Jumat.
Ia mengatakan melihat dari kasus yang terjadi di Gunung Kidul, Yogyakarta, maka pemerintah daerah mulai melakukan langkah antisipasi. Salah satunya dengan memperketat pengawasan lalu lintas ternak yang akan masuk ke daerahnya.
"Sementara ditingkatkan pengawasan lalu lintas ternak di perbatasan meski belum ada kasus di sini. Lalu akan menyiagakan tim dengan bekerja sama pihak terkait untuk memonitor pergerakan ternak baik keluar atau masuk Lampung," katanya.
Menurut dia, langkah antisipasi tersebut dilakukan sebab Lampung menjadi daerah lumbung ternak yang berpotensi terpapar antraks.
"Di sini karena banyak ternak jadi potensi persebaran juga ada. Jadi nanti dibuat aturan kendaraan-kendaraan bekas pengangkutan ternak dari daerah terjangkit akan ada perlakuan khusus," ucapnya.
Dia menjelaskan penyakit antraks tersebut berbeda dari penyakit lain karena memiliki potensi penyebaran spora antraks dari hewan ternak ke manusia.
"Karena ini zoonosis dan tingkat mortalitas tinggi jadi perlu hati-hati. Kalau untuk tata laksana hewan yang terpapar harus segera dimusnahkan dengan dikubur atau dibakar kalau tidak akan cepat menular ke manusia," tambahnya.
Dia mengatakan Lampung juga pernah mengalami kasus antraks pada ternak, namun dapat dikendalikan dengan dilakukan pemusnahan pada ternak terjangkit.
"Lampung pernah beberapa kali terjadi (kasus antraks) tapi bisa cepat dimusnahkan dan sekarang berdasarkan pendataan masih bisa dikendalikan meski belum bisa dikatakan bebas sepenuhnya," ujar dia.
Diketahui antraks merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Bacillus Anthracis yang menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba dan lainnya, serta bisa menular kepada manusia.
Ada empat jenis antraks pada manusia, yang paling umum di Indonesia adalah antraks kulit (cutaneous) dengan risiko kematian berkisar 25 persen karena pengaruh sayatan atau luka lecet hingga bakteri masuk ke dalam jaringan kulit.
Berikutnya adalah antraks paru-paru dengan potensi kematian mencapai 80 persen akibat spora antraks yang terhirup ke pernapasan dan mencapai dinding alveoli.
Antraks juga mampu menyerang saluran pencernaan dengan potensi kematian 25 hingga 75 persen.
Bakteri masuk ke tubuh penderita usai mengonsumsi daging dari hewan yang tertular dan tidak dimasak dengan sempurna. Dan antraks injeksi sebagai jenis baru yang menyerupai antraks kulit.