Kota Bandarlampung Aman dari Penyakit Antraks

id ilustrasi sapi, penyakit antrak

Kota Bandarlampung Aman dari Penyakit Antraks

Ilustrasi sapi (Foto: Antara/Novrian Arbi )

...Meski belum ditemukan penyebaran penyakit antraks itu pada ternak maupun manusia, kami terus melakukan pemantiauan dan pengawasan di lapangan, kata Agustini...
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Dinas Pertanian Kota Bandarlampung, Provinsi Lampung menyatakan daerah ini masih aman dari penyakit antraks yang biasa menyerang sapi dan bisa menular secara akut disebabkan bakteri Bacillus anthracis, namun perlu mewaspadainya.

"Meski belum ditemukan penyebaran penyakit antraks itu pada ternak maupun manusia, kami terus melakukan pemantiauan dan pengawasan di lapangan," kata Kepala Dinas Pertanian Kota Bandarlampung Agustini, di Bandarlampung, Senin.

Dia mengatakan, saat ini penyakit antraks maupun penyebaran bakteri penyebab antraks tersebut belum ditemukan di Kota Bandarlampung, dan jika pun ada pihaknya akan langsung mengambil tindakan antisipasi dengan memperketat jalur pengiriman ternak yang bekerjasama dengan Balai Karantina.

Pemkot Bandarlampung khususnya Dinas Pertanian telah bekerjasama dengan Balai Karantina dan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung untuk pencegahan terutama ternak yang akan masuk ke Lampung.

"Dinas Pertanian yang juga membawahi soal perternakan lebih memperketat pengawasannya, terutama soal bakteri antraks yang bisa menulari dari sapi ke manusia," kata dia lagi.

Pihaknya juga gencar melakukan sosialisasi penyebaran bakteri tersebut kepada para peternak, dan melibatkan aparat kelurahan maupun kecamatan.

"Yang kami tekankan kepada masyarakat adalah jika menemukan ada gejala hewan ternak mati mendadak, keluar darah dari hidung serta lubang lain, dan darah ternak ketika dipotong berwarnah hitam, maka langsung melapor kepada kami," katanya pula.

Para pedagang ternak dan daging pun tidak luput dari soasialisasi.

Menurutnya, saat ini pasokan sapi di Kota Bandarlampung lebih banyak dari Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Selatan dari Kecamatan Sidomulyo.

"Kami pun sudah mengimbau untuk rumah potong hewan di Kota Bandarlampung agar selalu waspada, saat ini kami memiliki empat rumah potong hewan itu, salah satunya milik Pemkot Bandarlampung," kata dia.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung dr Edwin Rusli menegaskan pula Kota Tapis Berseri saat ini bebas dari penyakit antraks tersebut, karena tidak adanya peternakan sapi di daerah ini.

"Karena tidak ada peternakan sapi, membuat Kota Bandarlampung lebih aman," kata dia.

Dia mengatakan, penularan antraks itu biasanya berasal dari kandang yang kotor, dan kondisi seperti itu bisa dikatakan tidak ada di Bandarlampung.

Apalagi rumah potong hewan yang ada di daerah ini, dilihat dari kondisinya sangat bersih.

Namun, pihaknya tetap mengimbau kepada masyarakat khususnya yang bekerja di bidang perternakan sapi harus mewaspadai penyebaran penyakit akibat bakteri tersebut.

"Harus tetap waspada dan tetap menjaga kebersihan," kata dia lagi.

Penyakit antraks yang menular secara akut dengan penyebabnya adalah bakteri Bacillus anthracis. Bakteri antraks itu bisa menular lewat tiga jalan, yaitu melalui kulit, melalui napas (inhalasi) atau melalui makanan (ingesti).

Antraks kulit (Cutaneous anthrax) umumnya banyak dijumpai pada manusia, sekitar 95 persen dari kejadian antraks.

Antraks kulit bisa pula disebabkan dari gigitan serangga yang membawa spora bakteri dari hewan ternak yang telah terinfeksi bakteri penyebab antraks.

Penularan antraks pada manusia dapat dicegah antara lain dengan menjaga kebersihan di lingkungan tempat tinggal, serta hidup bersih dan sehat.

Warga diminta menghindari kontak langsung dengan bahan atau makanan yang berasal dari hewan ternak yang dicurigai terkena antraks. Jika ada hewan ternak yang mati karena antraks, harus dikubur dengan benar.

Hewan yang kena antraks ditandai dengan suhu tubuh tinggi, dan kehilangan nafsu makan. Pembengkakan terjadi di sekitar leher, hidung, kepala, dan skrotum. Hewan itu juga tampak sempoyongan dan gemetar. Khusus pada sapi perah muncul gejala yang mengarah pada terhenti produksi susu.

Jangan memotong dan mengkonsumsi daging hewan yang sakit, beli daging dari rumah pemotongan hewan bersertifikat, jangan membeli dan mengkonsumsi daging hewan pemamah biak, seperti sapi, kambing, kerbau, kuda yang berwarna gelap dan berlendir

Lalu, gunakan sarung tangan plastik atau karet dan masker pada saat mengolah daging. Masak daging dengan sempurna hingga matang dengan suhu di atas 100 derajat Celsius selama waktu 5-10 menit.   (ANt)