Ternak sapi di Pesisir Barat Lampung masih terjangkit penyakit cacar kulit

id Penyakit LSD,Pesisir Barat ,peternak

Ternak sapi di Pesisir Barat Lampung masih terjangkit penyakit cacar kulit

Ilustrasi- hewan ternak sapi milik warga. (ANTARA/Riadi Gunawan)

Pesisir Barat (ANTARA) - Puluhan hewan ternak sapi di Kabupaten Pesiar Barat, Lampung, terjangkit penyakit cacar kulit atau Lumpy Skin Disease (LSD).

"Untuk kasus LSD dari hasil laporan peternak dan petugas di lapangan itu totalnya, yang terindikasi di wilayah ini ada 31 ekor," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pesisir Barat Unzir saat dihubungi dari Lampung Selatan, Rabu.

Ia mengatakan puluhan ternak sapi tersebut sedang dalam penanganan petugas dan ada beberapa yang terjangkit. Meski sudah ada yang membaik, namun masih ada yang masih dalam proses pengobatan.

"Dan semuanya Alhamdulillah sudah diobati, dirawat, dan sekarang sudah sembuh, akan tetapi masih dalam pengawasan oleh petugas kami," ujarnya.

Pihaknya akan memperketat lalu lintas hewan ternak yang masuk ke Pesisir Barat guna mencegah penyebaran LSD, antraks, dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

"Dan kami juga telah memperketat lalu lintas ternak, harus memenuhi persyaratan sudah divaksin PMK, sudah divaksin LSD, menunjukkan hasil lab bebas antraks," katanya.

Ia menjelaskan hingga saat ini untuk Kabupaten Pesisir Barat belum mempunyai dokter hewan. "Kami di Pesisir Barat belum punya dokter hewan," ujarnya.

Dia mengimbau masyarakat, khususnya peternak, apabila hewan ternak mulai menunjukkan gejala seperti LSD segera melaporkan ke pihak dinas setempat.

Wabah LSD disebabkan virus bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae yang umumnya menyerang hewan sapi dan kerbau.

LSD pertama kali dilaporkan di Zambia, Afrika, pada tahun 1929 dan terus menyebar di benua Afrika, Eropa, dan Asia. Pada tahun 2019 LSD dilaporkan di China dan India, lalu setahun setelahnya menyebar di Nepal, Myanmar, dan Vietnam.

Pada tahun 2021 LSD telah dilaporkan di Thailand, Kamboja, dan Malaysia. Tahun ini baru ditemukan di Indonesia.

Penularan LSD secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit, namun virus ini juga dapat menular melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu pada ternak.

Penularan juga dapat terjadi secara intra-uterine atau melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD, seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik.