Bandarlampung (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung tengah mengusulkan agar ubi kayu sebagai komoditas unggulan di daerah itu dapat menerima pupuk subsidi.

"Saat ini tengah di bahas agar ubi kayu bisa dapat lagi pupuk subsidi," ujar Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim, di Bandarlampung, Kamis.

Ia mengatakan, pihaknya kini tengah mengusulkan kepada pemerintah pusat agar ubi kayu menjadi komoditas yang menerima pupuk bersubsidi.

"Memang ada pengurangan jumlah komoditas penerima pupuk bersubsidi, tapi kami terus berkomunikasi dengan pemerintah pusat agar ubi kayu bisa menerima alokasi pupuk subsidi lagi. Sebab ubi kayu ini komoditas unggulan Lampung," katanya.

Dia menjelaskan, untuk sementara waktu sebagai langkah antisipatif mencegah adanya kekurangan pupuk bagi petani ubi kayu, pihaknya telah mendorong penggunaan pupuk secara mandiri oleh petani.

"Yang tengah didorong saat ini dari segi pupuk mandiri oleh petani, sebab masih ada pupuk non subsidi dan bisa juga menggunakan pupuk organik atau pupuk kandang. Ini jadi langkah antisipasi juga jadi petani ubi kayu ini juga harus dijaga agar tetap produktif," tambahnya.

Menurut dia, selain pupuk subsidi bagi petani ubi kayu pemerintah daerah juga tengah mempersiapkan penyediaan pupuk bagi tanaman pakan ternak.

"Lampung ini juga sebagai lumbung ternak harus memperhatikan pupuk bagi tanaman untuk pakan ternak, sehingga tidak ada masalah untuk penyediaan pakan ternak di masa mendatang," ucap dia lagi.

Sebelumnya salah seorang petani ubi kayu asal Kabupaten Lampung Timur Bonari, merasa cukup kesulitan untuk mendapatkan keuntungan dari hasil tanam ubi kayu.

"Harga untuk singkong di tingkat petani saat ini hanya sebesar Rp850 per kilogram turun sejak tiga bulan lalu, dari sebelumnya Rp1.250 per kilogram dan terus turun berkala padahal hendak panen raya. Tidak sebanding dengan biaya modal tanam dan perawatan tanaman," ujar Bonari.

Ia mengatakan, di tambah lagi saat ini banyak petani ubi kayu tidak mendapatkan pupuk bersubsidi, dan biaya tanam untuk luasan lahan satu hektar dapat menelan biaya hingga Rp10 juta.

"Dengan harga jual singkong yang hanya Rp850 per kilogram, keuntungan petani tidak akan mencapai Rp5 juta per hektarnya untuk satu kali masa panen," kata dia.

Menurut dia, dengan keuntungan dan modal yang ada, dikhawatirkan biaya tanam singkong untuk masa tanam selanjutnya akan tidak tercukupi dengan penggunaan pupuk non subsidi.

"Kalau pupuk tidak maksimal, tentu akan berpengaruh pada berat ubi kayu dan berpengaruh pada pendapatan petani. Jadi sekarang pakai pupuk kandang saja dulu," ucapnya.

 

Pewarta : Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor : Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2024