Jakarta (ANTARA LAMPUNG) - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Susanto mengatakan peringatan Sumpah Pemuda menjadi momentum untuk melawan kejahatan terhadap anak di Tanah Air.

"Pemuda tak boleh kalah dengan pelaku kejahatan anak. Pencegahan harus menjadi gerakan kolektif pemuda. Penanganan kasus anak harus menjadi panggilan jiwa pemuda. Maka, cegah dengan cara yg jitu, agar anak indonesia terselamatkan dari paparan kejahatan," katanya, di Jakarta, Sabtu.

Susanto mengatakan saat ini bangsa Indonesia menghadapi beragam pola penjajahan baru, kejahatan terorisme terus menyasar anak, dan remaja.

"Ini menu baru penjajahan di era kini. Bahkan mereka merupakan kelompok sasaran strategis yg terus diincar," kata dia.

Di pihak lain, ekspansi distribusi pornografi semakin serius yg menjadikan anak sebagai target. Inilah yg sering memicu anak sebagai pelaku penyimpangan seksual, selain faktor disfungsi pengasuhan, minimnya kontrol sosial serta adanya kecenderungan bergesernya standar nilai-nilai etik di masyarakat.

Selain itu, kejahatan berbasis dunia maya telah menjadi pilihan modus baru bagi pelaku kejahatan. Bandar narkoba tak lagi menggunakan pola-pola manual dalam perdagangan narkotika, namun strateginya bergeser menggunakan pendekatan teknologi.

"Pergerakan ini semakin menyulitkan orang sekitar anak, dalam memantau sindikat ini. Untuk kelompok ortu tertentu modus ini tentu menjadikan ortu semakin kuwalahan memastikan anak agar tak terpapar narkotika, apalagi seringkali modusnya sangat rapih," kata dia.

Susanto menambahkan eksploitasi anak untuk kepentingan ekonomi juga masih cukup serius, terbaru ada dugaan pabrik petasan di tengerang menghebohkan publik. Ia diduga melibatkan anak bekerja di sektor berbahaya dengan gaji rendah dan target tinggi. *
(ANTARA)

Pewarta : Aubrey Kandelila Fanani
Editor : Samino Nugroho
Copyright © ANTARA 2024