Gresik, Jawa Timur (ANTARA) - Menyusuri jalanan di Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, Jawa Timur yang akan selalu tersirat untuk kawasan itu adalah daerah yang gersang dan panas, karena letaknya berada di pinggiran, atau jauh dari keramaian dan kebisingan perkotaan.
Di salah satu desanya, yakni Desa Hendrosari orang pada umumnya pasti mengenal sebagai desa memabukkan, karena di lokasi itu menjadi salah satu produsen minuman tradisional bernama tuak, yang dibuat dari buah siwalan difermentasi.
"Dulu kalau orang datang ke sini pulang-pulang pasti mabuk setelah meminum tuak tersebut," kata Kepala Desa Hendrosari, Asna Hadi Saputra, Rabu.
Namun kini wajah gersang kawasan desa itu sudah berubah 90 derajat menjadi hamparan hijau dengan nama desa wisata Lontar Sewu.
Sempat viral serta menjadi "jujugan" wisatawan milenial, terutama para instagram mania yang ingin mencari gambar atau lokasi spot foto menarik, atau istilahnya instagramable.
Asna ditemui di Kabupaten Gresik mengatakan, untuk mengubah cara pandang orang terhadap desa yang dipimpinya tidaklah mudah, sebab membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Ia bersama warga sepakat mengubah stigma atau cara pandang orang luar terhadap desa itu dengan menggenjot potensi pohon siwalan yang sudah terkenal di wilayah setempat.
"Kami bersama masyarakat tergerak untuk mengubah cara pandang terhadap desa kami, dan mengubahnya menjadi peluang untuk mendatangkan wisatawan, sehingga ada perputaran uang di dalam desa," katanya.
Kemudian, lahan desa seluas 192 hektare ditanami dengan banyaknya pohon siwalan yang tumbuh subur, dan ditata sedemikian rupa sehingga enak dipandang dan menjadi wisata desa yang mengandalkan tumbuhan dan buah siwalannya.
"Ada 2.600 pohon yang tumbuh di sini, yang kami tata dan lengkapi dengan sejumlah fasilitas pendukung mulai spot swafoto hingga fasilitas lain. Seperti perahu hingga berbagai mainan untuk anak-anak. Warga pun kemudian banyak yang memanfaatkan sebagai wisata alternatif," katanya.
Perubahan wajah desa yang dilakukan dengan dana hibah dari Kementerian Desa sebesar Rp1,3 miliar itu pun tidak sia-sia, dan kini menjadi salah satu tempat wisata alternatif di Kabupaten Gresik.
Ia mengatakan, pemberian dana hibah merupakan kerja sama antara Desa Hendrosari dengan Kemendes PDTT melalui Program Pilot Inkubasi Inovasi Desa Pengembangan Ekonomi Lokal (PIID-PEL) tahun 2019.
Program Pilot Inkubasi Inovasi Desa Pengembangan Ekonomi Lokal yang dilaksanakan Direktorat Pengembangan Usaha Ekonomi Desa (PUED) merupakan program/kegiatan fasilitasi yang dilakukan untuk mendorong pengembangan produk unggulan desa.
Hal itu dilakukan melalui kemitraan antara KUEMD termasuk koperasi, lembaga ekonomi desa (BUMDes) dan Pelaku Bisnis Profesional melalui konsep kemitraan yang dikenal dengan konsep kerja sama pemerintah, swasta, dan masyarakat (Public-Private-People-Partnership).
Kini, desa itu mulai terkenal dengan nama Edu Wisata Lontar Sewu dan menjadi 'jujugan." Tak kurang pengunjung yang datang sedikitnya 3.000 orang setiap akhir pekan, dan sekitar 300 pengunjung saat hari biasa.
Desa itu, tercatat juga mampu memberikan nilai tambah Pendapatan Anggaran Desa (PADes) dari awalnya yang hanya dikenal sebagai desa memabukkan.
Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto yang sempat berkunjung ke desa itu berharap, desa lain bisa mencontoh apa yang dilakukan Desa Hendrosari, dengan menemukan potensi dan membaca peluang.
"Letak geografis desa tidaklah sama, pasti memiliki potensi dan harus dikembangkan," kata Sambari mengomentari keberadaan desa tersebut.
Berubahnya wajah Desa Hendrosari membuat Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar pun kepincut , sehingga datang langsung melihat dan meresmikannya sebagai desa inovatif.
Dalam kunjungannya beberapa waktu lalu, Halim mengapresiasi terhadap hal yang telah dilakukan para aparatur desa.
Dia meminta, ke depan harus ada peningkatan kapasitas khususnya untuk para perangkat dan pendamping desa, tujuannya untuk mempertahankan fasilitas yang telah dibangun.
Mantan Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur itu, berharap konsep pembangunan dan inovasi harus dipertahankan supaya wisata tetap berdiri eksis, tidak mati suri.
Halim juga telah meresmikan desa itu pada Minggu (9/2) menjadi desa wisata yang ditandai penandatanganan prasasti Wahana Edu Wisata Lontar Sewu.
Menurut Halim, terdapat dua hal yang tidak akan pernah terdampak oleh krisis yakni wisata dan kuliner. Oleh karena itu, dirinya optimistis bahwa desa yang memiliki dua hal itu akan tahan terhadap gejolak ekonomi.
"Satu hal saja sudah tepat. Apalagi, Desa Hendrosari ini memiliki dua hal tersebut. Ini adalah suatu pilihan yang tepat. Jadi, wisata disini sangat luar biasa," katanya.
Halim juga mengapresiasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Lontar Sewu yang berinovasi dalam mengembangkan usahanya.
"Desa ini sudah memiliki BUMDes yang bagus dengan mengelola desa wisata. Apalagi, desa wisata dibangun atas dasar permasalahan dan potensi. Ini adalah suatu pendekatan yang sangat tepat," katanya.
Oleh karena itu, Halim berpesan pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa untuk terus memotivasi dan memacu pendirian BUMDes yang tentunya harus betul-betul memahami kebutuhan dan potensi.
"Kita berharap dengan adanya destinasi wisata ini kesejahteraan ekonomi masyarakat bisa meningkat," katanya.