Gulai Taboh Merupakan Warisan Kuliner "Bumi Ruwa Jurai"

id Gulai Taboh, makanan khas Lampung, kuliner Lampung, wisata kuliner

Gulai Taboh Merupakan Warisan Kuliner "Bumi Ruwa Jurai"

Gulai Taboh (Foto: HO)

Salah satu menu makanan khas Lampung yang terkenal dan merupakan bagian dari leluhur suku Lampung sejak dulu yang masih bertahan hingga kini, adalah Gulai Taboh
Bandarlampung  (Antaranews Lampung ) - Lampung memiliki wisata kuliner yang tak kalah dari daerah lainnya di Nusantara, salah satunya adalah Gulai Taboh yang merupakan warisan makanan khas Lampung "Bumi Ruwa Jurai".

 "Salah satu menu makanan khas Lampung yang terkenal dan merupakan bagian dari leluhur suku Lampung sejak dulu yang masih bertahan hingga kini, adalah Gulai Taboh," kata Sopiah, salah satu chef di restoran makanan khas Lampung yaitu Cikwo Resto & Coffee, di Bandarlampung, Minggu.

Ia menyebutkan, Gulai Taboh ini menjadi salah satu sayur pendamping yang masuk pada sajian menu utama dalam budaya santap masyarakat Lampung.

Hidangan ini, lanjutnya, terlihat mirip dengan hidangan sayur lodeh di daerah lain, namun yang menjadi pembedanya adalah penggunaan ikan sebagai bahan dasarnya dan bumbu-bumbu rempah.

Menurutnya, Gulai Taboh ada dua tipe, yaitu Gulai Taboh yang menggunakan bahan dasar ikan laut dengan tambahan sayuran daun tangkil, kacang panjang dan rebung, kemudian ada Gulai Taboh yang menggunakan ikan sungai dengan campuran tuba (keluwek) dalam proses memasaknya.

"Di resto, kami menghidangkan Gulai Taboh jenis Tapa Semalam," ujarnya.

Sopiah menjelaskan, Gulai Taboh Tapa Semalam adalah hidangan ikan asap dengan bumbu bersantan kental yang berasal dari pesisir Lampung.

"Khusus di restoran ini, kami menggunakan ikan mujair atau nila berukuran sedang yang telah diasap minimal enam jam," terang Sopiah.

Ia menambahkan, daging ikan yang telah diasap menggunakan sabut dan batok buah kelapa. Metode pematangan ikan tersebut membuat rasa ikan menjadi unik dan khas.

Pengasapan yang lama inilah menjadikan masakan disebut Gulai Taboh Tapa Semalam, karena harus "bertapa" atau diasapi selama 6 jam dan bahkan lebih untuk menimbulkan cita rasa yang lebih kuat.