Washington (Antara/Xinhua-OANA) - Virus Ebola dapat terus hidup di dalam sperma sebagian penyintas selama sedikitnya sembilan bulan, demikian hasil awal satu studi yang disiarkan pada Rabu (14/10).
Sebelumnya, Ebola telah dideteksi pada sperma pria setelah mereka sembuh tapi tak ada keterangan yang tersedia mengenai rentang waktu kehidupannya di dalam cairan tubuh.
Di dalam studi baru itu, 93 lelaki yang berusia di atas 18 tahun dari Freetown, Sierra Leone, memberi sampel sperma untuk diperiksa guna mendeteksi keberadaan zat genetik virus Ebola.
Semua lelaki yang diperiksa dalam tiga bulan pertama setelah penyakit Ebola mulai menyerang mereka didapati positif, kata studi tersebut, sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis siang. Studi itu disiarkan di New England Journal of Medicine, AS.
Lebih separuh dari lelaki itu yang diperiksa antara empat sampai enam bulan setelah penyakit tersebut mulai menyerang didapati positif, sedangkan seperempat mereka yang diperiksa antara tujuh dan sembilan bulan setelah mereka sakit juga didapati positif.
Mengapa sebagian peserta studi telah bersih dari virus Ebola lebih cepat dibandingkan dengan yang lain masih belum jelas. US Centers for Disease Control and Prevention menyatakan lembaga tersebut sedang melakukan pemeriksaan lebih lanjut atas semua sampel guna memastikan apakah virus itu hidup dan berpotensi menular.
"Hasil ini muncul pada saat kritis, dan mengingatkan kita bahwa meskipun jumlah kasus Ebola terus turun, penyintas Ebola dan keluarga mereka terus berjugan menghadapi dampak penyakit tersebut," kata Bruce Aylward, Wakil Khusus Direktur Jenderal WHO mengenai Reaksi Ebola, di dalam satu pernyataan.
"Studi ini menyediakan bukti lebih jauh bahwa penyintas memerlukan dukungan mendasar yang berlanjut selama enam sampai 12 bulan berikutnya untuk menghadapi tantangan ini dan menjamin pasangan mereka tidak terpajan pada potensi virus itu," katanya.
Menurut studi tersebut, sampai sperma penyintas pria dua kali diperiksa negatif, ia dianjurkan tidak melakukan hubungan seks atau menggunakan kondong ketika melakukan hubungan semacam itu.
Studi tersebut dilakukan secara bersama oleh Kementerian Kesehatan dan Kebersihan Sierra Leone, Kementerian Pertahanan Sierra Leone, Organisasi Kesehatan Dunia dan US Centers for Disease Control and Prevention.