Bandarlampung (Antara Lampung) - Sebagian petambak PT Central Pertiwi Bahari (CPB) Bratasena di Desa Dente Teladas, Kabupaten Tulangbawang, Lampung, tidak lagi beraktivitas karena sudah empat bulan tidak lagi menerima natura dan pinjaman biaya hidup dari perusahaan.
"Sekitar dalam satu siklus, kami tidak lagi melakukan aktivitas bertambak sehingga kami tidak mendapatkan biaya hidup dari perusahaan," kata salah satu petambak Sutriman (52) di Tulangbawang.
Menurutnya, pencabutan fasilitas tersebut memaksa dirinya untuk melakukan pekerjaan perkebunan seperti mencabut singkong.
"Biasanya pekerjaannya ringan, sekarang pekerjaannya berat mencabut singkong, mencangkul di bawah terik matahari," katanya.
Dalam pekerjaan sementeranya itu, dia mendapat penghasilan Rp30 ribu per hari.
"Saya pusing, mana sekolah anak-anak membutuhkan biaya lagi, tidak tahu ini, sampai kapan perusahaan akan seperti ini," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Komunikasi PT CPB Tarpin A Nasri membenarkan bahwa perusahaan tidak memberikan PBH dan Natura.
"Benar, untuk sementara tidak diberikan dulu sampai batas waktu yang tidak ditentukan, karena CPB sudah tidak berbudidaya," kata dia.
Menurutnya, perusahaan tidak melakukan aktivitas budidaya karena tidak ada kepastian investasi dan jaminan keamanan perusahaan.
"Agar perusahaan tetap beroperasi, PT CPB mengambil hasil panen udang petambak dari perusahaan lain seperti PT Wahyu Mandiri di Sumatera Selayan, namun demikian pasokan udang masih mengalami kekurangan 100 ton per hari," ujarnya.
Karena itu, perusahaan melakukan pengurangan tenaga kerja di Food Processing Division (FPD) yang berasal dari tenaga outsourcing dan petambak.
PT CPB memiliki luas areal 8.000 hektare, luas tersebut termasuk infrastruktur dan petambakan, terdiri dari empat blok (Blok 2, Blok 1, blok 71/Tanjung Krosok, dan Blok 81), terbagi dalam dua kampung (Bratasena Adiwarna, dan Bratasena Mandiri).
Total petambak plasma awalnya 3.333 orang namun setelah dikurangi yang ambil Tali Asih 994 orang maka jumlah petambak perusahaan tersebut kini berkurang menjadi 2.339 orang, sedangkn jumlah karyawan tetap 1.900 orang dan ditambah karyawan outsourcing 5.915 orang.
"Program budidaya parameter baru yang sudah dilakukan uji coba sebelumnya dan hasilnya pun bagus sebagai upaya mengurangi virus, mungkin petambak dan perusahaan dapat diselamatkan," kata Tarpin.
Berita Terkait
Jokowi sebut Indonesia bisa rusuh bila dulu terapkan "lockdown"
Kamis, 26 Januari 2023 11:36 Wib
Polisi ringkus dua napi buntut keributan di Rutan Padang
Senin, 16 Mei 2022 6:40 Wib
Keributan di Rutan Padang terkait izin keluar narapidana
Senin, 16 Mei 2022 6:38 Wib
Jenazah korban rusuh Sorong asal Bukittinggi Sumatera Barat dimakamkan
Selasa, 1 Februari 2022 5:24 Wib
Lapas Parigi rusuh, Polres kerahkan ratusan personel
Kamis, 7 Oktober 2021 20:01 Wib
Demonstran di Tunisia nyanyikan 'Arab Spring', rusuh kembali berlanjut
Rabu, 20 Januari 2021 10:30 Wib
Dua mahasiswi Akper tewas dalam kebakaran di Banda Aceh
Sabtu, 10 Oktober 2020 13:33 Wib
Beirut rusuh, dua menteri mundur
Selasa, 11 Agustus 2020 5:18 Wib