Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG) - Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) akan mengadakan Seminar International Seni Tradisional Lampung pada tanggal 14 Oktober 2011 guna memperkenalkan sejarah alat musik daerah itu.
"Kegiatan ini diadakan bertujuan untuk mengungkap sejarah mengenai alat musik tradisional asli Lampung yang selama ini belum tergali," kata Sekretaris Pelaksana Seminar Interansional MPAL, Fajar Ramadhan Raden Ningrat Natamarga, di Bandarlampung, Kamis.
Menurutnya, dalam seminar tersebut akan diungkap juga sejarah dari "Gamolan" sebuah alat tradisional khas masyarakat Lampung yang sudah ada sejak dahulu.
"Kebanyakan masyarakat mengetahui bahwa gamolan itu sama dengan gamelan yang berasal dari Pulau Jawa, tapi menurut peneliti seni, alat musik tersebut berbeda dan berasal dari Lampung," ujar dia.
Acara itu, ia melanjutkan, akan menghadirkan sejumlah pembicara seperti, Prof Hj Margaret J Kartomi, dari Monash University, Australia, Hasyimkan Ratu Makmur, dan Henry Susanto, yang keduanya berasal dari Universitas Lampung.
Salah seorang peneliti seni tradisional Lampung, Hasyimkan Ratu Makmur mengatakan, acara seminar itu juga sebagai ajang pembuktian kalau masyarakat Lampung juga punya ikon seni yang bisa dibanggakan.
"Keberadaan alat musik tersebut di Provinsi Lampung selama ini nyaris belum terdengar keagungan, kebesaran, dan kehebatannya sehingga perlu adanya pendeklarasiannya agar diakui oleh publik," kata peneliti yang juga dosen di Universitas Lampung itu.
Meskipun demikian, Hasyimkan melanjutkan, semua itu dilaksanakan tanpa mengurangi rasa hormat kepada para penyimbang atau sesepuh adat yang telah membesarkan nama Lampung.
"Seminar ini hanya untuk mengungkap sisi terkecil dari segala sesuatu yang telah dimiliki dan dibesarkan oleh mereka para sesepuh adat yang memiliki hak otoritas terhadap kebudayaan Lampung," jelas pria yang biasa disapa Ican itu.
Ia menerangkan, Gamolan dan gamelan memiliki nama yang nyaris mirip tetapi berbeda. Tangga nada gamolan Lampung berdasarkan arkeologi atau instrumen ialah do re mi so la si do. Sementara gamelan Jawa Slendro berdasarkan Andersen Sutton ialah do re mi so la si.
Jadi, kata dia menegaskan, barang siapa mengganti nama gamolan menjadi nama lain, maka sama saja orang tersebut telah memenggal kenyataan dan sejarah yang ada di nusantara.
Kegiatan Seminar Internasional Majelis Penyimbang Adat Lampung itu mendapat respon positif dari sejumlah para sesepuh adat Lampung, diantaranya Zainuri Anjungan Sakti, salah seorang sesepuh adat dari Kabupaten Waykanan, dan Roni Ratu Akuan, sesepuh adat yang juga Sekretaris Umum MPAL Kota Bandarlampung.
"Sekitar tahun 1950-an alat musik tradisional gamolan sering dipertunjukan pada saat acara-acara penting, seperti pesta pernikahan, atau acara adat lainyya," kata Roni Ratu Akuan.(Ant)