Bandarlampung (ANTARA) - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Sumatra Bagian Barat (Sumbagbar) Kementerian Keuangan menyatakan bahwa impor alat utama sistem senjata (alutsista) turut membantu peningkatan devisa Lampung periode Januari-Juli 2024.
"Hingga Januari-Juli 2024 ada top lima devisa impor Lampung yakni senjata dan amunisi, minyak mentah, makanan olahan lainnya (gula), ternak lainnya (binatang hidup), bungkil dan residu," kata Kepala Kantor Wilayah DJBC Sumatra Bagian Barat Estty Purwadiani di Bandarlampung, Kamis.
Dia menyebutkan devisa impor senjata dan amunisi tumbuh hingga 100 persen (yoy), diikuti minyak mentah 7,01 persen (yoy), makanan olahan lainnya (gula) 42,25 persen (yoy) ternak lainnya (binatang hidup) 44,90 persen (yoy).
"Sebagian besar komoditas Top 5 penghasil devisa impor di regional Lampung sampai dengan Juli 2024 tumbuh positif. Kecuali bungkil dan residu mengalami perlambatan sebesar -26,67 persen (yoy)," kata dia.
Dia menjelaskan bahwa terkait kenaikan signifikan devisa impor senjata dan amunisi di Lampung bukanlah sesuatu yang sifatnya rutin dalam penerimaan Kepabeanan dan Cukai.
"Senjata dan amunisi ini diimpor Kementerian Pertahanan dalam hal ini Mabes TNI, melalui Lampung. Dan Lampung hanya pintu masuknya saja. Namun memang kegiatan ini mempengaruhi neraca perdagangan Lampung," kata dia.
Di sisi lain, hal sebaliknya terjadi pada devisa ekspor Lampung dalam periode yang sama. Sebagian komoditas top lima penghasil devisa ekspor di regional Lampung justru tumbuh negatif seperti minyak kelapa sawit, batu bara, kopi, bubur kertas (pulp), bungkil dan residu.
"Devisa ekspor batu bara mengalami perlambatan sebesar -10,58 persen (yoy); bubur kertas -0,37 persen (yoy) bungkil dan residu -15,79 persen (yoy). Sedangkan minyak kelapa sawit dan kopi mengalami kenaikan devisa ekspor masing-masing sebesar 21,29 persen (yoy) dan 1,91 persen (yoy),” katanya.
Secara keseluruhan, devisa impor pada periode yang sama telah tercatat mencapai sebesar 2,13 juta dolar AS dan devisa ekspor mencapai 2,4 juta dolar AS.
Estty pun menyampaikan, penerimaan Kepabeanan dan Cukai di Lampung sepanjang Januari-Juli 2024 tercatat sebesar Rp516,96 miliar atau 39,04 persen dari target sebesar Rp1,32 triliun.
Penerimaan tersebut mencakup realisasi bea masuk sebesar Rp334,9 miliar, bea keluar Rp173,9 miliar dan cukai Rp8,04 miliar.
“Penerimaan Bea dan Cukai terealisasi 39,04 dengan kinerja turun sebesar -20,88 persen (yoy). Namun kami tetap memperhatikan kondisi perekonomian internasional serta menjaga penerimaan ekspor dan impor,” kata dia.
Dia mengatakan bahwa untuk penerimaan cukai masih tumbuh positif sebesar 1.429,65 persen hal ini dipengaruhi realisasi pemesanan pita cukai (CK-1) atas komoditas rokok, elektrik maupun hasil tembakau.
"Sedangkan untuk bea masuk juga masih mengalami peningkatan sebesar 41,13 persen. Hal ini akibat peningkatan importasi gula dan beras. Sedangkan bea keluar mengalami perlambatan sebesar -58,13 persen, hal ini dipengaruhi oleh penurunan harga CPO di pasar global," katanya.
Baca juga: Bea Cukai Sumbagbar musnahkan 7 juta batang rokok ilegal
Baca juga: DJPb Lampung catat realisasi KUR Januari-Juni capai Rp4,6 triliun
Baca juga: Realisasi penerimaan kepabeanan cukai Lampung 13,60 persen
"Hingga Januari-Juli 2024 ada top lima devisa impor Lampung yakni senjata dan amunisi, minyak mentah, makanan olahan lainnya (gula), ternak lainnya (binatang hidup), bungkil dan residu," kata Kepala Kantor Wilayah DJBC Sumatra Bagian Barat Estty Purwadiani di Bandarlampung, Kamis.
Dia menyebutkan devisa impor senjata dan amunisi tumbuh hingga 100 persen (yoy), diikuti minyak mentah 7,01 persen (yoy), makanan olahan lainnya (gula) 42,25 persen (yoy) ternak lainnya (binatang hidup) 44,90 persen (yoy).
"Sebagian besar komoditas Top 5 penghasil devisa impor di regional Lampung sampai dengan Juli 2024 tumbuh positif. Kecuali bungkil dan residu mengalami perlambatan sebesar -26,67 persen (yoy)," kata dia.
Dia menjelaskan bahwa terkait kenaikan signifikan devisa impor senjata dan amunisi di Lampung bukanlah sesuatu yang sifatnya rutin dalam penerimaan Kepabeanan dan Cukai.
"Senjata dan amunisi ini diimpor Kementerian Pertahanan dalam hal ini Mabes TNI, melalui Lampung. Dan Lampung hanya pintu masuknya saja. Namun memang kegiatan ini mempengaruhi neraca perdagangan Lampung," kata dia.
Di sisi lain, hal sebaliknya terjadi pada devisa ekspor Lampung dalam periode yang sama. Sebagian komoditas top lima penghasil devisa ekspor di regional Lampung justru tumbuh negatif seperti minyak kelapa sawit, batu bara, kopi, bubur kertas (pulp), bungkil dan residu.
"Devisa ekspor batu bara mengalami perlambatan sebesar -10,58 persen (yoy); bubur kertas -0,37 persen (yoy) bungkil dan residu -15,79 persen (yoy). Sedangkan minyak kelapa sawit dan kopi mengalami kenaikan devisa ekspor masing-masing sebesar 21,29 persen (yoy) dan 1,91 persen (yoy),” katanya.
Secara keseluruhan, devisa impor pada periode yang sama telah tercatat mencapai sebesar 2,13 juta dolar AS dan devisa ekspor mencapai 2,4 juta dolar AS.
Estty pun menyampaikan, penerimaan Kepabeanan dan Cukai di Lampung sepanjang Januari-Juli 2024 tercatat sebesar Rp516,96 miliar atau 39,04 persen dari target sebesar Rp1,32 triliun.
Penerimaan tersebut mencakup realisasi bea masuk sebesar Rp334,9 miliar, bea keluar Rp173,9 miliar dan cukai Rp8,04 miliar.
“Penerimaan Bea dan Cukai terealisasi 39,04 dengan kinerja turun sebesar -20,88 persen (yoy). Namun kami tetap memperhatikan kondisi perekonomian internasional serta menjaga penerimaan ekspor dan impor,” kata dia.
Dia mengatakan bahwa untuk penerimaan cukai masih tumbuh positif sebesar 1.429,65 persen hal ini dipengaruhi realisasi pemesanan pita cukai (CK-1) atas komoditas rokok, elektrik maupun hasil tembakau.
"Sedangkan untuk bea masuk juga masih mengalami peningkatan sebesar 41,13 persen. Hal ini akibat peningkatan importasi gula dan beras. Sedangkan bea keluar mengalami perlambatan sebesar -58,13 persen, hal ini dipengaruhi oleh penurunan harga CPO di pasar global," katanya.
Baca juga: Bea Cukai Sumbagbar musnahkan 7 juta batang rokok ilegal
Baca juga: DJPb Lampung catat realisasi KUR Januari-Juni capai Rp4,6 triliun
Baca juga: Realisasi penerimaan kepabeanan cukai Lampung 13,60 persen