Pesisir Barat (ANTARA) - Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, Unzir, mengatakan bahwa pihaknya telah mencatat sebanyak 26 ekor hewan ternak sapi terpapar penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) di wilayah ini.
"Yang terindikasi LSD ada 26 ekor sapi pada hewan ternak sapi di Pesisir Barat," kata Unzir, di Krui, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa penemuan kasus penyakit LSD tersebut berada di Kecamatan Pesisir Tengah, Pesisir Selatan dan Krui Selatan.
Temuan 26 ekor ternak sapi yang terindikasi LSD tersebut berada di Pekon (Desa) Way Redak, Kecamatan Pesisir Tengah, Pekon Marang, Pesisir Selatan, dan Pekon Tanjung Jati, Pekon Pelita dan Pekon Bumi Agung, ketiga Pekon itu berada di Kecamatan Pesisir Selatan," kata dia.
Ia juga mengatakan, pihak dinas akan memperketat pengawasan pasar hewan ternak sapi, kambing dan kerbau, menjelang Idul Adha, serta memperketat lalu lintas ternak.
"Langkah dinas hanya sebatas pemeriksaan hewan-hewan kurban yang ada di lapak atau blantik saja, dan itu hanya sebatas pemeriksaan Antemortem, artinya hanya sebatas melihat kondisi fisik sapi," katanya.
Dia mengatakan pula, saat ini pihaknya sudah menerima laporan dari masyarakat terkait merebaknya penyakit cacar kulit yang menjangkit hewan ternak sapi tersebut.
Untuk penanganan pertama dalam mengobati hewan yang terjangkit LSD ini, pihaknya telah memberikan suntikan vitamin kekebalan tubuh bagi sapi yang menderita penyakit cacar tersebut.
Ia juga mengimbau kepada masyarakat khususnya para peternak, apabila hewan ternak mulai menunjukkan gejala seperti penyakit LSD segera untuk melaporkan ke pihak Dinas.
"Bagi masyarakat yang hewan nya bergejala silakan lapor ke dinas atau penyuluh pertanian terdekat," ujar dia.
Untuk diketahui wabah LSD merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae yang umumnya menyerang hewan sapi dan kerbau.
LSD pertama kali dilaporkan di Zambia, Afrika pada tahun 1929 dan terus menyebar di benua Afrika, Eropa, dan Asia. Pada tahun 2019 LSD dilaporkan di China dan India, lalu setahun setelahnya menyebar di Nepal, Myanmar, dan Vietnam.
Pada tahun 2021 LSD telah dilaporkan di Thailand, Kamboja, dan Malaysia. Tahun ini baru ditemukan di Indonesia.
Penularan LSD secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit, namun virus ini juga dapat menular melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu pada ternak.
Penularan juga dapat terjadi secara intra-uterine atau melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD, seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik.
"Yang terindikasi LSD ada 26 ekor sapi pada hewan ternak sapi di Pesisir Barat," kata Unzir, di Krui, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa penemuan kasus penyakit LSD tersebut berada di Kecamatan Pesisir Tengah, Pesisir Selatan dan Krui Selatan.
Temuan 26 ekor ternak sapi yang terindikasi LSD tersebut berada di Pekon (Desa) Way Redak, Kecamatan Pesisir Tengah, Pekon Marang, Pesisir Selatan, dan Pekon Tanjung Jati, Pekon Pelita dan Pekon Bumi Agung, ketiga Pekon itu berada di Kecamatan Pesisir Selatan," kata dia.
Ia juga mengatakan, pihak dinas akan memperketat pengawasan pasar hewan ternak sapi, kambing dan kerbau, menjelang Idul Adha, serta memperketat lalu lintas ternak.
"Langkah dinas hanya sebatas pemeriksaan hewan-hewan kurban yang ada di lapak atau blantik saja, dan itu hanya sebatas pemeriksaan Antemortem, artinya hanya sebatas melihat kondisi fisik sapi," katanya.
Dia mengatakan pula, saat ini pihaknya sudah menerima laporan dari masyarakat terkait merebaknya penyakit cacar kulit yang menjangkit hewan ternak sapi tersebut.
Untuk penanganan pertama dalam mengobati hewan yang terjangkit LSD ini, pihaknya telah memberikan suntikan vitamin kekebalan tubuh bagi sapi yang menderita penyakit cacar tersebut.
Ia juga mengimbau kepada masyarakat khususnya para peternak, apabila hewan ternak mulai menunjukkan gejala seperti penyakit LSD segera untuk melaporkan ke pihak Dinas.
"Bagi masyarakat yang hewan nya bergejala silakan lapor ke dinas atau penyuluh pertanian terdekat," ujar dia.
Untuk diketahui wabah LSD merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae yang umumnya menyerang hewan sapi dan kerbau.
LSD pertama kali dilaporkan di Zambia, Afrika pada tahun 1929 dan terus menyebar di benua Afrika, Eropa, dan Asia. Pada tahun 2019 LSD dilaporkan di China dan India, lalu setahun setelahnya menyebar di Nepal, Myanmar, dan Vietnam.
Pada tahun 2021 LSD telah dilaporkan di Thailand, Kamboja, dan Malaysia. Tahun ini baru ditemukan di Indonesia.
Penularan LSD secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit, namun virus ini juga dapat menular melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu pada ternak.
Penularan juga dapat terjadi secara intra-uterine atau melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD, seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik.