Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) menempati peringkat ketiga terbaik dalam daftar Fortune 500 Asia Tenggara (Southeast Asia/SEA) tahun 2024.
"Pertamina telah mencatat kinerja positif di berbagai lini bisnis sejalan dengan strategi dan program inovasi yang dijalankan, terlebih dalam menghadapi tantangan bisnis yang penuh dinamika saat ini," ujar Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso melalui keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa.
Menurut Fadjar, keberhasilan Pertamina mencapai posisi tiga terbesar di Asia Tenggara menunjukkan bahwa kinerja Pertamina terus bertumbuh seiring dengan kepiawaian strategi bisnisnya, sehingga Pertamina sangat diperhitungkan di kancah global dan regional.
Pada publikasinya yang dirilis Selasa, Fortune menerangkan, Asia Tenggara memiliki peran yang besar dalam perekonomian dunia setelah pandemi COVID-19.
Namun demikian, perusahaan asal Asia Tenggara sangat terpapar oleh dinamika global seperti konflik geopolitik dan ketidakpastian pasar, sehingga banyak perusahaan mengalami penurunan pendapatan.
Sementara itu, lima perusahaan terbesar Asia Tenggara, termasuk Pertamina, walau pendapatannya terkoreksi dinilai tetap menghasilkan pendapatan terbesar dibandingkan perusahaan sejenis di kawasan.
Fadjar mengakui, kinerja Pertamina tahun 2023 tetap tumbuh. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan laba bersih hingga 17 persen pada akhir tahun 2023, dengan laba total sebesar 4,77 miliar dolar AS atau setara Rp72,7 triliun (asumsi kurs Rp15.255 per dolar AS).
EBITDA atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi sebesar 14,36 miliar dolar AS. Sementara, pendapatan konsolidasian tahun 2023 adalah sebesar 75,79 miliar dolar AS.
Pertumbuhan kinerja ini, kata Fadjar, juga ditandai dengan peringkat investasi dari berbagai lembaga pemeringkat internasional yang menetapkan Pertamina sebagai perusahaan dengan status layak investasi.
Fadjar menambahkan, kinerja operasional Pertamina juga semakin efisien di semua lini, baik holding maupun subholding, melalui program cost optimization dengan kontribusi sekitar 1,1 miliar dolar AS. Secara operasional, kinerja di semua subholding juga meningkat.
"Dengan dukungan seluruh stakeholder, Pertamina akan terus tumbuh menjadi perusahaan nasional yang terdepan dalam menjaga ketahanan dan kemandirian energi di Indonesia," kata Fadjar pula.