Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat menggunakan drone thermal untuk memantau keberadaan harimau sumatra atau panthera tigris sumatrae yang beberapa kali muncul di Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman.
"Drone thermal kita gunakan untuk memantau keberadaan satwa dilindungi tersebut di daerah terjadinya interaksi negatif atau konflik satwa dengan harimau sumatra," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sumbar Antoni Vebri didampingi Kepala Resor Konservasi Wilayah I Panti BKSDA Sumbar Ade Putra di Lubuk Basung, Minggu.
Ia mengatakan drone thermal digunakan saat ada laporan dari warga terkait menemukan satwa dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Teknologi itu digunakan untuk memudahkan pemantauan keberadaan harimau yang sedang berkeliaran.
Teknologi yang digunakan cukup membantu, sehingga bisa memantau keberadaan satwa itu dari pancaran suhu tubuh dari mamalia itu.
"Kita menerbangkan drone thermal dalam memantau keberadaan satwa dari pancaran suhu tubuh harimau,” katanya.
BKSDA Sumbar juga telah memasang dua unit kandang jebak untuk mengevakuasi harimau sumatra yang beberapa kali muncul di Kecamatan Tigo Nagari,
Kandang jebak itu dipasang di lokasi ternak warga yang dimangsa satwa di Nagari atau Desa Ladang Panjang dan lokasi munculnya satwa tersebut di Nagari Malampah Barat.
"Di lokasi kandang jebak, juga kita pasang kamera jebak. Evakuasi ini langkah terakhir yang kami lakukan untuk menyelamatkan satwa dan warga, karena satwa sudah sering muncul di daerah tersebut," katanya.
BKSDA Sumbar juga telah melakukan penghalauan beberapa kali dengan bunyi-bunyian sebelum pemasangan kandang jebak
Namun satwa masih muncul dan memangsa ternak warga, sehingga dilakukan evakuasi satwa.
Penanganan konflik tersebut melibatkan belasan petugas dari Wildlife Rescue Unit (WRU) SKW I BKSDA Sumbar, Resor Konservasi Wilayah I Panti, Resor Konservasi Wilayah II Maninjau dan lainnya.
Juga melibatkan Centre for Orangutan Protection (COP), Tim Patroli Anak Nagari (PAGARI) Salareh Aia Kabupaten Agam, Polri, TNI, pemerintah kecamatan, pemerintah nagari dan masyarakat setempat.
Ia mengatakan drone thermal digunakan saat ada laporan dari warga terkait menemukan satwa dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Teknologi itu digunakan untuk memudahkan pemantauan keberadaan harimau yang sedang berkeliaran.
Teknologi yang digunakan cukup membantu, sehingga bisa memantau keberadaan satwa itu dari pancaran suhu tubuh dari mamalia itu.
"Kita menerbangkan drone thermal dalam memantau keberadaan satwa dari pancaran suhu tubuh harimau,” katanya.
BKSDA Sumbar juga telah memasang dua unit kandang jebak untuk mengevakuasi harimau sumatra yang beberapa kali muncul di Kecamatan Tigo Nagari,
Kandang jebak itu dipasang di lokasi ternak warga yang dimangsa satwa di Nagari atau Desa Ladang Panjang dan lokasi munculnya satwa tersebut di Nagari Malampah Barat.
"Di lokasi kandang jebak, juga kita pasang kamera jebak. Evakuasi ini langkah terakhir yang kami lakukan untuk menyelamatkan satwa dan warga, karena satwa sudah sering muncul di daerah tersebut," katanya.
BKSDA Sumbar juga telah melakukan penghalauan beberapa kali dengan bunyi-bunyian sebelum pemasangan kandang jebak
Namun satwa masih muncul dan memangsa ternak warga, sehingga dilakukan evakuasi satwa.
Penanganan konflik tersebut melibatkan belasan petugas dari Wildlife Rescue Unit (WRU) SKW I BKSDA Sumbar, Resor Konservasi Wilayah I Panti, Resor Konservasi Wilayah II Maninjau dan lainnya.
Juga melibatkan Centre for Orangutan Protection (COP), Tim Patroli Anak Nagari (PAGARI) Salareh Aia Kabupaten Agam, Polri, TNI, pemerintah kecamatan, pemerintah nagari dan masyarakat setempat.