Perajin Pulau Serangan siapkan kerajinan limbah plastik pada KTT G20
Sampah plastik harus diselesaikan di tempat sendiri, jadi jangan dipindahkan ke tempat lain misalnya TPA itu yang terjadi, kata I Wayan Patut
Denpasar (ANTARA) - Sejumlah perajin di Pulau Serangan, Denpasar, mempersiapkan beberapa jenis kerajinan tangan yang dibuat dari olahan limbah plastik untuk dipamerkan pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada Oktober - November 2022.
Beberapa kerajinan yang dipersiapkan di antaranya meja berbagai ukuran, kursi, pajangan berbentuk penyu dan ikan, gantungan kunci, tempat sabun, tatakan, dan pot.
“Kami sekarang sedang membuat rangka-rangka cetaknya dulu, nanti G20 kami siap terlibat sekaligus menarik perhatian (delegasi dari) negara-negara anggota G20 bahwa kami mampu memelihara (limbah plastik) lingkungan kami sendiri,” kata I Wayan Patut, koordinator perajin saat ditemui di studio pembuatan kerajinan di Pulau Serangan, Denpasar, Jumat.
Ia menyampaikan pembuatan kerajinan itu merupakan inisiatif komunitas perajin di Serangan dan dirinya yang juga berprofesi sebagai konsultan lingkungan.
Dalam proses pembuatan, yang perencanaan dan uji coba telah berlangsung sejak 6 bulan lalu, I Wayan Patut menyebut ada 12 perajin yang terlibat. Para perajin itu merupakan warga Pulau Serangan.
Sementara itu, bahan kerajinan tangan itu merupakan limbah sampah plastik yang dibeli dari masyarakat. Limbah plastik yang digunakan di antaranya kantong plastik, botol minum, dan botol-botol lainnya berbahan plastik.
Namun tidak hanya membeli dari masyarakat, perajin juga rutin mengadakan kegiatan memungut sampah yang ada di pantai.
Menurut Wayan Patut, aksi para perajin itu sejalan dengan misi kepemimpinan Indonesia di G20 tahun ini yaitu menggalang komitmen global untuk menerapkan praktik-praktik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dari misi itu, perajin di Pulau Serangan ingin menunjukkan kepada delegasi G20 bahwa mereka mampu menyelesaikan masalah limbah plastik melalui proses daur ulang menjadi produk yang punya nilai tambah.
“Sampah plastik harus diselesaikan di tempat sendiri, jadi jangan dipindahkan ke tempat lain misalnya TPA itu yang terjadi,” kata I Wayan Patut yang telah fokus meneliti persoalan sampah sejak 2016.
Ia pun berharap produk-produk perajin yang dipamerkan kepada delegasi G20 itu dapat menjadi inspirasi serta membuka peluang yang punya nilai ekonomi.
“Yang perlu dukungan kemudian bagaimana ketika yang kami suguhkan punya peluang pasar sehingga itu harus diciptakan di sana (negara asal masing-masing delegasi),” kata I Wayan Patut.
Beberapa kerajinan yang dipersiapkan di antaranya meja berbagai ukuran, kursi, pajangan berbentuk penyu dan ikan, gantungan kunci, tempat sabun, tatakan, dan pot.
“Kami sekarang sedang membuat rangka-rangka cetaknya dulu, nanti G20 kami siap terlibat sekaligus menarik perhatian (delegasi dari) negara-negara anggota G20 bahwa kami mampu memelihara (limbah plastik) lingkungan kami sendiri,” kata I Wayan Patut, koordinator perajin saat ditemui di studio pembuatan kerajinan di Pulau Serangan, Denpasar, Jumat.
Ia menyampaikan pembuatan kerajinan itu merupakan inisiatif komunitas perajin di Serangan dan dirinya yang juga berprofesi sebagai konsultan lingkungan.
Dalam proses pembuatan, yang perencanaan dan uji coba telah berlangsung sejak 6 bulan lalu, I Wayan Patut menyebut ada 12 perajin yang terlibat. Para perajin itu merupakan warga Pulau Serangan.
Sementara itu, bahan kerajinan tangan itu merupakan limbah sampah plastik yang dibeli dari masyarakat. Limbah plastik yang digunakan di antaranya kantong plastik, botol minum, dan botol-botol lainnya berbahan plastik.
Namun tidak hanya membeli dari masyarakat, perajin juga rutin mengadakan kegiatan memungut sampah yang ada di pantai.
Menurut Wayan Patut, aksi para perajin itu sejalan dengan misi kepemimpinan Indonesia di G20 tahun ini yaitu menggalang komitmen global untuk menerapkan praktik-praktik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dari misi itu, perajin di Pulau Serangan ingin menunjukkan kepada delegasi G20 bahwa mereka mampu menyelesaikan masalah limbah plastik melalui proses daur ulang menjadi produk yang punya nilai tambah.
“Sampah plastik harus diselesaikan di tempat sendiri, jadi jangan dipindahkan ke tempat lain misalnya TPA itu yang terjadi,” kata I Wayan Patut yang telah fokus meneliti persoalan sampah sejak 2016.
Ia pun berharap produk-produk perajin yang dipamerkan kepada delegasi G20 itu dapat menjadi inspirasi serta membuka peluang yang punya nilai ekonomi.
“Yang perlu dukungan kemudian bagaimana ketika yang kami suguhkan punya peluang pasar sehingga itu harus diciptakan di sana (negara asal masing-masing delegasi),” kata I Wayan Patut.