IDI minta APD tersedia untuk lindungi tenaga kesehatan

id Pb idi,apd kesehatan,alat pelindung diri,prof zubairi,IDI

IDI minta APD tersedia untuk lindungi tenaga kesehatan

Ilustrasi - Seorang tenaga kesehatan memakai alat pelindung diri (APD) sebelum memeriksa pasien di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karawang, Jawa Barat, Rabu (7/10/2020). ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/foc.

Jakarta (ANTARA) - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta pemerintah menyiapkan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan agar tersedia dengan baik secara berkesinambungan supaya pelayanan pasien COVID-19 bisa berjalan maksimal.

"Aspek keselamatan di awal-awal memang belum bagus, karena ini masalah baru. Cuman, APD sekarang bagus, bulan depan belum tentu. Oleh karena itu butuh perencanaan agar APD selalu tersedia dengan baik," kata Ketua Satgas COVID-19 PB IDI Prof Zubairi Djoerban saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan hal itu menyangkut kewajiban pemerintah dan manajemen rumah sakit dalam menyediakan APD bagi tenaga kesehatan.

Apalagi, penambahan pasien positif COVID-19 di Tanah Air selalu berubah-ubah atau tidak sama dengan minggu sebelumnya. Maka butuh persiapan APD yang lebih untuk mengantisipasi lonjakan tersebut.

Baca juga: Semakin mengkhawatirkan, jumlah dokter gugur kini capai 136 orang

"Kebijakan APD ini perlu terus dievaluasi agar tidak kehabisan," katanya.

Sejauh ini, IDI melihat memang belum ada keluhan rumah sakit yang kekurangan APD. Namun, hal itu tetap harus diperhitungkan karena jumlah kasus COVID-19 di Tanah Air terus naik.

Menurut Prof Zubairi, APD merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa ditawar penggunaannya oleh setiap tenaga kesehatan. Oleh sebab itu, ketersediaan APD menjadi penting dalam melayani pasien COVID-19.

Di samping itu, Prof Zubairi juga menyoroti masih ada tenaga kesehatan yang tidak menggunakan APD dengan baik. Meskipun rumah sakit tempat mereka bekerja tidak merawat pasien COVID-19 namun kewaspadaan tetap harus diterapkan.

"Semua dokter, rumah sakit harus siaga dan waspada mengenai penularan COVID-19 karena pada prinsipnya banyak yang tanpa gejala," katanya.

Belajar dari sejumlah kejadian, banyak pasien ginjal, lupus, kanker dan sebagainya saat berobat ke rumah sakit ternyata terinfeksi virus corona, namun tanpa gejala.*

Baca juga: IDI: Kami bekerja sesuai prosedur, sumpah dokter, dan kode etik kedokteran