Pertanian di Ternate terkendala irigasi

id Pengembangan pertanian,Ternate

Pertanian di Ternate terkendala irigasi

Warga mengumpulkan buah kelapa untuk bahan pembuatan kopra di Desa Sopi, Morotai Jaya, Pulau Morotai, Maluku Utara. Kementerian Pertanian berencana mengembangkan kelapa 'bido' yang memiliki daging tebal untuk pembuatan kopra sebagai komoditas unggulan Morotai. (ANTARA FOTO/Fanny Octavianus)

Ternate (ANTARA) - Pengembangan pertanain di Kota Ternate, Maluku Utara (Malut) khususnya untuk tanaman hortikultura terkendala tidak adanya irigasi atau sumber air yang memadai untuk menyiram tanaman.

Dinas Pertanian sudah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengatasi kendala ketiadaan irigasi tersebut, di antaranya dengan mengupayakan jaringan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ke daerah pengembangan pertanian untuk kebutuhan menyiram tanaman.

"Di Ternate tidak bisa membuat jaringan irigasi dangkal karena tidak ada sumber air, baik berupa sungai maupun mata air, seperti yang ada di daerah lainnya di Malut," kata Kepala Dinas Pertanian Ternate Thamrin Marsaoly di Ternate, Jumat.

Pengembangan tanaman hortikultura di Ternate selama ini hanya mengandalkan curah hujan dan ini sangat memengaruhi pemenuhan kebutuhan produk tanaman hortikultura untuk kebutuhan pasar setempat saat musim kemarau.

Menurut Thamrin Marsaoly, selain mengupayakan jaringan air dari PDAM, Dinas Pertanian akan memberikan bantuan tempat penampungan air, seperti tandon air kepada para petani yang bisa dimanfaatkan menampung air untuk menyiram tanamannya.

Dinas Pertanian Ternate, menurut Thamrin Marsaoly, sudah menyiapkan program pengembangan pertanian berbasis perkotaan sehingga berbagai kebutuhan terkait dengan pengembangan pertanian khususnya tanaman hortikultura akan diakomodir dalam program itu.

Pengembangan tanaman hortikultura, seperti bawang, cabai dan tomat menjadi prioritas dari Dinas Pertanian Ternate, karena untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat terhadap komoditas itu selama ini harus mendatangkan dari luar daerah, selain itu juga menjadi penyumbang inflasi di Ternate.

Ia menambahkan, pertimbangan lain untuk memprioritaskan pengembangan tanaman hortikultura adalah karena tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas dan masa panennya lebih singkat sehingga bisa menjadi sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi para petani.

Kebutuhan produk tanaman hortikultura di Ternate selama ini sekitar 80 persen di antaranya harus didatangkan dari luar daerah, seperti dari sejumlah kabupaten/kota lainnya di Malut serta dari Sulawesi dan Jawa, akibatnya jika keterlambatan pasokan harganya melonjak tinggi.