Indonesia Perlu Dirawat

id Indonesia Perlu Dirawat , PII, Otonomi Daerah, Pakar, Indoensia, Ryaas Rasyid, Wantimpres, DPR, MPR, Majelis, Permusyawaratan, Rakyat, Dedung dewan, W

Indonesia Perlu Dirawat

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI (www.google.co.id).

Sebab itu, kita jangan berhalakan demokrasi."
Banjarmasin (Antara) - Pakar otonomi daerah Ryaas Rasyid yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden bidang pemerintahan dan reformasi birokrasi mengajak semua komponen bangsa agar merawat Indonesia supaya tetap utuh.

Ajakan itu saat ceramah umum pada silaturahmi Idul Fitri 1435 Hijriah bagi Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB-PII) di Barabai (165 kilomter utara Banjarmasin), Kalimantan Selatan, Sabtu (9/8) lalu.

Pada silaturahmi/halalbihalal KB-PII Kalsel di Pendopo Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Hulu Sungai Tengah (HST) itu, dia mengemukakan pendapat,  sistem demokrasi di Indonesia belakangan bisa merusak kebangsaan.

Karenanya, Ketua Dewan Pakar Pengurus Pusat KB-PII itu mengajak semua komponen bangsa agar jangan sampai demokrasi yang terjadi di Indonesia merusak kebangsaan.

"Sebab itu, kita jangan berhalakan demokrasi," ajak mantan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara RI di hadapan Bupati HST H Harun Nurasid serta unsur Forum Koodinasi Pimpinan Daerah kabupaten setempat, ratusan undangan.

Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat KB-PII periode pertama pengganti antarwaktu sesudah meninggal dunia Letjen Z.A, Maulani itu, menyatakan, demokrasi di Indonesia belum berlaku adil dan masih terjadi distorsi.

"Salah satu bentuk distorsi demokrasi berupa pencitraan yang banyak dilakukan pemimpin publik," lanjut mantan aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) dari Sulawesi Selatan itu.

Dalam ceramah umum dengan topik "Keumatan dan Kebangsaan" itu, menurut dia, ada tiga dimensi kehidupan bangsa Indonesia yang harus menjadi perhatian bersama, yaitu ke-Islam-an, kebangsaan dan demokrasi.

Mengenai ke-Islam-an, dia menyatakan, hal itu kaum Muslim sudah baku dan banyak mengetahui, antara lain Islam sebuah agama di Indonesia yang cinta damai.

Sedangkan kebangsaan, menurut ahli politik dari Amerika, hal itu sebuha komunitas hayalan. "Karenanya bisa berubah-ubah, terkadang baik dan terkadang buruk," ujarnya.

"Oleh sebab itu, kebangsaan kita harus kita rawat agar Indonesia tetap utuh," tandasnya saat berada di "kota apam" Barabai, ibu kota Kab HST yang mendapat julukan Bandung van Borneo masa Hindia Belanda.

Mengenai demokrasi, menurut dia, hal tersebut merupakan rekayasa sosial masyarakat. "Karena itu pula sesuai kondisi dan situasi, demokrasi di Indonesia belum adil," demikian Ryaas Rasyid.  

Usai silaturahmi tersebut, dilanjutkan kegiatan masa perkenalan calon anggota PII di "Bumi Murakata" HST diikuti 42 pelajar dari sekolah umum dan agama.

Memberikan materi pada acara perkenalan tersebut Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PII Randi dari Jakarta, yang tentang struktur organisasi pelajar Islam yang terbesar dan tertua di Indonesia.

Selain itu, mengenalkan tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang pernah aktif di PII, yang lahir atau berdiri sejak Mei 1947, pada waktu revolusi penegakkan kemerdekaan.

Sebelumnya Ketua Umum PB PII melantik Pengurus Wilayah (PW) PII Kalsel periode 2014 - 2016 dengan ketua umumnya M Awar Anas dan sekretaris umum Marisa A.

Menyaksikan pelantikan atau pengokohan PW PII tersebut antara lain Ketua Dewan Pakar Pengurus Pusat KB-PII Ryaas Rasyid, Bupati HST Harun Nurasid, Ketua Umum KB-PII Kalsel ustadz H Chairani Idris.

Ketua pelaksana silaturahmi Idul Fitri 1435 H itu Fadillah Abwa menyatakan terima kasih atas kehadiran Ketua Dewan Pakar Pengurus Pusat KB-PII serta bantuan dari Bupati HST terhadap kegiatan tersebut.