Metro (ANTARA) - Petani di Kampung Sakti Buana, Kecamatan Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memenuhi kebutuhan air untuk menyiram tanaman di sawah karena harus menyedot air di embung sejauh satu kilometer.
Kampung Sakti Buana, Kecamatan Seputih Banyak menjadi sentra hortikultura di Kabupaten Lampung Tengah, meski kemarau panjang melanda, petani dapat memanen sayuran dan buah pepaya California yang melimpah.
Salah satu petani setempat, Wayan mengatakan, para petani biasanya memanfaatkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air untuk tanamannya. Namun, karena saat ini masuk musim kemarau para petani harus mengeluarkan biaya lebih untuk mendapatkan pasokan air.
"Kita bisa mendapatkan air dengan cara mensuplai dari sumber air terdekat, kebetulan disini sumber air terdekat sejauh satu kilometer itu dengan menggunakan selang yang saya pasang dari sumber air menuju perkebunan saya," kata dia saat di wawancarai, Senin.
Ia menjelaskan, total biaya yang dikeluarkan para petani cukup besar untuk mendapatkan air. Dimana, untuk membeli selang sepanjang satu kilometer menghabiskan dana sekitar Rp.10 juta.
"Kalau dihitung dari pengeluarannya itu cukup besar, kita beli pipa per 100 meter itu satu juta rupiah. Dan kami membutuhkan pipa sepanjang 10 gulung, artinya kita membutuhkan seribu meter pipa dengan total dana yang kita keluarkan sebanyak Rp10 juta, itupun belum termasuk biaya mesin," jelasnya.
Kepala Kampung Sakti Buana, Komang Widastra menuturkan, faktor utama yang menjadi permasalahan pada musim kemarau, karena di sawah masih menggunakan sistem manual seperti embung karena tidak ada sumur bor atau irigasi.
"Jadi kalo kemarau panjang seperti ini sudah kering," tuturnya.
Ia berharap, Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah bisa memperhatikan para petani, dengan memberikan bantuan sumur bor.
"Tentunya ini untuk mempermudah petani mendapatkan air saat musim kemarau seperti ini," pungkasnya.
Kampung Sakti Buana, Kecamatan Seputih Banyak menjadi sentra hortikultura di Kabupaten Lampung Tengah, meski kemarau panjang melanda, petani dapat memanen sayuran dan buah pepaya California yang melimpah.
Salah satu petani setempat, Wayan mengatakan, para petani biasanya memanfaatkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air untuk tanamannya. Namun, karena saat ini masuk musim kemarau para petani harus mengeluarkan biaya lebih untuk mendapatkan pasokan air.
"Kita bisa mendapatkan air dengan cara mensuplai dari sumber air terdekat, kebetulan disini sumber air terdekat sejauh satu kilometer itu dengan menggunakan selang yang saya pasang dari sumber air menuju perkebunan saya," kata dia saat di wawancarai, Senin.
Ia menjelaskan, total biaya yang dikeluarkan para petani cukup besar untuk mendapatkan air. Dimana, untuk membeli selang sepanjang satu kilometer menghabiskan dana sekitar Rp.10 juta.
"Kalau dihitung dari pengeluarannya itu cukup besar, kita beli pipa per 100 meter itu satu juta rupiah. Dan kami membutuhkan pipa sepanjang 10 gulung, artinya kita membutuhkan seribu meter pipa dengan total dana yang kita keluarkan sebanyak Rp10 juta, itupun belum termasuk biaya mesin," jelasnya.
Kepala Kampung Sakti Buana, Komang Widastra menuturkan, faktor utama yang menjadi permasalahan pada musim kemarau, karena di sawah masih menggunakan sistem manual seperti embung karena tidak ada sumur bor atau irigasi.
"Jadi kalo kemarau panjang seperti ini sudah kering," tuturnya.
Ia berharap, Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah bisa memperhatikan para petani, dengan memberikan bantuan sumur bor.
"Tentunya ini untuk mempermudah petani mendapatkan air saat musim kemarau seperti ini," pungkasnya.