Jakarta (ANTARA) - PT PGN Tbk selaku Subholding Gas Pertamina selama semester I 2023 mencatatkan pengurangan emisi sebesar 237 ton CO2 equivalen dalam rangka ikut menjaga isu lingkungan untuk kualitas udara yang lebih baik.

"Kami sebagai Subholding Gas Pertamina berprinsip untuk turut berperan dalam mewujudkan bauran energi nasional ramah lingkungan pada masa transisi energi," kata Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.

Dalam jangka panjang, lanjut Rachmat, PGN berkomitmen mewujudkan penggunaan energi rendah karbon, sehingga terus berkontribusi dalam menghadapi perubahan iklim yang menjadi isu global saat ini.

Di lingkungan perusahaan, PGN juga menerapkan penggunaan energi yang ramah lingkungan dan konsumsi energi yang efisien. Inisiatif efisiensi konsumsi energi di PGN Group, berdampak langsung pada berkurangnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan.

Sepanjang tahun 2022, PGN berhasil mencatatkan pengurangan emisi sebesar 132.092,17 ton CO2eq atau meningkat 32 persen dibandingkan tahun 2021.

"Berbagai inisiatif terkait lingkungan dilakukan terutama untuk mengurangi konsumsi energi, tingkat emisi dan limbah. Upaya efisiensi energi di antaranya melalui pengaturan pola operasi gas turbine compressor, pemasangan soft starter pada after cooler, hingga penggunaan AC dan lampu yang hemat energi," tambah Rachmat.



Pemanfaatan gas bumi untuk berbagai kebutuhan merupakan upaya nyata PGN dalam menjaga kualitas lingkungan karena karakter gas bumi sebagai energi fosil yang paling ramah lingkungan.

"Untuk industri, PGN menyalurkan dalam jumlah besar. Selain untuk efisiensi produksi, pembakarannya lebih sempurna sehingga tidak menimbulkan asap pekat yang tidak baik untuk udara sekitar. Ini juga menarik bagi para investor yang concern terhadap sumber energi hijau," ujar Rachmat.

PGN juga berkomitmen terus mengembangkan jaringan gas untuk rumah tangga. Satu juta jaringan gas untuk sektor rumah tangga berpotensi dapat menekan emisi karbon hingga 60.000 CO2 per tahun. Program ini juga dapat membantu pemerintah menurunkan impor energi dan menekan biaya subsidi energi.

"Menjawab isu kualitas udara di beberapa daerah akhir-akhir ini, gas bumi juga bisa menjadi alternatif bahan bakar kendaraan. Gas bumi memiliki nilai oktan tinggi dan rendah emisi, menjadikan emisi BBG sebagai bahan bakar yang rendah emisi hingga 20 persen. Hal ini membuat kualitas udara menjadi lebih baik," jelas Rachmat.

Komitmen selanjutnya adalah dalam peningkatan inisiatif pemanfaatan gas yang bersifat renewable (terbarukan). PGN telah melakukan kajian untuk mendapatkan potensi sumber gas bumi dari limbah kelapa sawit yang berada di sekitar jaringan gas yaitu biomethane.

Berdasarkan kajian yang dilakukan, besar potensi pasokan gas metana (CH4) dari sumber limbah kelapa sawit ini adalah sebesar 195 MMscfd yang berlokasi tersebar di beberapa lokasi seperti Riau, Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan.

Melalui peran menyalurkan gas bumi dan energi ramah lingkungan, PGN berkomitmen mewujudkan bauran energi nasional dalam masa transisi energi Indonesia menuju target Net Zero Emission (NZE) di 2060, kata Rachmat Hutama.



 

Pewarta : Faisal Yunianto
Editor : Agus Wira Sukarta
Copyright © ANTARA 2024