Jakarta (ANTARA) - Ahli Gizi Esti Nurwanti mengatakan pemberian asupan daging pada anak usia dini maupun ibu hamil dapat berkontribusi terhadap penurunan stunting di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh Esti dalam agenda bincang hangat Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa di Gedung Antara, Pasar Baru, Jakarta, Kamis (15/5).
"Beberapa faktor risiko terjadinya stunting antara lain seperti protein hewani tidak terpenuhi, sanitasi lingkungan kurang dan lain sebagainya. Sehingga daging yang diberikan kepada ibu hamil bisa mengurangi risiko melahirkan bayi stunting kalau dari ahli gizi seperti itu, karena sepenting dan sepengaruh itu," kata Esti.
Esti menjelaskan daging merupakan sumber zat besi selain sayur mayur, karena rata-rata daging berisi kandungan 3 mg/100 gram yang bermanfaat bagi tumbuh kembang anak.
Selain itu, protein hewani merupakan sumber asam amino essensial terbesar dan sumber makronutrien penting lainnya (energi, protein berkualitas tinggi dan asam lemak) dan mirkonutrien seperti besi, seng, yodium, magnesium, kalsium, vitamin B, vitamin A dan vitamin D yang mengatur proses terlibatnya pertumbuhan dan perkembangan.
Namun, perlu diingat pentingnya keragaman pola makan juga harus diperhatikan, karena sumber zat gizi pada hewani tidak sama dengan lainnya.
Esti juga mengutarakan perbedaan stunting dengan gizi buruk, yakni stunting merupakan kekurangan gizi dalam jangka panjang serta diukur dari perbandingan tinggi badan dan usia. Sedangkan, gizi buruk maka kekurangan gizi dalam jangka pendek dan diukur dari berat badan.
Saat ini, permasalahan di Indonesia adalah prevalensi stunting yang masih tinggi, meski terus menurun. Prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4 persen di tahun 2021 menjadi 21,6 persen di 2022. Target angka stunting di Indonesia turun hingga 14 persen pada tahun 2024.
Stunting masih terjadi akibat dari kurangnya pengetahuan akan gizi seimbang, kurangnya akses terhadap informasi gizi yang terpercaya, kurangnya kesadaran akan dampak jangka Panjang dan pengaruh budaya serta tradisi.
Oleh karena itu, menurut Esti, pencegahan stunting jauh lebih efektif dibandingkan pengobatan stunting,
Berdasarkan data e-PPGBM, per Agustus 2022, pemberian makanan tambahan kaya protein hewani selama 14 hari dapat berkontribusi terhadap kenaikan berat badan sesuai standar pada 55 persen balita.
Berita kerja sama