Itera tambah dua Guru Besar Perencanaan Wilayah dan Kota

id Lampung ,Itera,Guru Besar Itera,perencanaan wilayah kota

Itera tambah dua Guru Besar Perencanaan Wilayah dan Kota

Pengukuhan dua Guru Besar Baru Institut Teknologi Sumatera (Itera) di Bandarlampung, Sabtu (3/5/2025). ANTARA/HO-Itera

Kami harapkan penambahan dua guru besar ini dapat mempercepat akselerasi perkembangan Itera ke depan, karena telah membuka jaringan nasional dan internasional

Bandarlampung (ANTARA) - Institut Teknologi Sumatera (Itera) menambah dua guru besar baru dari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Fakultas Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan (FTIK).

"Kami harapkan penambahan dua guru besar ini dapat mempercepat akselerasi perkembangan Itera ke depan, karena telah membuka jaringan nasional dan internasional,” kata Rektor Itera Prof Nyoman Pugeg Aryantha, dalam keterangannya di Lampung Selatan, Sabtu.

Kedua guru besar tersebut adalah Prof Harkunti Pertiwi Rahayu, Ph.D., Guru Besar Bidang Pengurangan Risiko Bencana dalam Perencanaan Pembangunan, dan Prof Ibnu Syabri, B.Sc., M.Sc., Ph.D., dengan keahlian di bidang infrastruktur berkelanjutan.

"Kedua guru besar tidak hanya berprestasi dalam bidang keilmuan, tetapi juga berkontribusi nyata dalam riset dan pengembangan strategis yang relevan dengan tantangan zaman, khususnya dalam bidang perencanaan wilayah dan kota," katanya.

Kepala Badan Pengelolaan Sumber Daya Provinsi Lampung Muhammad Alhusnuriski, menyebut penambahan dua guru besar Itera sebagai pencapaian yang membanggakan, tidak hanya bagi Itera tetapi juga bagi Provinsi Lampung.

“Kita bersyukur, Lampung memiliki mercusuar intelektual seperti Itera. Sebuah perguruan tinggi yang masih muda namun telah melahirkan inovasi dan sumber daya unggul,” kata dia.

Dalam orasi ilmiah pertamanya, Prof Harkunti Pertiwi Rahayu, Ph.D., mengangkat tema Membangun Ketangguhan Bangsa melalui Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dalam Perencanaan Wilayah dan Kota.

"Pentingnya integrasi prinsip pengurangan risiko bencana (PRB) ke dalam kebijakan tata ruang dan pembangunan untuk mencegah kerentanan baru di tengah meningkatnya intensitas bencana," kata dia.

Prof. Harkunti juga membahas isu kritis seperti penguatan sistem peringatan dini yang inklusif bagi penyandang disabilitas, konvergensi PRB-API (adaptasi perubahan iklim) sebagai pendekatan holistik berbasis bukti (evidence-based).

"Serta pengarusutamaan PRB dari pendekatan berbasis hazard menuju pendekatan berbasis proyek," kata dia.

Sementara itu Prof Ibnu Syabri, B.Sc., M.Sc., Ph.D., mengangkat tema Jejak Transportasi di Tapak Kota dan Wilayah: Mengurangi Dependensi Spasial Guna Lahan untuk Perencanaan Transportasi Berkelanjutan.

"Saya menyoroti pentingnya pembangunan sistem transportasi yang efisien dan hemat lahan. Kemudian mendorong penggunaan alat analisis berbasis data sains, seperti big data, machine learning, dan artificial intelligence (AI), untuk mendukung transportasi hijau di Indonesia," kata dia.

Pendekatan tersebut, lanjut dia, bertujuan membangun sistem transportasi dan logistik yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.

"Saya juga menyoroti konsep dependensi spasial dalam sistem transportasi melalui pemodelan spatial flow dependence. Masalah logistik dan kemacetan bukan semata persoalan volume, tetapi berkaitan dengan struktur spasial aliran barang. Tanpa konsolidasi dan koordinasi spasial, sistem akan terus memproduksi inefisiensi dan tekanan lingkungan,” katanya.

Baca juga: Rektor Itera sebut pelaksanaan UTBK 2025 berjalan lancar

Baca juga: Itera terima 1.812 calon mahasiswa baru jalur SNBP 2025

Baca juga: Kebun Raya Itera tambah dua Labirin, jadi ikon baru kampus