Nanas Lampung yang makin melambung di mancanegara

id Nanas Lampung, pertanian Lampung, ekspor nanas Lampung

Nanas Lampung yang makin melambung di mancanegara

Nanas segar Lampung milik petani yang bermitra dengan PT Great Giant Pineapple (GGP) yang siap di ekspor ke China beberapa waktu lalu. ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.

Meski begitu, ekspor nanas bukan tanpa persoalan, khususnya di Eropa, yakni tingginya bea masuk nanas ke Benua Biru itu
Bandarlampung (ANTARA) - Provinsi Lampung kaya akan komoditas pertanian dan perkebunan tropis. Beragam komoditas dihasilkan, mulai dari lada hitam, cokelat, hingga kopi robusta yang masyhur hingga ke berbagai negara. Masih ada lagi, Lampung juga memiliki komoditas unggulan: nanas.

Meski nanas juga banyak ditanam di berbagai daerah, ada yang membuat buah tersebut memiliki keistimewaan tersendiri bila dibudidayakan di Sai Bumi Ruwa Jurai.

Cita rasa manis yang mendominasi daripada rasa asam, membuat nanas Lampung mudah digemari banyak orang. Selain berasa manis, aromanya pun segar habis.

Buah yang memiliki nama Latin Ananas comosus (L.) Merr ini terus dikembangkan di Lampung. Bahkan keberadaannya telah mengubah cara pandang banyak orang.

Sebelumnya banyak yang enggan makan nanas karena identik dengan rasa asam.akan tetapi, melalui pengembangan nanas madu Lampung, masyarakat jadi menyukainya.

Cita rasa unik itu menjadikan nana bisa dinikmati dengan cara apa pun. Bisa dimakan langsung, diolah jadikan manisan, buah kaleng, maupun dimasak dijadikan makanan pendamping nasi.

Bagi masyarakat Lampung, buah nanas kerap dijadikan sebagai bumbu dapur guna menciptakan rasa segar yang khas untuk masakan Lampung, seperti pindang serta sambal seruit khas Lampung. Nanas pun kerap dijadikan hidangan wajib bagi masyarakat sebagai pencuci mulut usai makan besar.

Dari sisi manfaat, nanas mengandung banyak vitamin, antara lain, vitamin C, B1, potasium, manga, dan bromelain.

Di balik rasa manis segar nanas madu asal Lampung, adalah kombinasi cuaca serta iklim yang sesuai dengan cara hidup nanas. Daerah ini sering bersuhu rendah pada malam, sedangkan agak tinggi pada siang hari dengan kisaran 21 hingga 29 derajat Celcius. Suhu ini disebutkan mendukung pengembangan nanas.

Selain itu, kondisi tanah yang subur juga menjadi faktor pendukung kualitas nanas asal Lampung. Rata-rata keasaman tanah di wilayah ini adalah dengan pH 4,5-6,5. Angka ini diklaim cocok untuk perkebunan nanas.

Dengan keunggulan tersebut menjadikan nanas Lampung merajai pasar buah domestik sejak, bahkan sebelum tahun 1970-an.

Melihat potensi itu maka pengembangan nanas terus dilakukan sejumlah perusahaan perkebunan di Provinsi Lampung, salah satunya oleh PT Great Giant Pineapple (GGP).

Perusahaan perkebunan itu mengelola lahan seluas 33 ribu hektare, yang digunakan untuk perkebunan nanas. Sebagian besar ada di Kabupaten Lampung Tengah dan mampu menyerap hingga 22 ribu tenaga kerja lokal.

Produksi nanas perkebunan itu kemudian mulai menjamah pasar ekspor sejak 40 tahun lalu.

Penetrasi nanas Lampung ke pasar global pada tahun 1984 masih berlangsung hingga saat ini. Bahkan sejak 2014 makin banyak negara yang mengimpor nanas Lampung. Lampung kini menjadikan provinsi pemasok nanas untuk dunia.

Sebaran negara tujuan ekspor nanas Lampung saat ini sudah merata hampir di setiap benua di dunia, mulai negara-negara di Asia, Eropa, hingga ke Amerika dan Timur Tengah.

Negara-negara tujuan ekspor di Eropa, di antaranya Jerman, Prancis, Spanyol, Inggris, Italia, Austria, Belgia, Skandinavia, Belanda, dan Swedia. Untuk Amerika mencakup AS, Kanada, Meksiko, Brazil, dan Puerto Riko.

Negara-negara Asia dan Timur Tengah meliputi Jepang, Australia, Israel, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Tiongkok, Hong Kong, Korea, Lebanon, dan Libya.

Selain cita rasanya yang khas, produktivitas nanas Lampung yang stabil juga ikut melanggengkan ekspor ke berbagai negara tujuan ekspor.

Nanas Lampung hasil produksi perusahaan perkebunan tersebut mengekspor 18 ribu kontainer per tahun ke 65 negara tujuan. Adapun omzetnya mencapai 350 juta dolar AS. Meluasnya pasar nanas segar ataupun kaleng karena juga didukung produktivitas para petani.

Pada 2022, Lampung memproduksi 861.706 ton nanas. Jumlah itu, setara dengan 27 persen dari total produksi nanas nasional yang sebanyak 3,2 juta ton. Volume itu meningkat dibanding tahun sebelumnya 705.883 ton.

Produktivitas nanas Lampung memang terus meningkat. Pada 2017 ada sebanyak 25.432 ton, lalu pada 2018 sebanyak 19.604 ton, pada 2019 meningkat signifikan menjadi 699.243 ton, 2020 produksinya sebanyak 662.587 ton.

Sentra produksi nanas, antara lain, ada di Kabupaten Lampung Selatan, Pesawaran, Lampung Timur dan Lampung Tengah. Dan Lampung Tengah menjadi daerah dominan penghasil nanas dengan produksi mencapai 25.665 ton pada 2021.

Pemerintah daerah juga berperan menjaga produktivitas dengan merawat saluran irigasi ke kebun-kebun nanas dan menyediakan sumur bor guna menjaga sumber daya air tetap tersedia terutama pada kemarau.

Pemerintah daerah pun tengah berusaha melaksanakan hilirisasi beragam komoditas lokal daerah,1 salah satunya nanas menjadi berbagai olahan seperti keripik nanas, kue tat khas Lampung dengan olesan nanas, lapis legit nanas, cake nanas, dodol nanas, hingga sambal nanas dengan bermitra bersama UMKM lokal, untuk menjangkau pasar domestik serta global.

Berdasarkan rekapitulasi Balai Karantina Pertanian Lampung,  provinsi ini mengekspor nanas 65.411.468 kilogram, atau 65.411 ton pada 2022, yang terdiri atas nanas buah, nanas iris, sirup nanas, nanas kaleng, dan ampas kulit nanas. Nilai ekspor produk nanas dari Lampung tembus Rp1 triliun lebih pada 2022. Pada 2024 ini, ekspor nanas Lampung ditargetkan melebihi capaian tahun sebelumnya.

Ekspor meningkat

Kepala Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandarlampung Donni Muksydayan menyebutkan nilai ekspor nanas Lampung itu selalu mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Bahkan pada 2023 Lampung mengekspor nanas segar ke Tiongkok senilai Rp39,8 miliar dengan volume ekspor 4.176 ton. Sepanjang tahun ini 80 kontainer nanas diekspor secara bertahap.

Meski begitu, ekspor nanas bukan tanpa persoalan, khususnya di Eropa, yakni tingginya bea masuk nanas ke Benua Biru itu.

Di Eropa bea masuk nanas dari Indonesia mencapai 16 persen. Di Turki bea bahkan lebih tinggi lagi, 58 persen. Bea masuk itu menjadi salah satu persoalan ekspor nanas. Padahal di negara lain, bea masuk nanas di luar Eropa bisa minimum, bahkan hingga nol persen seperti di Filipina.

Tingginya bea masuk nanas ke beberapa negara menjadi perhatian Kementerian Perdagangan RI dan berjanji akan ikut mengatasi hambatan itu.

Salah satu caranya dengan mempercepat perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Partnership Agreement (IEU CEPA).

IEU CEPA adalah sebuah perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Eropa. Perjanjian ini nantinya membahas berbagai aspek hubungan ekonomi secara menyeluruh.

Bagi Indonesia, penghapusan tarif preferensi melalui IEU-CEPA akan memberikan kesempatan kepada para eksportir untuk mempertahankan akses produk mereka ke pasar Eropa.

Target Pemerintah, lewat perjanjian itu bea masuk nanas negara-negara Eropa bisa nol persen dan ini pun berlaku untuk komoditas ekspor lainnya.

Selain itu, Pemerintah juga menjanjikan akan memperluas pasar ekspor nanas di Asia. Salah satu negara yang baru-baru ini ditembus  sebagai negara tujuan ekspor yakni Tiongkok, yang memiliki populasi 1,4 miliar jiwa dengan potensi serap jutaan ton/tahun.

Permintaan nanas segar Lampung sebanyak 4.176 ton itu menandakan minat Tiongkok cukup tinggi.

Perdagangan global yang makin terbuka menjadikan nanas madu asal Lampung kian melambung dan menembus pasar berbagai negara.