Kepala BKKBN: Tingkat pendidikan jadi tantangan penggunaan kontrasepsi modern
Cimahi (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menyampaikan tingkat pendidikan masyarakat menjadi salah satu tantangan dalam penggunaan alat kontrasepsi modern.
"Tantangan terkini terkait kontrasepsi semakin tinggi pendidikannya memang sepertinya mereka lebih percaya diri menggunakan kontrasepsi alami," ujarnya di sela acara Puncak Peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia (World Contraception Day) bertema "Kolaborasi Pelayanan KB Nusantara dalam Percepatan Penurunan Stunting" di Lapangan Rajawali Kota Cimahi, Jawa Barat, Senin.
Ia mengatakan masyarakat dengan pendidikan tinggi cenderung mengatur secara mandiri ritme masa subur dan menstruasinya. Kondisi ini menjadi salah satu tantangan bagi BKKBN untuk terus meningkatkan edukasi pemakaian kontrasepsi modern, seperti pil, kondom, implant (susuk), dan lainnnya.
Ia menambahkan tantangan lainnya, yakni pada saat pandemi yang membuat kebutuhan ber-KB di masyarakat tidak terpenuhi. Situasi itu mendegradasi pemakaian kontrasepsi di masyarakat.
"Saat ini kita berupaya mengembalikan, bagi mereka yang sebelumnya pakai kontrasepsi sekarang menjadi tidak pakai kontrasepsi, kita sosialisasikan dan kita layani sebaik-baiknya," tuturnya.
Ia menambahkan masih adanya wilayah dengan Total Fertility Rate (TFR) tinggi seperti NTT, Papua, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Aceh, Sumatera Utara, juga menjadi tantangan.
Dalam kesempatan itu, Hasto menekankan penggunaan kontrasepsi sangat penting untuk mencegah stunting.
"Peran ini sangat sentral, karena semakin dekat jarak anak, semakin stunting. Jadi, kehamilan ke kehamilan itu menentukan tinggi rendahnya stunting," katanya.
Dalam acara Puncak Peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia itu BKKBN memberikan apresiasi jajaran TNI AD atas tercapainya target 1,5 juta pelayanan KB hasil kolaborasi antara Fasilitas Pelayanan Kesehatan TNI AD dan Perwakilan BKKBN Provinsi di seluruh Indonesia.
Adapun pemenang kategori Fasyankes TNI AD dengan pelayanan kontrasepsi terbanyak untuk seluruh metode diraih oleh Klinik Pratama Kartika 11 Pemalang dengan total 2.434 akseptor.
Di posisi kedua diraih oleh FKTP Poskes 01.10.13 Kuala Tungkal/Tanjab dengan total 1.865 akseptor. Sedangkan di posisi ketiga diraih oleh Polkes Bulukumba dengan total 807 akseptor.
Untuk kategori Fasyankes TNI AD dengan pelayanan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang terbanyak, dimenangkan oleh Klinik Pratama Kartika 11 Pemalang dengan total 1.249 akseptor.
Pada posisi kedua, ditempati oleh Klinik Pratama Kartika 10 Pekalongan dengan raihan 480 akseptor. Sedangkan Polkes Bulukumba menduduki posisi ketiga dengan perolehan 289 akseptor.
Apresiasi juga diberikan kepada 10 provinsi dengan persentase pelayanan KB seluruh metode terbanyak dibandingkan dengan target, secara berurutan dari yang tertinggi, yaitu Lampung, Jambi, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Riau, Jawa Timur, Sulawesi Barat, Bangka Belitung, Maluku Utara, dan Gorontalo.
"Tantangan terkini terkait kontrasepsi semakin tinggi pendidikannya memang sepertinya mereka lebih percaya diri menggunakan kontrasepsi alami," ujarnya di sela acara Puncak Peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia (World Contraception Day) bertema "Kolaborasi Pelayanan KB Nusantara dalam Percepatan Penurunan Stunting" di Lapangan Rajawali Kota Cimahi, Jawa Barat, Senin.
Ia mengatakan masyarakat dengan pendidikan tinggi cenderung mengatur secara mandiri ritme masa subur dan menstruasinya. Kondisi ini menjadi salah satu tantangan bagi BKKBN untuk terus meningkatkan edukasi pemakaian kontrasepsi modern, seperti pil, kondom, implant (susuk), dan lainnnya.
Ia menambahkan tantangan lainnya, yakni pada saat pandemi yang membuat kebutuhan ber-KB di masyarakat tidak terpenuhi. Situasi itu mendegradasi pemakaian kontrasepsi di masyarakat.
"Saat ini kita berupaya mengembalikan, bagi mereka yang sebelumnya pakai kontrasepsi sekarang menjadi tidak pakai kontrasepsi, kita sosialisasikan dan kita layani sebaik-baiknya," tuturnya.
Ia menambahkan masih adanya wilayah dengan Total Fertility Rate (TFR) tinggi seperti NTT, Papua, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Aceh, Sumatera Utara, juga menjadi tantangan.
Dalam kesempatan itu, Hasto menekankan penggunaan kontrasepsi sangat penting untuk mencegah stunting.
"Peran ini sangat sentral, karena semakin dekat jarak anak, semakin stunting. Jadi, kehamilan ke kehamilan itu menentukan tinggi rendahnya stunting," katanya.
Dalam acara Puncak Peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia itu BKKBN memberikan apresiasi jajaran TNI AD atas tercapainya target 1,5 juta pelayanan KB hasil kolaborasi antara Fasilitas Pelayanan Kesehatan TNI AD dan Perwakilan BKKBN Provinsi di seluruh Indonesia.
Adapun pemenang kategori Fasyankes TNI AD dengan pelayanan kontrasepsi terbanyak untuk seluruh metode diraih oleh Klinik Pratama Kartika 11 Pemalang dengan total 2.434 akseptor.
Di posisi kedua diraih oleh FKTP Poskes 01.10.13 Kuala Tungkal/Tanjab dengan total 1.865 akseptor. Sedangkan di posisi ketiga diraih oleh Polkes Bulukumba dengan total 807 akseptor.
Untuk kategori Fasyankes TNI AD dengan pelayanan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang terbanyak, dimenangkan oleh Klinik Pratama Kartika 11 Pemalang dengan total 1.249 akseptor.
Pada posisi kedua, ditempati oleh Klinik Pratama Kartika 10 Pekalongan dengan raihan 480 akseptor. Sedangkan Polkes Bulukumba menduduki posisi ketiga dengan perolehan 289 akseptor.
Apresiasi juga diberikan kepada 10 provinsi dengan persentase pelayanan KB seluruh metode terbanyak dibandingkan dengan target, secara berurutan dari yang tertinggi, yaitu Lampung, Jambi, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Riau, Jawa Timur, Sulawesi Barat, Bangka Belitung, Maluku Utara, dan Gorontalo.