Pesisir Barat (ANTARA) - Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, Unzir, membenarkan bahwa pihaknya telah mencatat sebanyak delapan ekor hewan ternak sapi terpapar penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) di wilayah ini.
"Iya benar kami telah menemukan sebanyak 8 kasus penyakit LSD pada hewan ternak sapi di Pesisir Barat," kata Unzir, saat dihubungi dari Lampung Selatan, Selasa.
Ia menjelaskan bahwa penemuan kasus penyakit LSD tersebut berada di Kecamatan Pesisir Tengah.
"Temuan delapan ekor ternak sapi yang terindikasi LSD tersebut berada di Pekon (Desa) Way Redak, Kecamatan Pesisir Tengah," kata dia.
Dia mengatakan pula, saat ini pihaknya sudah menerima laporan dari masyarakat terkait merebaknya penyakit cacar kulit yang menjangkit hewan ternak sapi tersebut.
Untuk penanganan pertama dalam mengobati hewan yang terjangkit LSD ini, pihaknya telah memberikan suntikan vitamin kekebalan tubuh bagi sapi yang menderita penyakit cacar tersebut.
"Untuk penanganan kami pada hari Minggu kemarin sudah turun ke lapangan, untuk melakukan pengobatan terhadap hewan yang sakit dan membagi kan disinfektan," ujarnya.
Ia juga mengimbau kepada masyarakat khususnya para peternak, apabila hewan ternak mulai menunjukkan gejala seperti penyakit LSD segera untuk melaporkan ke pihak Dinas.
"Bagi masyarakat yang hewan nya bergejala silakan lapor ke dinas atau penyuluh pertanian terdekat," ujar dia.
Untuk diketahui wabah LSD merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae yang umumnya menyerang hewan sapi dan kerbau.
LSD pertama kali dilaporkan di Zambia, Afrika pada tahun 1929 dan terus menyebar di benua Afrika, Eropa, dan Asia. Pada tahun 2019 LSD dilaporkan di China dan India, lalu setahun setelahnya menyebar di Nepal, Myanmar, dan Vietnam.
Pada tahun 2021 LSD telah dilaporkan di Thailand, Kamboja, dan Malaysia. Tahun ini baru ditemukan di Indonesia.
Penularan LSD secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit, namun virus ini juga dapat menular melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu pada ternak.
Penularan juga dapat terjadi secara intra-uterine atau melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD, seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik.
Berita Terkait
UPTD Kesehatan Hewan Lampung targetkan PAD naik Rp150 juta
Rabu, 11 Desember 2024 18:37 Wib
UPTD Kesehatan Hewan Lampung pastikan keamanan produk pangan hewani
Jumat, 29 November 2024 21:31 Wib
UPTD BPK2LP Lampung catat stok vaksin rabies tersedia 700 dosis
Jumat, 29 November 2024 13:03 Wib
UPTD Kesehatan Hewan Lampung telah vaksinasi rabies 1.580 hewan peliharaan
Jumat, 29 November 2024 13:02 Wib
Karantina Lampung perluas edukasi dan layanan kesehatan hewan ke masyarakat
Minggu, 6 Oktober 2024 18:05 Wib
Dinkes Tanggamus tangani 69 kasus rabies pada Januari-September 2024
Jumat, 27 September 2024 16:10 Wib
Sebanyak 124 hewan penular rabies di Lampung Selatan telah divaksin
Kamis, 19 September 2024 20:36 Wib
Dinas Peternakan Lampung Selatan vaksinasi gratis untuk hewan penular rabies
Kamis, 12 September 2024 4:23 Wib