BNI dukung transaksi digital channel di Jakarta Fashion Week 2023

id bni,bbni,jakarta fashion week,jfw 2022

BNI dukung transaksi digital channel di Jakarta Fashion Week 2023

Ilustrasi: Model memperagakan busana koleksi Morph dalam acara Jakarta Fashion Week (JFW) 2023 di Pondok Indah Mall 3, Jakarta, Kamis (27/10/2022). . ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/foc.

Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mendorong transaksi digital channel melalui Jakarta Fashion Week (JFW) 2023 beberapa waktu lalu pada 24 hingga 30 Oktober 2022 dengan tema “Fashion Reformation.”

JFW 2023 diselenggarakan untuk memamerkan koleksi terbaru dari para desainer dan mendorong kemajuan industri fesyen pada 2023.

"BNI hadir sebagai penyedia layanan transaksi satu-satunya selama pameran di pop-up market yang telah disediakan oleh penyelenggara JFW," kata Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo dalam keterangan resmi, Rabu.

Okki menyampaikan setelah kegiatan berakhir, BNI mencatat persentase pembelian Jakarta Fashion Week 2023 yang dilakukan dengan menggunakan QRIS BNI Mobile Banking, kartu kredit, dan debit, melebihi target yang ditentukan manajemen.
 

"Pencapaian tersebut didukung oleh program dari BNI antara lain tambahan voucher belanja untuk transaksi dengan QRIS BNI Mobile Banking, cashback hingga 20 persen untuk transaksi dengan kartu kredit dan debit BNI, hemat 50 persen dengan BNI Rewards Point, dan cicilan 0 persen hingga 3 bulan," sebutnya.

Setelah dua tahun dilaksanakan secara virtual, Jakarta Fashion Week 2023 kembali secara luring selama 7 hari di Pondok Indah Mall 3, Jakarta.

JFW 2023 menampilkan 34 peragaan busana dari 116 desainer lokal dan internasional yang telah membantu banyak pecinta desain melengkapi koleksinya.

"Ajang pameran fesyen bergengsi internasional ini juga memanjakan tamu undangan dan pengunjung mall dengan menghadirkan 2 pop-up market dari 39 merek lokal yaitu Dewi Luxe Market di lantai GF dan Fashionlink di lantai 2 PIM 3," imbuh Okki.


 

Baca juga: BNI: Ekonomi Indonesia stabil meski hadapi risiko resesi global