Berlin/Kopenhagen (ANTARA) - Jerman menghadapi risiko resesi tertentu jika pasokan gas Rusia yang goyah berhenti sepenuhnya, sebuah badan industri memperingatkan pada Selasa (21/6/2022), dan Italia mengatakan akan mempertimbangkan menawarkan dukungan keuangan buat membantu perusahaan mengisi ulang penyimpanan gas guna menghindari krisis yang lebih dalam di musim dingin.
Negara-negara Uni Eropa dari Laut Baltik di utara hingga Laut Adriatik di selatan telah menguraikan langkah-langkah untuk mengatasi krisis pasokan setelah invasi Rusia ke Ukraina menempatkan energi di jantung pertempuran ekonomi antara Moskow dan Barat.
Uni Eropa mengandalkan Rusia sebanyak 40 persen dari kebutuhan gasnya sebelum perang - naik menjadi 55 persen untuk Jerman - meninggalkan celah besar untuk mengisi pasar gas global yang sudah ketat. Beberapa negara telah merespons dengan membatalkan sementara rencana penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara.
Harga gas telah mencapai tingkat rekor, mendorong lonjakan inflasi dan menambah tantangan bagi pembuat kebijakan yang mencoba menarik Eropa kembali dari jurang ekonomi.
Asosiasi industri BDI Jerman pada Selasa (21/6/2022) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk 2022 menjadi 1,5 persen dari 3,5 persen yang diperkirakan sebelum perang dimulai pada 24 Februari. Dikatakan penghentian pengiriman gas Rusia akan membuat resesi di ekonomi terbesar Eropa tak terelakkan.
Gas Rusia masih dipompa melalui Ukraina tetapi dengan kecepatan dikurangi. Pipa Nord Stream 1 di bawah Baltik, rute pasokan vital ke Jerman, bekerja hanya dengan kapasitas 40 persen. Moskow mengatakan sanksi Barat menghambat perbaikan; Eropa mengatakan ini adalah dalih untuk mengurangi pasokan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jerman hadapi risiko resesi karena krisis gas Rusia semakin dalam