WHO sebut COVID-19 Omicron dilaporkan di 57 negara

id WHO,Omicron,COVID-19

WHO sebut COVID-19 Omicron  dilaporkan di 57 negara

Seorang penumpang tiba di terminal internasional Bandara Sydney di Sydney, Australia, Senin (29/11/2021), saat negara-negara mengambil langkah untuk menangani kemunculan kasus COVID-19 varian Omicron. ANTARA/AAP Image/James Gourley via REUTERS/tm

Jenewa (ANTARA) - Virus corona varian Omicron sudah dilaporkan di 57 negara dan jumlah pasien yang membutuhkan rawat inap kemungkinan akan meningkat seiring penularan virus tersebut, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu.

Melalui laporan mingguan, WHO menuliskan bahwa perlu lebih banyak data untuk mengevaluasi tingkat keparahan penyakit yang disebabkan oleh Omicron dan untuk mengetahui apakah mutasinya akan mengurangi kekebalan yang didapat dari vaksin.

"Bahkan jika tingkat keparahannya setara atau berpotensi lebih rendah daripada varian Delta, diprediksikan pasien rawat inap akan meningkat jika lebih banyak orang yang terinfeksi dan akan ada jeda antara lonjakan insiden kasus dan lonjakan insiden kematian," katanya.

WHO pada 26 November menetapkan Omicron, yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, sebagai varian yang diwaspadai sekaligus menjadi varian kelima.

Laporan kasus COVID-19 di Afrika Selatan naik dua kali lipat dalam sepekan sampai 5 Desember menjadi lebih dari 62.000 kasus. Lonjakan yang "sangat tinggi" terjadi di Eswatini, Zimbabwe, Mozambik, Namibia, dan Lesotho, katanya WHO.

Merujuk pada risiko infeksi berulang, WHO mengatakan, "Analisis awal menunjukkan bahwa mutasi yang ada pada varian Omicron kemungkinan mengurangi aktivitas penetralan antibodi yang mengakibatkan berkurangnya perlindungan yang diperoleh dari imunitas alami."

"Perlu data lebih lanjut untuk menilai apakah mutasi yang ada di varian Omicron mampu mengurangi perlindungan imunitas yang dihasilkan dari vaksin dan diperlukan data mengenai efektivitas vaksin, seperti penggunaan dosis tambahan," kata organisasi tersebut. 

Varian Omicron sebagian mampu menghindari perlindungan dari dua dosis vaksin COVID-19 buatan Pfizer/BioNTech, kata kepala laboratorium di Lembaga Riset Kesehatan Afrika di Afrika Selatan pada Selasa (7/12), dari hasil riset kecil-kecilan.

Sumber: Reuters