Apa beda stres dan cemas?

id Perbedaan,Stres,Kecemasan,Kesehatan mental

Apa beda stres dan cemas?

Ilustrasi seseorang yang mengalami kecemasan (ANTARA/Shutterstock/Mivolchan19)

Jakarta (ANTARA) - Stres dan kecemasan (anxiety) sering dianggap sebagai hal yang sama, padahal keduanya memiliki perbedaan meski sama-sama berdampak pada fisik dan mental.

Para ahli mengatakan bahwa stres sebagian besar berasal dari faktor eksternal, sedangkan kecemasan lebih internal.

Psikolog klinis India dan pendiri Talk To Me, Narendra Kinger mengatakan meskipun seseorang dapat memicu timbulnya stres dari dalam diri sendiri melalui self-talk negatif, sikap pesimis, atau kebutuhan untuk perfeksionisme, namun tetap lebih banyak berasal dari faktor eksternal.

"Terlalu banyak tanggung jawab atau proyek kerja berisiko tinggi biasanya dapat memicu respons stres. Kecemasan, di sisi lain, sebagian besar bersifat internal dan tergantung pada bagaimana Anda bereaksi terhadap stres," ujar Kinger dilansir Indian Express pada Minggu.

Baca juga: Catat ! Depresi tidak selalu tampak murung
Baca juga: Ilmuwan : Ada hubungan risiko dimensia dengan kemacetan

Pada banyak kasus, seseorang yang telah berhasil menghilangkan masih memungkinkan untuk merasa kewalahan atau tertekan. Perasaan inilah yang disebut sebagai kecemasan.

"Ini adalah reaksi atau respons yang berlebihan terhadap situasi tertentu. Jika kekhawatiran dan kesusahan yang Anda rasakan dalam situasi tertentu tidak biasa, berlebihan, atau berlangsung lebih lama daripada kebanyakan orang lain, itu mungkin kecemasan bukan stres," kata Kinger.

Dr Karthiyayini Mahadevan, Kepala Kesehatan dan Kesejahteraan di Columbia Pacific Communities menjelaskan, kecemasan merupakan reaksi psikologis terhadap setiap perubahan yang terjadi. Reaksi ini umumnya muncul dari rasa takut sebagai respons keadaan yang tidak terkondisi atau di luar ekspektasi.

"Reaksi luar biasa terhadap stres membawa kecemasan pada tingkat emosional. Stres sangat penting untuk menjaga percikan kehidupan sementara kecemasan menghabiskan hidup," kata Mahadevan.

Baca juga: Awas, kesepian bisa picu pikun
Baca juga: Dokter: Jangan abaikan gejala kepikunan
Penyebab

Terkait stres, selalu ada faktor pemicu eksternal. Sedangkan kecemasan tidak perlu ada pemicu, ini akan muncul karena kekhawatiran tentang sesuatu yang dipikirkan terkait dengan yang akan terjadi di masa depan.

"Sangat sering, apa yang kita khawatirkan mungkin tidak terjadi, tetapi memikirkannya terjadi menyebabkan kita menjadi cemas dan panik," kata Dr. Shireen Stephen (Ph.D.), psikolog konseling, Mind Talk, Rumah Sakit Cadabams, Bengaluru.

Dr. Stephen kemudian memberikan contoh untuk membedakan antara stres dan kecemasan. Stres adalah tekanan yang mungkin dialami saat membuat presentasi di rapat tim atau untuk menyelesaikan proyek tepat waktu.

Kecemasan adalah kekhawatiran bahwa presentasi mungkin tidak berjalan dengan baik atau proyek tidak selesai tepat waktu.

Menurut Dr Stephen, perbedaan lainnya adalah soal durasi. Stres berlangsung sampai kejadian tersebut teratasi tetapi kecemasan dapat berlangsung lama dan bertahan untuk waktu yang sangat lama.

Gejala

Gejala stres termasuk kemurungan, lekas marah atau marah, merasa kewalahan, pusing, kesepian, mual dan perasaan tidak bahagia secara umum. Sedangkan kecemasan termasuk perasaan gelisah, tegang, gugup dan perasaan takut secara umum.

"Baik stres maupun kecemasan memiliki gejala umum seperti peningkatan detak jantung, pernapasan lebih cepat, dan sakit perut atau sembelit, tetapi seperti yang Anda lihat, keduanya berbeda dalam semua aspek lainnya," jelas Dr. Stephen.

Bagaimana stres dan kecemasan bekerja?

Kecemasan atau kepanikan yang berlebihan melumpuhkan seseorang sehingga tidak dapat menjalankan aktivitas dengan baik. Sedangkan stres, meski sulit untuk dilalui namun akhirnya dapat dikelola.

Kecemasan skala ringan, mungkin tidak terlalu dapat dirasakan namun cukup meresahkan. Kecemasan parah dapat secara serius mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

Serangan panik adalah karakteristik dari gangguan panik, sejenis gangguan kecemasan. Selain itu, tingkat stres dan kecemasan yang tinggi dalam situasi sosial dapat mengindikasikan gangguan kecemasan sosial.

Salah satu gangguan kecemasan yang paling banyak dialami adalah kecemasan umum.

Dr. J Mayurnath Reddy, konsultan psikiater, Yashoda Hospitals Hyderabad mengatakan untuk mengidentifikasi apakah seseorang memiliki gangguan kecemasan umum adalah adanya gejala seperti kekhawatiran yang berlebihan dan sulit dikendalikan yang terjadi hampir setiap hari selama enam bulan.

"Kekhawatiran mungkin melompat dari satu topik ke topik lainnya," kata Dr Reddy.

Menurut Dr. Reddy, jenis lain dari kecemasan adalah gangguan panik, yang ditandai dengan serangan kecemasan tiba-tiba yang dapat membuat seseorang berkeringat, pusing, dan terengah-engah.

Kecemasan juga dapat bermanifestasi dalam bentuk fobia spesifik (seperti takut terbang) atau sebagai kecemasan sosial, yang ditandai dengan ketakutan yang meluas terhadap situasi sosial.

Cara mengatasi

Aktivitas fisik, diet bergizi dan kebiasaan tidur yang baik adalah titik awal untuk mengendalikan gejala ini. Akan tetapi, jika hal tersebut tidak menunjukkan perubahan maka perlu mempertimbangkan untuk melakukan konsultasi pada ahli.

Selain itu, ada juga beberapa tindakan yang dapat membantu seseorang untuk mengatasi gangguan kecemasan yang lebih ringan, lebih fokus, atau jangka pendek, seperti manajemen stres atau mengelola stres.

Teknik relaksasi, meditasi, latihan pernapasan dalam, mandi panjang, istirahat dalam gelap, dan intervensi yoga untuk menggantikan pikiran negatif dengan pikiran positif.

Buatlah daftar pikiran negatif yang dapat menimbulkan kecemasan dan pada sisi lain, tulis juga hal-hal lain yang berisi hal-hal positif. Menciptakan gambaran mental tentang keberhasilan menghadapi dan menaklukkan ketakutan tertentu juga dapat memberikan manfaat jika gejala kecemasan berhubungan dengan penyebab tertentu, seperti pada fobia.

Dukungan orang terdekat juga mampu untuk mengatasi kecemasan. Layanan kelompok pendukung mungkin tersedia secara lokal dan online.

Jangan lupa untuk melakukan aktivitas fisik untuk melepazkan zat kimia di otak yang memicu perasaan positif. Terakhir, konseling adalah cara yang tepat untuk
menangani kecemasan. Ini dapat berupa terapi perilaku kognitif (CBT), psikoterapi, atau kombinasi terapi.

Perawatan potensial lainnya adalah terapi paparan, yang melibatkan seseorang untuk menghadapi pemicu kecemasan dengan cara yang aman dan terkendali untuk memutus siklus ketakutan.

Baca juga: Ini dia kiat kurangi kecemasan akibat berita buruk COVID-19