Labuan Bajo (ANTARA) - Udara dingin yang menerpa tubuh sepanjang perjalanan melintasi jalan berkelok di bukit menuju Desa Coal terasa lenyap seketika saat melihat senyuman hangat warga menyambut tamu-tamu yang datang.
Keramahan para warga desa itu seolah melengkapi keindahan Desa Coal, sebuah desa dengan segudang pesona alam dan budaya yang terletak di sebelah timur Labuan Bajo, Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
"Berjam-jam perjalanan yang cukup melelahkan dari Labuan Bajo terbayarkan sudah dengan semua keindahan di sini," kata seorang wisatawan Alex Sandro dalam perbincangan dengan Antara di Desa Coal.
Perjalanan ke Desa Coal dapat ditempuh lewat jalur darat menggunakan kendaraan bermotor dengan waktu tempuh sekitar 3-4 jam dari Labuan Bajo. Akses jalan utama cukup mudah dilalui karena sudah diaspal, meskipun beberapa titik jalan rusak dan sedang diperbaiki.
Desa Coal yang berada di Kecamatan Kuwus kini telah didandani sebagai sebuah desa wisata. Suguhan utamanya adalah keindahan alam, budaya, maupun karya kerajinan tangan, kuliner lokal hingga spot wisata buatan serta agrowisata kopi.
Desa Wisata Cola dikelola sekolompok pemuda yang terorganisir dalam wadah Ikatan Pemuda Kreatif. Secara kelembagaan kelompok ini telah diperkuat dengan terbentuknya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bukit Porong pada 6 Maret 2021 lalu.
Desa wisata Coal dibentuk sebagai respon perubahan pariwisata Labuan Bajo yang semakin tersohor sebagai salah satu wisata super prioritas di Tanah Air dengan destinasi unggulan Taman Nasional Komodo.
"Kami ingin menangkap peluang dari pesatnya pariwisata Labuan Bajo untuk memajukan desa kami lewat wisata," ujar Ketua Pokdarwis Bukit Porong Alfonsius Sumarno Patut.
Ia mengatakan pengembangan desa wisata ini juga merupakan langkah kaum muda desa setempat untuk bangkit memperbaiki kondisi keterpurukan akibat pandemi COVID-19.
Sedikitnya, sekitar 60-an orang muda yang terlibat dalam pengelolaan Desa Wisata Coal baik sebagai pengurus maupun anggota. Mereka memiliki kelompok kerja (pokja) dengan program-progam yang dirancang untuk mendukung pengembangan wisata desa.
Setiap pokja akan berkoordinasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti lembaga pemerintah/dinas terkait, lembaga pendidikan, LSM, dan biro perjalanan wisata untuk pengembangan desa wisata Coal yang berkelanjutan.
Konsep storynomic
Desa Wisata Coal merupakan sebuah desa wisata baru yang dikembangkan dengan konsep Storynomic Village Tourism. Konsep ini bermakna mengedepankan narasi, konten kreatif, living culture, dan kekuatan budaya.
Semua atraksi wisata baik alam, budaya, dan buatan akan dinarasikan dengan cerita menarik bagi wisatawan. Selanjutnya, pengembangan konten kreatif di sosial media sebagai media promosi kepada wisatawan.
Para pengunjung yang datang juga disuguhkan dengan living culture berupa aktivitas keseharian yang dilakukan warga desa sejak dahulu seperti pergi ke kebun, minum kopi di pagi hari, saling bercerita, dan tradisi penyambutan tamu yang masih dilakukan hingga hari ini.
"Wisatawan akan mendapati suasana keseharian warga desa yang telah dilakukan dari zaman nenek moyang kami," katanya.
Pengembangan Desa Wisata Coal juga bertumpu pada kekuatan budaya warga Manggarai yang berkaitan dengan adat istiadat dan interaksi sosial masyarakat setempat.
Budaya ini yang kemudian diceritakan serta dipraktekkan wisatawan yang datang karena dianggap menjadi bagian dari keluarga besar Desa Coal.
"Jadi wisatawan bisa makan, beraktivitas, mengenakan pakaian adat seperti yang dilakukan warga desa setempat," katanya.
Pesona wisata
Desa Wisata Coal memiliki kekuatan wisata alam dan budaya yang menjadi magnet utama untuk menarik minat wisatawan. Di desa ini, terdapat spot wisata Bukit Porong Tedeng yang bermakna bukit harapan.
Wisatawan yang berkunjung ke spot ini dapat menikmati sensasi pemandangan alam dari ketinggian bak di atas awan. "Di bukit ini pengunjung bisa berpose ria dan mendapatkan foto-foto yang instagrammable," kata Alfonsius.
Pesona utama Bukit Porong Tedeng adalah suasana matahari terbit (sunrise), bahkan di saat bersamaan warga juga menyuguhkan atraksi tarian Dewa Matahari.
Setiap pengunjung di bukit tersebut tidak perlu membawa makan karena warga setempat telah menyuguhkan pilihan kuliner khas Manggarai seperti Rebok, Sobol, dan Serabe hingga kopi beraroma khas yang diproduksi petani Coal yang dikenal dengan Kopi Ntala.
Selain Bukit Porong Tedeng, kekayaan budaya berupa tarian seperti Tari Dewa Matahari dan Tari Wela Rana tak luput dari suguhan utama bagi wisatawan melalui Sanggar Tari Porong Ntala.
Tari Dewa Matahari atau Tari Porong ditampilkan saat menyambut matahari pagi yang dibawakan seorang penari sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas terbitnya matahari dan harapan di hari yang baru.
"Tarian ini hanya dipentaskan sesuai permintaan tamu yang berkunjung," kata Alfonsius.
Sementara Tarian Wela Rana atau sebutan untuk tumbuhan yang baru pertama kali berbunga, yang merupakan tarian khas Manggarai yang bermakna ajakan untuk kembali ke alam.
Di balik keindahan alam dan budaya ini, Desa Wisata Coal juga mengembangkan agrowisata kopi yang merupakan bagian dari paket wisata desa setempat.
Para pengunjung akan mendapat pengalaman berwisata ke kebun kopi dengan jenis yang dikembangkan adalah kopi arabika dan kopi robusta.
Bahkan jika waktu kunjungan tepat, maka pengunjung bisa ikut memanen kopi Arabika yang biasa berlangsung selama April-Juni, sementara kopi Robusta dipanen selama Juni hingga September.
"Selain panen, pengunjung juga bisa menyaksikan proses pengolahan kopi dengan cara tradisional serta bisa ikut belajar mempraktekkannya," katanya.
Program pemerintah
Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tengah menggalakkan program desa wisata sebagai salah satu pariwisata alternatif bagi wisatawan.
Pengelolaan desa wisata di Indonesia merupakan bagian dari program pengembangan pariwisata berkelanjutan yang sesuai dengan RPJMN 2020-2024 dalam rangka percepatan kebangkitan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat turut mendukung pengembangan destinasi wisata Desa Coal dengan mengalokasikan anggaran senilai Rp35 juta di 2021 untuk kelompok yang mengelola wisata Bukit Porong Tedeng.
"Dukungan dana itu untuk penataan destinasi wisata di sana agar lebih menarik dan nyaman bagi wisatawan," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Manggarai Barat Augustinus Rinus.
Pengembangan Desa Wisata Coal yang merupakan kemudian terpilih sebagai satu-satunya desa wisata di Manggarai Barat yang masuk dalam 300 besar penerima Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021 merupakan hal yang patut diapresiasi.
Oleh sebab itu, kata dia pemerintah daerah mendukung peningkatan sarana prasarana penunjang desa wisata khususnya daya tarik wisata Bukit Porong Tedeng serta program pemberdayaan masyarakat.
Ia beharap dengan dukungan pemerintah daerah dapat meningkatkan daya tarik Desa Wisata Coal sehingga semakin banyak dikunjungi wisatawan sehingga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat setempat.
Desa Wisata Coal kini terus berbenah sebagai bagian dari destinasi wisata penyanggah Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Labuan Bajo yang telah mendunia.
Dengan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, Desa Wisata Coal diharapkan dapat bertumbuh pesat dan memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan masyarakat setempat.
Baca juga: Menparekraf menjadikan Nusa desa wisata pertama berbasis edukasi kebencanaan
Baca juga: Menparekraf inginkan Desa Wisata Cikakak di banyumas jadi destinasi berkelas dunia
Baca juga: Desa Mangunan Bantul masuk nominasi 50 besar desa wisata terbaik
Ayo kenali Desa Wisata Coal penyangga KSPN Labuan Bajo NTT
Desa Coal, sebuah desa dengan segudang pesona alam dan budaya yang terletak di sebelah timur Labuan Bajo,