Pamidangan Garut makin melambung

id Pemkab garut,garut,domba garut,hpdki

Pamidangan Garut makin melambung

Ketua Himpunan Domba dan Kambing Indonesia (PDKI) Kabupaten Garut Riki Muhamad Sidiq menunjukkan domba unggulan miliknya di Pamidangan Anugrah, Citiis, Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Minggu (11/4/2021). (ANTARA/Feri Purnama)

Garut (ANTARA) - Lantunan musik tradisional dan nyanyian energik khas daerah Sunda mengiringi kegiatan seni ketangkasan domba garut yang menampilkan dua domba jantan beradu kekuatan di arena atau yang seringkali disebut pamidangan.

Pamidangan merupakan tempat mempertunjukkan keistimewaan dan keunggulan domba garut dari setiap padepokan atau para peternak maupun pecinta satwa ternak domba dari berbagai daerah.

Salah satunya daerah yang seringkali menggelar seni ketangkasan domba garut yaitu di Pamidangan Anugrah daerah Citiis di kaki Gunung Guntur, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut.

Sebenarnya banyak pamidangan di Garut yang dibangun secara swadaya maupun oleh pemerintah daerah, salah satunya Pamidangan Anugrah yang didirikan pengurus Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Kabupaten Garut.

Saat domba garut bernama latin Ovis Aries itu tampil di pamidangan tidak hanya menguji keberanian, melainkan sebagai ajang menaikkan pamor domba, semakin domba sering tampil dan menjadi juara, maka harga jualnya akan tinggi.

"Seperti domba ini namanya Hotman Paris, harganya ditaksir Rp100 juta," kata Endut pengelola Wisdom Garut sambil menunjuk domba yang tampil di Pamidangan Anugrah Citiis. Minggu (11/4).

Selama ini harga domba garut yang sudah punya nama di pamidangan bernilai puluhan juta rupiah, bahkan ada yang sampai ditaksir Rp500 juta. Domba bernilai tinggi itu karena sehat, bersih, memiliki keberanian saat di pamidangan, postur badan yang tegak atau gagah dan yang pastinya sering juara dalam setiap pertandingan.

"Domba yang bagus itu bersih, postur tubuhnya (tegak), terlihat ganteng, dan kalau bertanding domba itu mundurnya jauh, lebih bagus mundurnya sampai habis lapang, lalu berani untuk maju, semua itu ada penilainnya sendiri, kalau diam berarti keberaniannya kurang," kata Galih Rustandi, salah seorang juri adu ketangkasan domba garut dari Bandung.

Domba garut yang tampil di pamidangan memiliki kelas tersendiri yakni Kelas C memiliki bobot 65 kg ke bawah, kemudian Kelas B memiliki bobot 65-75 kg, dan Kelas A memiliki bobot di atas 75 kg.

Domba yang dipertandingkan harus satu kelas dengan jumlah pukulan maksimal 20 kali, meskipun di tengah pertandingan wasit bisa memberhentikannya apabila ada masalah yang bisa membahayakan domba.

Menurut Ketua HPDKI Kabupaten Garut Riki Muhamad Sidiq (34), domba garut bisa memiliki nilai istimewa apabila juara di pamidangan, untuk itu banyak peternak mengikutsertakan domba garutnya bertanding agar bisa diukur keistimewaannya.

Tradisi adu ketangkasan domba garut itu, kata Riki, menjadi jembatan meningkatkan pamor domba garut, dan bisa memberikan keuntungan bagi peternaknya karena ada transaksi jual beli domba saat pamidangan berlangsung.
Bupati Garut Rudy Gunawan menikmati sajian gulai dan nasi liwet domba garut sebagai kuliner khas Garut di Pendopo Garut beberapa waktu lalu. (ANTARA/HO-Bonita)


Domba garut tidak hanya memiliki daya tarik seni di pamidangan, keistimewaan lainnya yaitu sebagai daging konsumsi yang saat ini di Garut sudah cukup banyak rumah makan menawarkan berbagai menu makanan daging domba garut.

Kuliner dari daging domba garut itu selain yang sudah favorit yakni satai dan gulai, ada juga domba guling, dan yang saat ini mulai ramai di Garut yaitu nasi liwet domba garut.

"Daging domba garut ini memang memiliki kualitas yang bagus untuk dikonsumsi, beda dengan daging domba jenis lainnya," kata Riki.

Keunggulan daging domba garut itu mendorong pelaku usaha kuliner di Garut menyajikan menu makanan dari daging domba garut, salah satunya Jajang Riyadi pemilik usaha kuliner Bonita dari Garut.

Jajang sebagai juru masak Bonita menyebutkan menu makanan unggulannya yaitu daging domba garut yang siap dimasak dengan cara di gulai, satai, guling, termasuk saat ini produk kulinernya yang sudah cukup terkenal di masyarakat yaitu nasi liwet domba.

Nasi liwet domba buatannya itu selalu diminta untuk disajikan ketika ada kegiatan pemerintahan seperti kunjungan pejabat pemerintah pusat dan provinsi, selain diminta dalam beberapa acara resmi lainnya maupun perkumpulan keluarga.

"Nasi liwet domba ini sudah menjadi ikon Kabupaten Garut, dan sudah banyak orang mengenalnya," kata Jajang.

Kuliner nasi liwet domba garut itu mendapatkan perhatian dari Bupati Garut Rudy Gunawan yang menilai bahwa kuliner khas tersebut memiliki cita rasa tersendiri, untuk itu harus terus didorong agar menjadi nilai jual wisata kuliner agar nantinya banyak wisatawan berkunjung ke Garut.

Pemkab Garut saat ini sudah menetapkan lima makanan khas Garut yang menjadi daya tarik wisata kuliner yakni nasi liwet domba, satai domba, dan yang lainnya yaitu dodol, burayot, dan minuman es goyobod.

"Ada banyak kuliner khas Garut seperti nasi liwet domba itu menjadi ikon Garut," kata Bupati.

Kemurnian genetika

Pemerintah saat ini berupaya melakukan langkah konkret menjaga genetika domba garut seperti halnya Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendirikan Balai Pengembangan Pembibitan Ternak Domba dan Kambing (BPPTDK) Margawati di Kabupaten Garut.

Balai tersebut bertujuan untuk menjaga keaslian genetika domba garut, kemudian hasilnya didistribusikan ke seluruh peternak di daerah Jawa Barat untuk kebutuhan pedaging, dan bagi pejantan yang memiliki kriteria sebagai domba tangkas akan dilatih untuk bisa tampil di pamidangan.

Selain pemerintah provinsi, Pemerintah Kabupaten Garut sebagai daerah yang memiliki ikon domba garut juga akan membuat balai pembibitan untuk membantu provinsi dalam menjaga genetika dan memenuhi kebutuhan pasar.

Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Garut Sofyan Yani mengatakan saat ini progres pembangunan balai sudah tahap pembebasan tanah seluas 8,7 hektare di Kecamatan Sukawening.

Kebutuhan anggaran untuk merealisasikan balai itu sebesar Rp10 miliar. Rencananya alokasi anggaran sarana dan prasarananya mulai dilakukan secara bertahap pada tahun anggaran 2022 dengan target bisa beroperasi pada 2024.

Jika balai pembibitan itu beroperasi, kata Sofyan, maka populasi domba garut akan bertambah yang ditargetkan sekitar 1,2 jutaan ekor, dari yang sekarang baru tercapai kurang dari 1 jutaan ekor setiap tahunnya.

"Domba garut ini memiliki keunggulan, selain untuk pedaging juga untuk seni tangkas, khususnya untuk yang jantan bisa ditampilkan dalam seni ketangkasan adu domba, kalau domba lain tidak bisa," kata Sofyan.

Domba garut oleh Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2914/Kpts/OT.140/6/2011 sudah ditetapkan sebagai rumpun domba garut yang menjelaskan bahwa domba garut merupakan domba lokal Indonesia yang mempunyai keseragaman bentuk fisik dan komposisi genetik serta kemampuan adaptasi dengan baik pada keterbatasan lingkungan.

Selain itu domba garut mempunyai ciri khas yang berbeda dengan rumpun domba asli atau domba lokal lainnya dan menjadi kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia yang perlu dilindungi dan dilestarikan.

Keseriusan pemerintah, dan semangat peternak, maupun HPDKI di Kabupaten Garut itu telah menunjukkan upaya bersama-sama menjaga keistimewaan domba garut.

Baik hulu sampai hilir yakni mulai dari pembibitan, pengembangbiakan, hingga penjualannya sudah berjalan agar domba garut tetap eksis di pasaran dan terjaga kualitasnya sebagai domba unggulan dari Garut.

Oleh sebab itu, keistimewaan domba garut perlu dilakukan secara berkelanjutan oleh pemerintah maupun peternak agar nantinya tidak hanya sekadar ikon garut saja, tapi dengan populasi yang banyak akan meningkatkan kesejahteraan peternak dan mengangkat perekonomian daerah lewat seni adu ketangkasan domba dan kulinernya yang khas.