Labuan Bajo kembangkan wisata kesehatan

id Wisata kesehatan,labuan bajo, Siloam hospital

Labuan Bajo kembangkan wisata kesehatan

Wisata kesehatan dikembangkan di Labuan Bajo (Siloam)

Jakarta (ANTARA) - Wisata kesehatan yang mulai dikembangkan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, dalam rangka untuk mendukung lokasi tersebut sebagai destinasi super prioritas yang ditetapkan oleh pemerintah.

Direktur Siloam Hospitals Labuan Bajo, Dr. Hermas Irawan, Kamis, menyatakan pihaknya siap berperan serta mewujudkan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata kesehatan.

“Sejak November 2020 saat dilakukan Simulasi Protokol Kesehatan dan Keamanan di destinasi wisata Labuan Bajo oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kami berpartisipasi sebagai Pusat Rujukan Fasilitas Layanan Kesehatan atau Fasyankes,” katanya.

Untuk itu sejumlah area pendaftaran dan layanan rawat jalan pun disiapkan khusus bagi turis.

“Kami juga turut menyiagakan tim emergency dalam kasus gawat darurat bagi turis yang mengalami kecelakaan saat berwisata di Labuan Bajo,” kata Dr. Hermas Irawan.

Menurut Hermas, kenyamanan dalam berwisata merupakan hal pokok yang diinginkan para turis saat ini, termasuk kenyamanan dalam mendapatkan fasilitas kesehatan.

"Kami mencoba memahami bahwa saat ini kenyamanan turis adalah yang utama, jadi kami turut menyiagakan layanan ambulance call out untuk setiap hotel yang membutuhkan termasuk layanan ambulans di udara hingga persiapan rujukan melalui pesawat komersial yang ditujukan kepada jaringan rumah sakit Siloam lainnya di wilayah Indonesia Timur,” ungkap Hermas.


Sebagai catatan dalam peningkatan layanan wisata kesehatan bagi turis mancanegara dan turis lokal, pihaknya juga menyediakan fasilitas layanan Hyperbaric Oxygen Chamber Therapy (HBOCT).

Selain ditujukan untuk penanganan penyakit dekompresi yang kerap dialami oleh para penyelam laut dalam, Hyperbaric Oxygen turut dimanfaatkan untuk mengobati berbagai indikasi klinis.

Di antaranya bisa digunakan untuk penyembuhan luka tubuh seperti luka bakar dan luka terkait penyakit diabetes melitus serta pencangkokan kulit.

"Terapi ini sudah pernah kami lakukan pada 2019 untuk 2 pasien dan hasilnya bagus. Untuk kasus akibat kecelakaan diving pada 2019 kami sudah menangani hampir kurang lebih 40 pasien. Dan semuanya berhasil tertangani dengan baik,” katanya.


Pada awal 2020 saat pandemi terjadi, pelayanan hyperbaric hanya diperuntukan untuk kasus kedaruratan saja, dengan pertimbangan menjaga penyebaran dan penularan COVID-19 agar tidak menularkan pasien yang akan di-hyperbaric.

“Karena terapi hyperbaric ini dilakukan dalam ruangan tertutup dan perputaran udara yang terbatas tidak ada akses dengan udara luar", kata Hermas Irawan.

Selain peningkatan layanan wisata kesehatan, fokus penanganan selama pandemi COVID-19 pun tetap disiagakan melalui layanan screening untuk para pelaku perjalanan, yaitu test antibodi, test antigen, ID Now termasuk SWAB PCR.

Hermas menambahkan peningkatan jumlah fasilitas kasur (bed) bagi pasien rawat inap pun turut ditingkatkan sebanyak 26 bed. Sebelumnya kapasitas tempat tidur berjumlah 100 bed.

Selain itu juga menambahkan jalur sirkulasi udara di sejumlah area agar layanan bertambah nyaman dan aman termasuk menyediakan area bagi pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dengan ruang khusus untuk isolasi.