Bandarlampung (ANTARA) - Keluarga besar Lampung Heritage Society (LHS) ikut kehilangan dengan meninggalnya Cikdin Sahri Singa Melintang, seniman gitar klasik Lampung pada Sabtu sore (9/5/2020) di rumah duka Jalan Urip Soemoharjo No.17 Bandar Lampung.
Seniman Gitar Klasik Lampung ini lahir dan besar di Tulangbawang dan telah menciptakan ratusan lagu Lampung yang pernah dialbumkan dan ditayangkan di televisi lokal.
Berita tersebut cukup mengagetkan semua pihak termasuk LHS, karena tiga bulan lalu (7/2) aktivis LHS Erizal Barnawi, MSn “tandang mengan” di rumah beliau sambil bicara program mendatang.
Terbayang cerianya wajah Cikdin Sahri Singa Melintang bertubuh kurus itu, di tengah usia senja masih ada yang datang silaturahim. Erizal barnawi, M.Sn. saat itu ditemani Roveneldo, MPd penulis buku ”Gitar Klasik Lampung”.
"Kami nyeruit punyew baung didampingi Pak Khairudin, Putra Cikdin yang kami nilai sebagai 'Penerus Gitar Klasik Lampung Pepadun'," kata Erizal dalam siaran pers diterima di Bandarlampung, Ahad.
Erizal Barnawi mengkonfirmasi ”alasan pesan menjaga adat tradisi Lampung di tengah serbuan budaya pop dan global” yang terdapat pada beberapa syair karya lagu Cikdin, termasuk dalam syair lagu ”Gabat Gibut ” yang kelak mengantarkan beliau dijuluki fans sebagai ”Mister Gabat Gibut”.
Menurut Cikdin Ulun Lappung (orang Lampung) itu punya jati diri sendiri, piil pesenggiri, jadi jangan mudah ikut-ikutan meniru gaya barat, lelaki kok berpakain ala perempuan.