Mataram (ANTARA) - Praktisi digital Endy Kurniawan yang juga media expert di Open Parliament Institute menyebutkan operator telekomunikasi perlu antisipasi normalitas baru penggunaan high data internet seiring masyarakat bekerja dan belajar di rumah saat ini.
"Meski belum tampak terkendala akibat lonjakan penggunaan internet setelah berduyun-duyunnya masyarakat bekerja dan belajar di rumah, ada masalah laten konektivitas di Indonesia, yaitu reliabilitas untuk transmisi konten yang sifatnya interaktif," katanya melalui siaran persnya, Sabtu.
Hal ini kata dia, disebabkan tidak semua titik di Indonesia, khususnya daerah-daerah terdepan, terluar dan tertinggal terlayani dengan kualitas jaringan yang baik.
"Jangankan di wilayah terisolasi, di kawasan terpencil di Pulau Jawa saja masih mengandalkan 2G, padahal konten pembelajaran jarak jauh dan telekonferensi perlu koneksi yang 'lega' agar berlangsung efektif," katanya.
Sebagai akibat diberlakukannya 'physical distancing' bahkan 'lockdown' di beberapa kota dan negara akibat pandemi COVID-19, aplikasi 'remote working' dan 'distance learning' kebanjiran pengguna. Hari belakangan Zoom misalnya digunakan hampir 200 juta orang yang melakukan rapat virtual jarak jauh di seluruh dunia.
Ini belum termasuk aplikasi lain seperti Webex besutan Cisco, Google Meeting & Hangout, Skype, Facetime di produk keluaran Apple, juga Microsoft Team. Di Indonesia, chat messenger seperti Whatsapp juga bertambah fungsi sebagai alat bertemu murid dan gurunya saat belajar di rumah. Belum termasuk beberapa plaftorm khusus penyedia pembelajaran jarak jauh di Indonesia seperti Ruangguru, Great Edu atau yang menyediakan konten interaktif global seperti Coursera dan Udemi.
"Lonjakan penggunaan internet untuk utilitas dan fungsionalitas seperti untuk belajar, pelayanan oleh instansi dan bekerja oleh para karyawan harus beradu dengan kebutuhan tersier seperti pengguna media sosial, content creator dan gamers. Perilaku ini makin menjadi-jadi karena banyak waktu sendiri dengan gawainya, bukan bersosialisasi fisik," tambah Endy.
Kabar baiknya operator telekomunikasi telah mensiapsiagakan kehandalan jaringan masing-masing dan dari sisi layanan berlomba memberikan kemudahan. XL misalnya menambah kapasitas di 1.000 titik dan bisa ditambah sesuai kebutuhan. Sementara operator merah Telkomsel dan Indosat memberikan diantaranya 30GB gratis akses internet untuk belajar daring.
Baca juga: Hasil riset ungkap internet lamban hambat bisnis di Indonesia
Melihat fakta puncak pandemi COVID-19 belum sampai di puncaknya serta mengantisipasi tren penggunaan internet yang makin tinggi pasca-pandemi, perlu dilakukan terobosan untuk menciptakan pemerataan konektivitas telekomunikasi khususnya internet.
Baru seminggu setelah diberlakukannya WFH (Working From Home) operator telekomunikasi melaporkan kenaikan traffic 3-4 persen. Jasa VPN (Virtual Private Network) secara global mengalami peningkatan signifikan dalam masa pandemi. Catatan Bloomberg, di Italia penggunaan VPN meningkat hingga 112 persen pada akhir Maret. Di Iran penggunaan VPN tercatat meningkat 38 persen dalam periode yang sama.
Sabuk Palapa (proyek Palapa Ring) yang belum mencapai hasilnya harus dibarengi pemanfaatan teknologi dan bisnis model baru untuk meningkatkan penetrasi internet hingga pelosok. Di waktu-waktu mendatang, penggunaan koneksi internet akan makin tinggi dan mencapai normalitas baru.
"Masyarakat dan pelaku bisnis menanti rancangan baru untuk masa depan digitalisasi Indonesia, bukan hanya pemerataan tapi kecepatan dan kehandalan," kata Endy.
Baca juga: Palapa Ring satukan Indonesia