Jakarta (ANTARA) - Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi London School of Public Relations (LSPR) Jakarta dan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON) menjalin kerja sama untuk mencegah dan mengendalikan stroke.
Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman oleh Pendiri dan Direktur LSPR Jakarta Prita Kemal Gani dan Direktur Utama RS PON Dr Mursyid Bustami, di Jakarta, Selasa.
"Salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia adalah stroke. Karenanya, LSPR ingin membantu mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai pencegahan stroke, sehingga kita mampu mengendalikan, bahkan menurunkan angka penderita stroke," ujar Pendiri dan Direktur LSPR Jakarta Prita Kemal Gani.
Menurut Dr Mursyid, ada empat langkah untuk mendeteksi stroke sejak dini, yaitu melalui suatu cara yang dinamakan "FAST".
FAST merupakan kependekan dari F (Face/ wajah) - A (Arm/ tangan) - S (Speech/ bicara) - T (Time/ waktu). Seseorang harus mengetahui apakah ada perubahan pada wajah. Apakah ada gejala kebas atau mati rasa pada tangan. Apakah cara bicara berubah cadel atau pelo. Langkah terakhir adalah waktu dalam penanganan stroke untuk segera membawa pasien ke unit gawat darurat terdekat.
Kerja sama LSPR dan RS PON meliputi sosialisasi, penelitian, pengabdian masyarakat serta dukungan kampanye CERDIK (Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres).
Rencananya kerja sama ini akan dilakukan selama dua tahun.
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan pada Kementerian Kesehatan dr Bambang Wibowo menyampaikan bahwa data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014 menunjukkan stroke merupakan penyebab kematian utama, yaitu sebesar 21,1 persen dari seluruh penyebab kematian untuk semua umur.
Kemudian, menyusul stroke adalah penyakit kardiovaskuler (berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah), serta diabetes mellitus dan kompikasinya.
Selain itu, data dari Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) tahun 2016 menyatakan bahwa penyakit stroke merupakan penyakit keempat yang menghabiskan biaya kesehatan terbesar setelah penyakit jantung, gagal ginjal, dan kanker, yaitu sebesar Rp1,3 triliun.
Karenanya, upaya strategis dalam pencegahan dan pengendalian stroke sangat diperlukan, seperti perubahan perilaku masyarakat yang dapat dilakukan dengan penerapan GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat).
Baca juga: Dokter :Cegah stroke dengan kontrol faktor risiko
Baca juga: Studi : Satu telur per hari bantu jauhkan stroke
Baca juga: Kurangi Risiko Stroke Dengan Magnesium