Pulang kerja masih cek email bahayakan kesehatan

id buka email,gagnggu kesehatan,luar jam kerja

Pulang kerja masih cek email bahayakan kesehatan

Ilustrasi (Foto: Net)

Tuntutan kerja dan kehidupan non-kerja yang bersaing menghadirkan dilema bagi karyawan, yang memicu perasaan cemas dan membahayakan pekerjaan serta kehidupan pribadi
Jakarta (Antaranews Lampung) - Karyawan di universitas yang diteliti oleh Universitas Virginia Tech memiliki tingkat kecemasan yang bisa membahayakan kesehatan karena mereka masih suka mengecek email terkait pekerjaan meski sudah lewat jam kantor atau sesaat begitu mereka membuka mata di pagi hari.

Studi yang dilakukan menunjukkan "batasan yang fleksibel" antara urusan pribadi dan pekerjaan meningkatkan stress dan membuat seseorang jadi tak sadar dengan suasana sosial yang ada.

"Tuntutan kerja dan kehidupan non-kerja yang bersaing menghadirkan dilema bagi karyawan, yang memicu perasaan cemas dan membahayakan pekerjaan serta kehidupan pribadi," kata rekan penulis William Becker, profesor manajemen di Pamplin College of Business.

Temuan ini menambah semakin banyaknya bukti bahwa "batasan kerja fleksibel" sering berubah menjadi "kerja tanpa batas" - di mana atasan menganggap staf tidak akan pernah istirahat.

Kekhawatiran itu muncul dari jutaan karyawan yang membaca email sebelum mereka pergi tidur - dan pertama kali saatmereka bangun tidur.

Studi Becker menemukan hal itu berdampak menimbulkan ketegangan dan kecemasan, bagi mereka dan pasangan mereka atau anak-anak mereka.

Ini adalah makalah pertama yang mengidentifikasi fenomena yang memiliki implikasi bagi pekerja kantor di seluruh dunia.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan tekanan dari tuntutan pekerjaan yang meningkat menyebabkan ketegangan dan konflik dalam hubungan keluarga.

Ini terjadi ketika karyawan tidak dapat memenuhi peran non-kerja di rumah "seperti ketika seseorang membawa pekerjaan ke rumah untuk menyelesaikannya," kata Dr Becker.

Tetapi temuan terbaru menunjukkan bahwa karyawan bahkan tidak perlu terlibat dalam pekerjaan yang sebenarnya selama waktu non-kerja agar efeknya terlihat.

Ini berbeda dengan tuntutan terkait pekerjaan yang menambah tekanan, baik fisik maupun psikologis, dengan mengharuskan waktu jauh dari rumah.

"Dampak berbahaya dari budaya organisasi 'yang harus selalu siap sedia' sering tidak diketahui atau disamarkan sebagai manfaat - peningkatan kenyamanan, misalnya, atau otonomi yang lebih tinggi dan kontrol atas batas-batas kehidupan kerja," kata Dr Becker.

"Penelitian kami mengekspos realitas, [bahwa] "batasan kerja fleksibel" sering berubah menjadi "kerja tanpa batas," mengorbankan kesehatan dan kesejahteraan karyawan dan keluarga mereka." Dia mengatakan kebijakan yang mengurangi pantauan komunikasi elektronik di luar pekerjaan akan ideal.

Ketika itu bukan pilihan, solusinya mungkin adalah dengan menetapkan batas-batas komunikasi elektronik yang dapat diterima selama di luar jam kerja.

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa mengecek email kerja di rumah atau menerima telepon dari bos saat akhir pekan dapat merusak kesehatan.

Penelitian lain terhadap 57.000 orang menemukan bahwa lebih dari separuh orang bekerja di luar jam normal mereka.

Para peneliti menemukan bahwa mereka yang bekerja di malam hari dan akhir pekan lebih cenderung mengeluhkan insomnia, sakit kepala, kelelahan, kecemasan dan masalah perut.

Masalah otot dan masalah kardiovaskular juga terkait dengan bekerja di luar jam normal.

Para ilmuwan menyerukan aturan yang jauh lebih ketat untuk menghentikan pekerjaan menyerang kehidupan rumah tangga orang, Daily Mail.