TNBBS Bina Saka Wanabakti

id Penyuluhan Konservasi TNBBS, WCS-IP TNBBS, TNBBS, Pramuka Saka Wanabakti

TNBBS Bina Saka Wanabakti

Anggota Pramuka Saka Wanabakti sedang mengikuti penyuluhan konservasi dari Balai Besar TNBBS, di Stasiun Way Canguk, Pesisir Barat, Lampung. (FOTO: Antaranews Lampung/Ist)

Pesisir Barat, Lampung (Antaranews Lampung) - Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) melalui Seksi Wilayah II Bengkunat melakukan kegiatan edukasi dan penyadartahuan kepada pelajar anggota Pramuka tingkat SMA khususnya pada Satuan Karya Pramuka Wanabakti (Saka Wanabakti). 

Kegiatan ini diikuti oleh 20 peserta pelajar anggota pramuka yang telah diseleksi dan merupakan bagian dari peringatan Hari Bhakti Rimbawan ke-35 yang diperingati setiap 16 Maret.

Pembinaan ini berisikan kegiatan jungle tracking dalam rangka pengenalan ekosistem hutan TNBBS, bersih sampah di jalur luar hutan, teknik pengamatan vegetasi dan satwa liar, teknik navigasi darat, dan materi utama pendidikan konservasi oleh Balai Besar TNBBS dan lembaga konservasi Wildlife Conservation Society-Indonesia Program (WCS-IP).

Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Jimmy Fonda SH mengemukakan bahwa Gerakan Pramuka sebagai wadah pembinaan generasi muda dengan menggunakan prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan merupakan sumber daya yang potensial untuk mendukung kegiatan pembangunan kehutanan, pelestarian sumber daya alam, dan lingkungan hidup, untuk itu kami selaku bagian dari pemegang amanah konservasi memandang bahwa pembinaan Pramuka, khususnya Saka Wanabakti, mutlak menjadi sebuah cara untuk melahirkan dan menghadirkan kader kader muda yang memiliki penjiwaan terhadap konservasi hutan dan satwa”.

Menurut Riyanto SHut, Kordinator Penyuluh Kehutanan, sekaligus Pembina Kepramukaan Saka Wanabakti merupakan satuan karya dalam pramuka yang bergerak dalam bidang kehutanan dan lingkungan. "Pembinaan Saka Wanabakti penting untuk dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka menciptakan generasi pramuka yang berkarakter konservasi dan peduli akan kelestarian hutan TNBBS dan lingkungan daerah penyangga di sekitarnya," ujar Riyanto.

Kegiatan ini dilaksanakan di lokasi Stasiun Pusat Penelitian dan Pelatihan Way Canguk yang dipilih sebagai lokasi pembinaan sesuai dengan peruntukannya sebagai Pusat Pendidikan dan Pelatihan Konservasi di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Manajer Stasiun Penelitian Laji Utoyo, dari WCS-IProgram mengungkapkan bahwa pengetahuan dan keilmuan praktis tentang bagaimana alam bekerja untuk menyeimbangkan kondisi ekosistem di bumi menjadi bagian dari sasaran penyadartahuan pentingnya hutan dan satwa, dan hal hal tersebut menjadi salah satu konsen pihaknya bersama Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan terhadap generasi muda.

Lebih lanjut Laji Utoyo menerangkan kesadaran kaum muda akan pentingnya habitat hutan hujan tropis yang ada di Lampung menjadi bagian penting dalam mempertahankan eksistensi hutan Bukit Barisan Selatan, selain juga mereka sebagai bagian kaum muda generasi penerus dari daerah penyangga yang berbatasan langsung dengan hutan, dan kalau bukan kita siapa lagi, serta kalau bukan sekarang kapan lagi.

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki nilai penting universal yang luar biasa (Outstanding Universal Value) dengan keberagaman habitat, satwa, serta tumbuhannya. Karena itu, UNESCO menetapkan kawasan ini sebagai Situs Warisan Dunia Hutan Tropis Sumatera (Tropical Rainforest Haritage of Sumatera/ TRHS) sejak tahun 2004, bersama dua taman nasional lainnya, yaitu TN Kerinci Seblat di Provinsi Jambi, dan TN Gunung Leuser di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Untuk terus dapat mempertahankan keberadaannya, kawasan ini perlu dikelola secara lestari dalam rangka mendukung kehidupan masyarakat di sekitarnya. Peranan pemerintah, para pihak terkait yang ikut mengelola taman nasional, serta tak kalah penting adalah masyarakat, sangat dibutuhkan untuk mempertahankan kawasan TNBBS sebagai hutan penyangga kehidupan, karena hutan ini bukan hanya bernilai secara ekonomis, tetapi juga ekologis sebagai sumber air, udara dan juga pengatur iklim dunia berasal dari keberadaan hutan ini, serta kekayaan genetis lainnya yang masih perlu banyak diungkap.