DPR: Pers harus sigap respon tiap peristiwa

id ketua dpr basut, hpn 2018

DPR: Pers harus sigap respon tiap peristiwa

Ketua DPR Bambang Soesatyo. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Ketidaksigapan wartawan akhirnya dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab menyebarkan 'hoax' dari setiap peristiwa, kata Bambang
Jakarta  (Antaranews Lampung) - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menilai pers Indonesia harus siap merespon tiap isu dan peristiwa yang ada di ruang publik untuk diberitakan secara objektif, kalau tidak maka akan dimanfaatkan pihak-pihak tidak bertanggung jawab menyebarkan informasi bohong atau "hoax".

"Ketidaksigapan wartawan akhirnya dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab menyebarkan 'hoax' dari setiap peristiwa," kata Bambang dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.

Bambang mengatakan media "mainstream" yang dikelola komunitas wartawan akan tetap menjadi andalan publik untuk mendapatkan informasi yang benar dan akurat.

Namun menurut dia, tantangan bagi media tersebut makin berat dan pelik karena akumulasi dan arus informasi dewasa ini ibarat debu yang bertebaran setiap harinya.

"Tantangannya jauh lebih berat dan pelik karena wartawan harus bekerja lebih cepat untuk menyajikan informasi yang benar dan akurat. Kebenaran dan akurasi menjadi harga mati, agar informasi yang disajikan wartawan tidak menjadi informasi bohong," ujarnya.

Politisi Partai Golkar itu menilai fenomena maraknya "hoax" pada era sekarang harus ditanggapi oleh komunitas wartawan sebagai tantangan dengan meningkatkan kesigapan atau sensitivitas terhadap isu-isu yang beredar di ruang publik sehingga peran wartawan pada dasarnya bisa mereduksi "hoax".

Selain itu menurut dia, komunitas wartawan tentunya harus juga beradaptasi dengan tantangan zaman yang dihadapi bangsa dan masyarakatnya seperti terkotak-kotaknya masyarakat akibat perbedaan pilihan politik dan beda keyakinan.

Hal itu menurut dia mengakibatkan menuju agenda Pilkada serentak pada Juni 2018 ini, muncul lagi kekhawatiran bersama tentang kemungkinan digunakannya isu bernuansa suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) untuk mendiskreditkan lawan politik.

"Itulah tantangan yang sedang dihadapi bangsa ini, selain tantangan di bidang ekonomi dan tantangan ekstenal. Komunitas wartawan Indonesia tidak boleh gagal memahami terhadap tantangan yang sedang berkembang saat ini," ujarnya.

Menurut dia, dengan memahami tantangan bangsa, wartawan akan bisa merumuskan perannya dan kontribusinya sebagai salah satu pilar demokrasi.