Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Bogor melepasliarkan delapan ekor kukang Sumatera (nycticebus coucang) berumur tiga tahun di kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Batutegi Kabupaten Tanggamus, Lampung, Senin (2/5).
"Berdasarkan hasil pemeriksaan medis akhir, kondisi kesehatan kukang baik, tidak membawa penyakit, kondisi gigi dan tulangnya juga bagus. Perilakunya sudah liar sehingga bisa masuk tahapan selanjutnya untuk dipulangkan ke habitat alaminya," ujar Manager Animal Care YIARI drh Wendi Prameswari.
Tim Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Bogor membawa delapan kukang Sumatera terdiri dari empat jantan dan empat betina.
Delapan hewan primata nocturnal tersebut, yang jantan Tamper, Tyson, Amstrong, Partos, serta betina Popy, Cute, Willi, Dandelion adalah hasil sitaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat di Serang, Banten pada November 2013 dan merupakan barang bukti yang dititip-rawatkan di Pusat Rehabilitasi YIARI di kaki Gunung Salak, Curug Nangka Kabupaten Bogor.
Sejak tahun 2013, kukang itu menjalani serangkaian pemeriksaan medis, proses karantina dan tahapan rehabilitasi seperti pengenalan pakan alami.
Aktivitas, perilaku makan dan kebiasaan mereka juga diamati dan dicatat oleh perawat satwa untuk memastikan bahwa perilaku kukang sudah normal menjadi liar kembali.
Wendi mengatakan membutuhkan waktu yang lama untuk merehabilitasi satwa primata korban perdagangan ilegal seperti itu, mengingat kondisi awal kukang saat masuk pusat rehabilitasi cukup memprihatinkan.
Satwa itu mengalami dehidrasi, malnutrisi dan stres tinggi, giginya juga sudah terpotong.
"Gigi kukang yang terpotong kemudian ditambal oleh dokter hewan spesialis gigi, sehingga giginya tetap utuh dan mereka bisa dilepasliarkan," kata Wendi lagi.
Setelah selesai menjalani masa rehabilitasi, primata yang sifatnya soliter itu kemudian dipindahkan ke kandang habituasi di kawasan Hutan Lindung Batutegi untuk proses adaptasi.
Bentuk kandang habituasi atau rumah sementara kukang adalah lahan terbuka dikelilingi fiber plastik, di dalamnya tumbuh berbagai jenis pepohonan hijau untuk pakan dan tempat tidur kukang. Selama sekitar satu bulan kukang dibiarkan beradaptasi dengan habitat dan pakan alaminya.
Koordinator Survey Release Monitoring (SRM) YIARI Bobby Muhidin mengatakan tim melakukan monitoring untuk mengetahui perkembangan perilaku kukang di dalam kandang habituasi.
"Apabila menunjukkan perkembangan yang baik, mencari makan secara alami, beradaptasi dengan alam dan bisa survive, barulah kukang itu bisa benar-benar dilepasliarkan," kata Bobby lagi.
Guna memudahkan pemantauan setelah lepasliar, kukang terlebih dahulu dipasang radio collar pada bagian leher. Radio collar ini berfungsi sebagai pengirim sinyal yang nantinya ditangkap oleh antena dan menimbulkan bunyi di receiver (penerima sinyal).
Bunyi yang keluar dari receiver itu membantu tim monitoring untuk menemukan keberadaan kukang di alam. "Tim melakukan monitoring selama sekitar setahun untuk mengetahui perkembangan perilakunya di alam liar," ujarnya.
Translokasi kukang di kawasan Hutan Lindung Batutegi merupakan kerja sama program konservasi kukang sumatera antara YIARI dengan KPHL Lampung dan Seksi Konservasi Wilayah III Lampung BKSDA Bengkulu.
Hutan Lindung Batutegi dipilih sebagai lokasi lepasliar karena statusnya sebagai kawasan konservasi, sehingga bisa menjamin keselamatan kukang dari aktivitas manusia.
Selain itu, hasil survei tim YIARI menunjukkan keanekaragaman dan ketersediaan pohon pakan kukang di wilayah itu cukup tinggi.
Sejak tahun 2009 terdapat sekitar 113 kukang hasil rehabilitasi YIARI yang sudah dilepasliar di kawasan Hutan Lindung Batutegi Lampung.
Delapan Ekor Kukang Dilepasliarkan di Tanggamus Lampung
Hutan Lindung Batutegi dipilih sebagai lokasi lepasliar karena statusnya sebagai kawasan konservasi, sehingga bisa menjamin keselamatan kukang dari aktivitas manusia.