Bandarlampung (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung meminta masyarakat untuk tidak membeli dalam jumlah besar atau panik buying beras, sebab ketersediaan bahan pokok itu di kota ini masih mencukupi.
"Kami harap jangan ada panik buying, menghadapi situasi ini, karena stok beras di kota di ini masih tercukupi, dengan ketersediaan 8.150 ton dari kebutuhan 7.050 ton dalam sepekan," kata Plt Kepala Dinas Pangan Kota Bandarlampung M Yusuf, di Bandarlampung, Kamis.
Menurutnya, dengan masyarakat yang berlebihan dan melakukan panik buying beras, ditakutkan akan ada pihak-pihak yang mengambil keuntungan dengan menimbunnya.
"Memang sampai saat ini kami belum menemukan adanya penimbunan yang dilakukan oleh oknum tertentu. Karena pantauan kami memang ketersediaan beras masih cukup di pasar-pasar tradisional," kata dia.
Kemudian, lanjut dia, guna menyikapi fenomena kenaikan harga beras, pihaknya pun meminta kepada masyarakat untuk menggunakan bahan pangan lokal sebagai pengganti beras.
"Diversifikasi pangan juga harus digalakkan dan digerakkan, kami imbau juga mayarakat gunakan pangan lokal seperti ubi, singkong dan jagung sebagai pengganti beras yang harganya sedang tinggi mencapai Rp16.000-Rp17.000 per kilogram," kata dia.
Ia meminta masyarakat untuk melakukan gerakan boros pangan dengan membeli dan memakan makanan secukupnya.
"Jadi dalam keadaan seperti sekarang, kami harap masyarakat tidak boros pangan dan makanlah secukupnya. Minimal masyarakat dapat menghemat keuangannya serta tidak ada bahan pangan yang terbuang sia-sia," kata dia.
"Kami harap jangan ada panik buying, menghadapi situasi ini, karena stok beras di kota di ini masih tercukupi, dengan ketersediaan 8.150 ton dari kebutuhan 7.050 ton dalam sepekan," kata Plt Kepala Dinas Pangan Kota Bandarlampung M Yusuf, di Bandarlampung, Kamis.
Menurutnya, dengan masyarakat yang berlebihan dan melakukan panik buying beras, ditakutkan akan ada pihak-pihak yang mengambil keuntungan dengan menimbunnya.
"Memang sampai saat ini kami belum menemukan adanya penimbunan yang dilakukan oleh oknum tertentu. Karena pantauan kami memang ketersediaan beras masih cukup di pasar-pasar tradisional," kata dia.
Kemudian, lanjut dia, guna menyikapi fenomena kenaikan harga beras, pihaknya pun meminta kepada masyarakat untuk menggunakan bahan pangan lokal sebagai pengganti beras.
"Diversifikasi pangan juga harus digalakkan dan digerakkan, kami imbau juga mayarakat gunakan pangan lokal seperti ubi, singkong dan jagung sebagai pengganti beras yang harganya sedang tinggi mencapai Rp16.000-Rp17.000 per kilogram," kata dia.
Ia meminta masyarakat untuk melakukan gerakan boros pangan dengan membeli dan memakan makanan secukupnya.
"Jadi dalam keadaan seperti sekarang, kami harap masyarakat tidak boros pangan dan makanlah secukupnya. Minimal masyarakat dapat menghemat keuangannya serta tidak ada bahan pangan yang terbuang sia-sia," kata dia.