Bandarlampung (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung, Provinsi Lampung, menangani sebanyak 1.202 kasus inspeksi saluran pernapasan akut (ISPA) hingga November 2023.
"Tercatat dari Januari hingga November 2023 kami menangani 1.202 kasus ISPA di Bandarlampung," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung Desti Mega Putri di Bandarlampung, Minggu.
Dia menjelaskan, kasus ISPA di Bandarlampung cenderung menurun pada 2023 ini dibandingkan dengan tahun lalu, di mana Dinkes menangani kasus yang sama mencapai 1.984 penderita.
"Kami bersyukur tahun ini kasus ISPA menurun, kalau di 2022 itu jumlah penderita 1.984 kasus, tahun ini 1.202, kasus," katanya.
Desti juga menyebutkan kasus ISPA di Kota Bandarlampung paling banyak menyerang pada balita dibandingkan dengan anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua.
"Jadi penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas, termasuk jaringan sinus atau rongga di sekitar hidung, rongga telinga tengah dan pleura ini, mayoritas penderitanya adalah balita," katanya.
Desti Mega Putri juga menyebutkan gejala dari ISPA yang biasa dialami yakni mulai dari batuk berdahak maupun batuk kering, kemudian hidung tersumbat lendir, terdapat pembengkakan, serta sakit tenggorokan dan demam hingga sesak napas.
"Lalu penderita juga akan merasakan sakit kepala, nyeri otot dan sendi, lemas, suara serak atau hilang hingga nyeri sinus, bahkan juga mual muntah, diare hingga nafsu makan menurun," katanya.
Pelaksana Tugas Kadinkes Bandarlampung itu mengatakan hingga kini terdapat dua kecamatan di kota ini yang paling banyak terjadi kasus ISPAnya, yakni Kecamatan Panjang dan Kecamatan Sukabumi.
"Guna mengantisipasi terjangkit ISPA, masyarakat diharapkan dapat menjaga pola hidup sehat dan bersih (PHBS), serta waspada pada perubahan iklim. Untuk perokok aktif diharapkan menjauh bila ingin merokok agar orang di sekitarnya tidak jadi perokok pasif," katanya.
"Tercatat dari Januari hingga November 2023 kami menangani 1.202 kasus ISPA di Bandarlampung," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung Desti Mega Putri di Bandarlampung, Minggu.
Dia menjelaskan, kasus ISPA di Bandarlampung cenderung menurun pada 2023 ini dibandingkan dengan tahun lalu, di mana Dinkes menangani kasus yang sama mencapai 1.984 penderita.
"Kami bersyukur tahun ini kasus ISPA menurun, kalau di 2022 itu jumlah penderita 1.984 kasus, tahun ini 1.202, kasus," katanya.
Desti juga menyebutkan kasus ISPA di Kota Bandarlampung paling banyak menyerang pada balita dibandingkan dengan anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua.
"Jadi penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas, termasuk jaringan sinus atau rongga di sekitar hidung, rongga telinga tengah dan pleura ini, mayoritas penderitanya adalah balita," katanya.
Desti Mega Putri juga menyebutkan gejala dari ISPA yang biasa dialami yakni mulai dari batuk berdahak maupun batuk kering, kemudian hidung tersumbat lendir, terdapat pembengkakan, serta sakit tenggorokan dan demam hingga sesak napas.
"Lalu penderita juga akan merasakan sakit kepala, nyeri otot dan sendi, lemas, suara serak atau hilang hingga nyeri sinus, bahkan juga mual muntah, diare hingga nafsu makan menurun," katanya.
Pelaksana Tugas Kadinkes Bandarlampung itu mengatakan hingga kini terdapat dua kecamatan di kota ini yang paling banyak terjadi kasus ISPAnya, yakni Kecamatan Panjang dan Kecamatan Sukabumi.
"Guna mengantisipasi terjangkit ISPA, masyarakat diharapkan dapat menjaga pola hidup sehat dan bersih (PHBS), serta waspada pada perubahan iklim. Untuk perokok aktif diharapkan menjauh bila ingin merokok agar orang di sekitarnya tidak jadi perokok pasif," katanya.