Bandarlampung (ANTARA) - Bupati Tulang Bawang Barat Umar Ahmad menghadiri malam penutupan Tubaba Art Festival 2021, di kawasan Uluan Nughik, komplek Rumah Baduy, Kecamatan Tulangbawang Tengah, Minggu.
Pada malam penutupan Tubaba Art Festival 2021, menampilkan beberapa kesenian musik, salah satunya ‘Musik Batu’.
“Festival yang digelar sejak 12-14 November ini melibatkan 200 seniman baik dari Tulangbawang Barat, luar kota, dan mancanegara,” ungkap Direktur Sekolah Seni Tubaba, Semi Kita Anggara, Minggu
Semi menjelaskan, musik batu adalah instrumen batu yang dimainkan oleh 15 anak-anak Tulangbawang Barat.
“Batu dalam instrumen ini memanfaatkan dari batu sungai, dibentuk menjadi lempengan berbagai varian ukuran yang dimainkan dengan cara dipukul dengan bilahan batu yang lebih kecil, komposisi musik dari instrumen musik baru Tubaba menjanjikan satu penampilan yang mengesankan,” jelasnya.
Selain itu, ada penampilan MRMNMRS. Grup yang digawangi pemuda Tulangbawang Barat. Di antaranya; Panji (Bass), bersama dua koleganya lbev (vokal) dan Steven (Drum) menggebrak pada awal acara.
Lalu, komposisi dengan karakter kolaborasi kultural dalam pementasan "Duel Suling" Musisi Edythia Rio dan Romy Jaya Saputra masing-masing memainkan alat tiup Serdam (Lampung) dan Suling (Sunda).
“Seluruh rangkaian acara diakhiri dengan penampilan musik dari penyanyi belia dan berbakat Dere. Diharapkan, dengan digelarnya Tubaba Art Festival ini akan membawa dampak lebih baik kedepannya khususnya mengangkat nama Tulangbawang Barat,” tegasnya.
Dikatakannya, gelaran tahunan Disporapar Tulangbawang Barat kali ini merupakan bagian dari platform Indonesiana Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) Kemendikbud Ristek Republik Indonesia.
Bupati Tulang Bawang Barat mengatakan, bahwa di masa depan akan menemukan hal-hal yang enak dan tidak enak, kita butuh bekal apa saja budaya yang bisa di bawa kesana.
Menurutnya, dengan adanya kesenian dari Tubaba Art Festival ini, dapat dibawa ke masa depan, dan dapat menumbuhkan rasa cinta anak muda terhadap musik dan kesenian.
Dengan adanya music-musik tradisional yang kembali dihidupkan, ini akan menjadi sebuah keunggulan dan tradisi yang ada di Tubaba.
“Jadi hal-hal baru yang menurut kita akan mengisi di masa depan. Jadi mungkin pola kerja, berpikir hal-hal itu lah musti di lakukan dalam proses ini,”kata Umar.
Ia menjelaskan, di dalam festival Tubaba Art Festival ini yang akan di bawa ke amsa depan, karena music batu ini berangkat dari sebuah tradisi dan batu dapat menghasilkan bunyi dan komposisi yang bagus untuk menjadi sebuah alat music di masa depan.
“Musik batu ini akan menjadi tradisi dari Tubaba itu sendiri,” ungkapnya.
Branch Manager PT Hutama Karya ruas Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung Yoni Satyo WIsnuwardhono mengatakan Hutama Karya mendukung giat dan upaya Pemerintah Daerah khususnya yang dilintasi jalan tol hutama karya dalam rangka melestarikan dan mengembangkan kebudayaan tradisional kabupaten tersebut. Dengan harapan dapat mendongkrak sektor pariwisata dan ekonomi kreatif serta UMKM.
Ia menjelaskan, Hutama Karya juga menyediakan fasilitas rest area yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah setempat, untuk menjadi etalase daerah, yang memungkinkan menjadikan rest area sebagai tempat usaha warganya, dapat ditempatkan juga ditempatkan Dekranasda yang menampilkan hasil usaha warganya, maupun dimanfaatkan sebagai ruang seni/pertunjukan seni.
“Jadi kami disini mendukung penuh kegiatan pemerintah Kabupaten/Kota yang wilayahnya dilintasi jalan tol, yang di jadikan sebagai etalase daerah yang ada di rest area,”kata Yoni