Tarakan (ANTARA) - Pusat wisata kuliner Bangayo di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, Tarakan menggunakan pembayaran non tunai untuk membeli makanan di stand yang dijual.
Sebanyak 22 stand kuliner di Bangayo diresmikan oleh Wali Kota Tarakan, Khairul pada Sabtu (12/10) malam. Masyarakat terlihat tumpah ruah memenuhi pusat kuliner baru tersebut yang saat pembukaan diramaikan dengan pagelaran musik.
Berbagai macam makanan dan minuman dijual di kawasan tersebut yang buka mulai pukul 19.00 sampai 24.00 WIB.
Khairul datang bersama istrinya Rujiah dan mencoba makanan dan minuman di kawasan Bangayo menggunakan pembayaran non tunai. Bangayo merupakan kepanjangan dari Baya Ngakan Mayo dalam bahasa Tidung artinya tempat makan kita.
Khairul mengatakan peresmian kawasan wisata kuliner Bangayo merupakan upaya mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Tarakan termasuk kuliner para pedagang kaki lima.
"Harapannya kawasan ini menjadi alternatif untuk masyarakat Tarakan dan luar Tarakan untuk wisata kuliner," kata Khairul.
Adapun alasan menggunakan pembayaran non tunai dengan harapan mempermudah transaksi dan tidak perlu ada uang pengembalian, yang kadang ada masalah.
"Selain itu, untuk menghindari terjadinya kejahatan di bidang keuangan dan akan sulit adanya pencurian. Serta membantu pemerintah dalam mengurangi pencetakan uang kertas," kata Khairul.
Pusat wisata kuliner Bangayo itu mulai dibangun bulan Agustus 2019 tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tarakan, namun kerja sama dengan Bank Indonesia dan perbankan lainnya.
Sebanyak 22 stand kuliner di Bangayo diresmikan oleh Wali Kota Tarakan, Khairul pada Sabtu (12/10) malam. Masyarakat terlihat tumpah ruah memenuhi pusat kuliner baru tersebut yang saat pembukaan diramaikan dengan pagelaran musik.
Berbagai macam makanan dan minuman dijual di kawasan tersebut yang buka mulai pukul 19.00 sampai 24.00 WIB.
Khairul datang bersama istrinya Rujiah dan mencoba makanan dan minuman di kawasan Bangayo menggunakan pembayaran non tunai. Bangayo merupakan kepanjangan dari Baya Ngakan Mayo dalam bahasa Tidung artinya tempat makan kita.
Khairul mengatakan peresmian kawasan wisata kuliner Bangayo merupakan upaya mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Tarakan termasuk kuliner para pedagang kaki lima.
"Harapannya kawasan ini menjadi alternatif untuk masyarakat Tarakan dan luar Tarakan untuk wisata kuliner," kata Khairul.
Adapun alasan menggunakan pembayaran non tunai dengan harapan mempermudah transaksi dan tidak perlu ada uang pengembalian, yang kadang ada masalah.
"Selain itu, untuk menghindari terjadinya kejahatan di bidang keuangan dan akan sulit adanya pencurian. Serta membantu pemerintah dalam mengurangi pencetakan uang kertas," kata Khairul.
Pusat wisata kuliner Bangayo itu mulai dibangun bulan Agustus 2019 tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tarakan, namun kerja sama dengan Bank Indonesia dan perbankan lainnya.