Klungkung, Bali (ANTARA) - Pengusaha sabun lebah Kelle asal Kabupaten Klungkung, Bali, Ni Ketut Dessy Wiryantini, mengatakan pemesanan Sabun Kelle di daerah Bali hingga ke Pulau Jawa mengalami peningkatan.
"Dari laporan reseller, pengiriman ke Kota Magelang, Jawa Tengah, meningkat hampir 40 lusin per bulan, lalu di daerah Klaten juga sekitar 20 hingga 30 lusin, ini pencapaian positif untuk usaha kami yang belum genap setahun," katanya saat ditemui di rumah produksi di Desa Aan, Klungkung, Minggu.
Baca juga: Produk Indonesia Diminati Pasar Inggris
Setiap bulan ia rutin mengirimkan beberapa lusin Sabun Kelle kepada reseller di Bali dan Pulau Jawa dengan jumlah yang berbeda-beda.
Sabun Kelle merupakan sabun kecantikan berbahan dasar ekstrak madu dan propolis dari Lebah Kelle, yang telah berproduksi selama hampir 11 bulan di Bali.
Dessy menjelaskan produksi Sabun Kelle sudah dimulai sejak bulan Oktober 2018, dengan pencetusnya Dosen Universitas Udayana, Luh Putu Ida Harini dan Gede Santhi Astawa, hingga berkembang saat ini.
Selama proses pemasaran, pihaknya mengaku telah memiliki beberapa reseller di Pulau Jawa, khususnya wilayah Jawa Tengah dan Bali. Namun, jumlah pemesanan yang lebih banyak diperoleh dari luar Bali, dibandingkan dari Bali sendiri.
Baca juga: Bupati Waykanan: Budayakan Cuci Tangan Pakai Sabun
Di Bali, pemesanan diterima dari 10 hingga 15 lusin dan saat ini pemasarannya sedang ditingkatkan agar jumlah produksi dapat bertambah.
Untuk pembelian per buah dibanderol dengan harga Rp35.000, sedangkan apabila pembelian dihitung per lusin, diberikan harga Rp22.500 per buah dengan minimal pengambilan lima lusin.
Proses pembuatan sabun ini membutuhkan waktu sekitar satu jam sebelum didiamkan selama tiga minggu. Sabun Kelle terbuat dari bahan ekstrak Madu Lebah Kelle, Propolis Lebah Kelle, Virgin Coconut Oil, Minyak Zaitun, dan Essential Oil tiap varian.
"Kalau untuk proses pembuatannya di sini itu ada sepuluh orang, tiga diantaranya bertugas di bagian produksi Virgin Coconut Oilnya, jadi minyak kelapa ini murni, lalu ada juga yang di bagian pengemasan dan pemasaran, kalau saya bertugas menghadiri acara-acara untuk memperkenalkan produk ini," katanya.
Dessy menambahkan bahwa untuk VCO sendiri, kelapa-kelapa diperoleh dari pertanian milik warga setempat yang juga rutin menyetorkan kelapanya ke usaha Sabun Kelle.
Khusus minyak VCO ini jauh lebih mahal apabila dibeli di tempat lain. Untuk itu, pihaknya juga memanfaatkan masyarakat setempat yang memiliki pohon kelapa untuk menjualkan kelapa kepada usaha sabun ini.
Untuk propolis itu berasal dari perasan madu Lebah Kelle yang dicampur dengan madu, dan hasil itu nantinya diekstrak untuk bahan utama sabun ini.
"Biasanya, yang mengekstrak itu dari pihak dosen sebagai pencetusnya, kalau pegawai di sini nggak bisa, jadi mereka rutin membawa ekstrak ketika stok dari propolis sudah mau habis,"jelasnya.
Pemesan tidak hanya datang dari dalam negeri tapi juga mancanegara. Beberapa waktu lalu, ada turis asing yang juga memesan Sabun Kelle untuk cenderamata pernikahan.
Dengan adanya peningkatan produksi ini, ia berharap alat manual untuk produksi dapat diganti dengan teknologi baru dan adanya penambahan pegawai bersamaan dengan penambahan pesanan.
"Dari laporan reseller, pengiriman ke Kota Magelang, Jawa Tengah, meningkat hampir 40 lusin per bulan, lalu di daerah Klaten juga sekitar 20 hingga 30 lusin, ini pencapaian positif untuk usaha kami yang belum genap setahun," katanya saat ditemui di rumah produksi di Desa Aan, Klungkung, Minggu.
Baca juga: Produk Indonesia Diminati Pasar Inggris
Setiap bulan ia rutin mengirimkan beberapa lusin Sabun Kelle kepada reseller di Bali dan Pulau Jawa dengan jumlah yang berbeda-beda.
Sabun Kelle merupakan sabun kecantikan berbahan dasar ekstrak madu dan propolis dari Lebah Kelle, yang telah berproduksi selama hampir 11 bulan di Bali.
Dessy menjelaskan produksi Sabun Kelle sudah dimulai sejak bulan Oktober 2018, dengan pencetusnya Dosen Universitas Udayana, Luh Putu Ida Harini dan Gede Santhi Astawa, hingga berkembang saat ini.
Selama proses pemasaran, pihaknya mengaku telah memiliki beberapa reseller di Pulau Jawa, khususnya wilayah Jawa Tengah dan Bali. Namun, jumlah pemesanan yang lebih banyak diperoleh dari luar Bali, dibandingkan dari Bali sendiri.
Baca juga: Bupati Waykanan: Budayakan Cuci Tangan Pakai Sabun
Di Bali, pemesanan diterima dari 10 hingga 15 lusin dan saat ini pemasarannya sedang ditingkatkan agar jumlah produksi dapat bertambah.
Untuk pembelian per buah dibanderol dengan harga Rp35.000, sedangkan apabila pembelian dihitung per lusin, diberikan harga Rp22.500 per buah dengan minimal pengambilan lima lusin.
Proses pembuatan sabun ini membutuhkan waktu sekitar satu jam sebelum didiamkan selama tiga minggu. Sabun Kelle terbuat dari bahan ekstrak Madu Lebah Kelle, Propolis Lebah Kelle, Virgin Coconut Oil, Minyak Zaitun, dan Essential Oil tiap varian.
"Kalau untuk proses pembuatannya di sini itu ada sepuluh orang, tiga diantaranya bertugas di bagian produksi Virgin Coconut Oilnya, jadi minyak kelapa ini murni, lalu ada juga yang di bagian pengemasan dan pemasaran, kalau saya bertugas menghadiri acara-acara untuk memperkenalkan produk ini," katanya.
Dessy menambahkan bahwa untuk VCO sendiri, kelapa-kelapa diperoleh dari pertanian milik warga setempat yang juga rutin menyetorkan kelapanya ke usaha Sabun Kelle.
Khusus minyak VCO ini jauh lebih mahal apabila dibeli di tempat lain. Untuk itu, pihaknya juga memanfaatkan masyarakat setempat yang memiliki pohon kelapa untuk menjualkan kelapa kepada usaha sabun ini.
Untuk propolis itu berasal dari perasan madu Lebah Kelle yang dicampur dengan madu, dan hasil itu nantinya diekstrak untuk bahan utama sabun ini.
"Biasanya, yang mengekstrak itu dari pihak dosen sebagai pencetusnya, kalau pegawai di sini nggak bisa, jadi mereka rutin membawa ekstrak ketika stok dari propolis sudah mau habis,"jelasnya.
Pemesan tidak hanya datang dari dalam negeri tapi juga mancanegara. Beberapa waktu lalu, ada turis asing yang juga memesan Sabun Kelle untuk cenderamata pernikahan.
Dengan adanya peningkatan produksi ini, ia berharap alat manual untuk produksi dapat diganti dengan teknologi baru dan adanya penambahan pegawai bersamaan dengan penambahan pesanan.