Bandarlampung, 27/3, (ANTARA) - Pringsewu, Lampung (Antaranews Lampung) - Workshop model pengelolaan sanitasi sekolah dan manajemen kebersihan menstruasi digelar di Kabupaten Pringsewu, Lampung.
Kegiatan selama dua hari ini, diikuti 45 peserta dari perwakilan organisasi perangkat daerah (OPD), unit pelaksana teknis (UPT), Kementerian Agama, UNICEF, YKWS, SNV, kepala SD, MI, SMP, MTs, dan pengawas SD dan SMP se-Kabupaten Pringsewu ini dibuka oleh Wakil Bupati Pringsewu Dr H Fauzi SE MKom Akt CA, di Hotel Regency, Pringsewu, Selasa (26/2).
Wakil Bupati Pringsewu Fauzi dalam sambutannya sangat mendukung dan memberikan apresiasi kepada Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) yang berkolaborasi dengan SNV Indonesia dan UNICEF menyelenggarakan workshop yang menghadirkan narasumber dari SNV Indonesia dan UNICEF ini, sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan sanitasi sekolah dan management hygiene menstruation.
Menurut Wabup, sanitasi sekolah merupakan langkah awal mewujudkan lingkungan belajar yang sehat. Namun tidak semua sekolah di Indonesia memperhatikan kesehatan lingkungan sekolahnya, padahal buruknya sanitasi di sekolah dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, seperti hilang waktu belajar dan menurunkan produktivitas siswa.
"Pringsewu sebagai kabupaten yang telah mencapai 100 persen akses sanitasi pada 2018, dengan pendekatan STBM yang diatur dalam Peraturan Bupati Pringsewu No.37 Tahun 2016 tentang Percepatan Universal Akses Bidang Sanitasi, telah memulai pengembangan sanitasi di lingkungan sekolah. Bahkan, dalam rangka pengembangan sanitasi di sekolah, kami telah berkunjung ke Kabupaten Tangerang yang dinilai berhasil," katanya pula.
Terkait management hygiene menstruation, lanjut Fauzi, perlakuan kebersihan saat menstruasi pada remaja usia sekolah perlu mendapat perhatian. Pengetahuan yang kurang sesuai serta batasan yang dialami terkait menstruasi dapat berdampak pada kesehatan, pendidikan maupun psikososial. "Saat ini di Indonesia baru NTB yang sudah memperhatikan masalah edukasi kesehatan menstruasi. Setelah NTB, saya ingin Pringsewu juga bisa. Apalagi di Pringsewu banyak sekolah tinggi kesadaran kesehatannya, sehingga perlu ajak mereka untuk ikut juga membina," ujarnya lagi.
Direktur Eksekutif YKWS Febrilia Ekawati mengatakan tujuan digelar workshop tersebut adalah dalam rangka meningkatkan serta mengembangkan strategi pengelolaan sanitasi sekolah, sehingga diharapkan adanya peningkatan kapasitas dan pengetahuan dalam bidang sanitasi sekolah dan manajemen kesehatan menstruasi, adanya perubahan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah, sekaligus strategi pengembangan sanitasi sekolah di Kabupaten Pringsewu.
"Sanitasi sekolah dan manajemen kesehatan menstruasi di Indonesia merupakan bagian dari program usaha kesehatan sekolah (UKS) yang dikelola bersama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Agama," kata Febrilia pula.
Kegiatan selama dua hari ini, diikuti 45 peserta dari perwakilan organisasi perangkat daerah (OPD), unit pelaksana teknis (UPT), Kementerian Agama, UNICEF, YKWS, SNV, kepala SD, MI, SMP, MTs, dan pengawas SD dan SMP se-Kabupaten Pringsewu ini dibuka oleh Wakil Bupati Pringsewu Dr H Fauzi SE MKom Akt CA, di Hotel Regency, Pringsewu, Selasa (26/2).
Wakil Bupati Pringsewu Fauzi dalam sambutannya sangat mendukung dan memberikan apresiasi kepada Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) yang berkolaborasi dengan SNV Indonesia dan UNICEF menyelenggarakan workshop yang menghadirkan narasumber dari SNV Indonesia dan UNICEF ini, sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan sanitasi sekolah dan management hygiene menstruation.
Menurut Wabup, sanitasi sekolah merupakan langkah awal mewujudkan lingkungan belajar yang sehat. Namun tidak semua sekolah di Indonesia memperhatikan kesehatan lingkungan sekolahnya, padahal buruknya sanitasi di sekolah dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, seperti hilang waktu belajar dan menurunkan produktivitas siswa.
"Pringsewu sebagai kabupaten yang telah mencapai 100 persen akses sanitasi pada 2018, dengan pendekatan STBM yang diatur dalam Peraturan Bupati Pringsewu No.37 Tahun 2016 tentang Percepatan Universal Akses Bidang Sanitasi, telah memulai pengembangan sanitasi di lingkungan sekolah. Bahkan, dalam rangka pengembangan sanitasi di sekolah, kami telah berkunjung ke Kabupaten Tangerang yang dinilai berhasil," katanya pula.
Terkait management hygiene menstruation, lanjut Fauzi, perlakuan kebersihan saat menstruasi pada remaja usia sekolah perlu mendapat perhatian. Pengetahuan yang kurang sesuai serta batasan yang dialami terkait menstruasi dapat berdampak pada kesehatan, pendidikan maupun psikososial. "Saat ini di Indonesia baru NTB yang sudah memperhatikan masalah edukasi kesehatan menstruasi. Setelah NTB, saya ingin Pringsewu juga bisa. Apalagi di Pringsewu banyak sekolah tinggi kesadaran kesehatannya, sehingga perlu ajak mereka untuk ikut juga membina," ujarnya lagi.
Direktur Eksekutif YKWS Febrilia Ekawati mengatakan tujuan digelar workshop tersebut adalah dalam rangka meningkatkan serta mengembangkan strategi pengelolaan sanitasi sekolah, sehingga diharapkan adanya peningkatan kapasitas dan pengetahuan dalam bidang sanitasi sekolah dan manajemen kesehatan menstruasi, adanya perubahan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah, sekaligus strategi pengembangan sanitasi sekolah di Kabupaten Pringsewu.
"Sanitasi sekolah dan manajemen kesehatan menstruasi di Indonesia merupakan bagian dari program usaha kesehatan sekolah (UKS) yang dikelola bersama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Agama," kata Febrilia pula.