Way Kanan, Lampung (ANTARA Lampung) - Bupati Way Kanan, Provinsi Lampung Raden Adipati Surya mengajak masyarakat setempat untuk peduli dan peka terhadap kondisi terjadi pencemaran air.
"Terkait permasalahan daya rusak air di Kabupaten Way Kanan beberapa tahun terakhir, seperti banjir dan air sungai sering keruh berwarna cokelat akibat penambangan liar. Karena itu, saya mengajak masyarakat untuk peduli dan peka terhadap kondisi pencemaran tersebut," kata dia, di Way Kanan, dalam peringatan Hari Air Sedunia 2017, Jumat.
Menurutnya, jika terjadi banjir diharapkan masyarakat memiliki inisiatif sendiri untuk membersihkan selokan yang tersumbat, tanpa harus menunggu tindakan dari pemerintah.
Dalam menyelesaikan permasalahan limbah air, lanjut dia, pemerintah sudah mendorong pabrik-pabrik dalam pengelolaan limbah air itu dengan menggunakan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL), agar limbah tidak mencemari tanah dan lingkungan.
Pengelolaan diperlukan, sehingga ketika air kembali ke sungai dalam kondisi bersih serta sisa residu dari hasil pengelolaan limbah bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.
"Dengan memperingati hari air ini, diharapkan kesadaran masyarakat atas manajemen air, sehingga air tersisa yang akan dibuang tidak mencemari lingkungan," kata dia pula.
Bupati Way Kanan itu menjelaskan, peringatan Hari Air Sedunia (World Water Day) adalah perayaan yang ditujukan sebagai usaha menarik perhatian publik akan pentingnya air bersih, dan usaha penyadaran untuk pengelolaan sumber-sumber air bersih yang berkelanjutan.
"Hari Air Sedunia diperingati setiap tanggal 22 Maret, dan telah ditetapkan melalui Resolusi PBB Nomor 147 Tahun 1993. Tema Hari Air ke-25 tahun 2017, yaitu `Water & Waste Water` menyoroti bagaimana air limbah mempengaruhi kualitas air yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat," katanya lagi.
Air, lanjut dia, adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten, maka peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini.
"Air digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia sehari-hari, seperti mandi, mencuci, minum, pertanian, industri dan kebutuhan air lainnya. Saat ini penggunaan air di dunia naik dua kali lipat lebih, namun ketersediaannya menurun," kata dia.
Adipati menjelaskan, pertambahan jumlah penduduk dan kerusakan lingkungan merupakan salah satu penyebab berkurang air bersih, abrasi pantai, dan pembuangan limbah sampah sembarangan dapat mengkontaminasi sumber air bersih sehingga kualitas dan kuantitas air menurun.
"Tahun 2017, badan PBB telah menetapkan tema Hari Air Sedunia adalah `Water dan Waste Water` atau `Air dan Air Limbah`. Mengapa air limbah, karena 80 persen air mengalir begitu saja ke sungai, laut dan tempat yang lain tanpa melalui proses pengolahan. Hal tersebut berpotensi menjadi air limbah yang terlewatkan begitu saja," ujar dia.
Padahal, ketersediaan air untuk air baku ternyata masih minim. Air baku tidak sebanding dengan jumlah permintaan dan kebutuhan, seiring meningkat jumlah penduduk dunia. Setiap tahun data memperlihatkan masih banyak anak-anak meninggal dunia akibat pencemaran air.
Menurut dia, peringatan Hari Air Sedunia setiap tahun ini dimaksudkan sebagai usaha menarik perhatian publik akan pentingnya air bersih, dan usaha penyadaran untuk pengelolaan sumber-sumber air bersih yang berkelanjutan.
"Kita hari ini dengan mudah menikmati air dengan sekehendak hati. Tapi apakah ini akan sama keadaannya bila 50 tahun yang akan datang. Belum tentu," katanya.
Karena itu, lanjut dia, semua harus menyadari dan lebih peka terhadap keberlangsungan air, terutama air bersih di negara ini maupun umumnya di dunia. (Ant)
"Terkait permasalahan daya rusak air di Kabupaten Way Kanan beberapa tahun terakhir, seperti banjir dan air sungai sering keruh berwarna cokelat akibat penambangan liar. Karena itu, saya mengajak masyarakat untuk peduli dan peka terhadap kondisi pencemaran tersebut," kata dia, di Way Kanan, dalam peringatan Hari Air Sedunia 2017, Jumat.
Menurutnya, jika terjadi banjir diharapkan masyarakat memiliki inisiatif sendiri untuk membersihkan selokan yang tersumbat, tanpa harus menunggu tindakan dari pemerintah.
Dalam menyelesaikan permasalahan limbah air, lanjut dia, pemerintah sudah mendorong pabrik-pabrik dalam pengelolaan limbah air itu dengan menggunakan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL), agar limbah tidak mencemari tanah dan lingkungan.
Pengelolaan diperlukan, sehingga ketika air kembali ke sungai dalam kondisi bersih serta sisa residu dari hasil pengelolaan limbah bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.
"Dengan memperingati hari air ini, diharapkan kesadaran masyarakat atas manajemen air, sehingga air tersisa yang akan dibuang tidak mencemari lingkungan," kata dia pula.
Bupati Way Kanan itu menjelaskan, peringatan Hari Air Sedunia (World Water Day) adalah perayaan yang ditujukan sebagai usaha menarik perhatian publik akan pentingnya air bersih, dan usaha penyadaran untuk pengelolaan sumber-sumber air bersih yang berkelanjutan.
"Hari Air Sedunia diperingati setiap tanggal 22 Maret, dan telah ditetapkan melalui Resolusi PBB Nomor 147 Tahun 1993. Tema Hari Air ke-25 tahun 2017, yaitu `Water & Waste Water` menyoroti bagaimana air limbah mempengaruhi kualitas air yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat," katanya lagi.
Air, lanjut dia, adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten, maka peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini.
"Air digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia sehari-hari, seperti mandi, mencuci, minum, pertanian, industri dan kebutuhan air lainnya. Saat ini penggunaan air di dunia naik dua kali lipat lebih, namun ketersediaannya menurun," kata dia.
Adipati menjelaskan, pertambahan jumlah penduduk dan kerusakan lingkungan merupakan salah satu penyebab berkurang air bersih, abrasi pantai, dan pembuangan limbah sampah sembarangan dapat mengkontaminasi sumber air bersih sehingga kualitas dan kuantitas air menurun.
"Tahun 2017, badan PBB telah menetapkan tema Hari Air Sedunia adalah `Water dan Waste Water` atau `Air dan Air Limbah`. Mengapa air limbah, karena 80 persen air mengalir begitu saja ke sungai, laut dan tempat yang lain tanpa melalui proses pengolahan. Hal tersebut berpotensi menjadi air limbah yang terlewatkan begitu saja," ujar dia.
Padahal, ketersediaan air untuk air baku ternyata masih minim. Air baku tidak sebanding dengan jumlah permintaan dan kebutuhan, seiring meningkat jumlah penduduk dunia. Setiap tahun data memperlihatkan masih banyak anak-anak meninggal dunia akibat pencemaran air.
Menurut dia, peringatan Hari Air Sedunia setiap tahun ini dimaksudkan sebagai usaha menarik perhatian publik akan pentingnya air bersih, dan usaha penyadaran untuk pengelolaan sumber-sumber air bersih yang berkelanjutan.
"Kita hari ini dengan mudah menikmati air dengan sekehendak hati. Tapi apakah ini akan sama keadaannya bila 50 tahun yang akan datang. Belum tentu," katanya.
Karena itu, lanjut dia, semua harus menyadari dan lebih peka terhadap keberlangsungan air, terutama air bersih di negara ini maupun umumnya di dunia. (Ant)